=MetBaca=
Shani hanya menatap punggung Gracia yang berjalan semakin menjauh dari mereka kemudian menghilang. Seakan lupa bahwa disitu ada kekasihnya yang sedang menatap aneh dirinya.
"Kenapa sayang? Liatin Gracianya gitu banget."
"Eh gak kok. Gapapa." Shani tersadar kemudian tersenyum canggung pada Gio.
"Yauda kita cari tempat duduk dulu." Gio lalu menggenggam tangan Shani, menuntunnya ke ujung ruangan dimana ada meja kosong yang tidak terlalu banyak orang.
"Kamu udah lama kenal sama Gracia?" Shani tak bisa menahan rasa penasarannya lebih lama. Segera setelah mereka memesan makanan, topik tentang Gracia dia ungkit kembali.
"Banget." Jawab Gio santai namun matanya tetap fokus mengutak-atik ponselnya.
"Dia punya hubungan apa sama kamu?" Tanya Shani.
"Menurut kamu apa?" Tanya Gio yang malah seperti mengajak tebak-tebakan.
"Kok malah balik nanya sih sayang. Ya mana aku tau." Jawab Shani sambil cemberut. "Mantan kamu ya?"
Mendengar kalimat terakhir Shani, Gio tertawa keras. Semakin membuat Shani cemberut. Tapi laki-laki itu seperti tidak peduli.
"Lebih dari hanya sekedar mantan."
"Terus apa?"
"Kenapa sih kamu penasaran banget sama dia. Daritadi mancing bahas dia terus. Tertarik sama dia?" Tanya Gio mengubah raut wajahnya menjadi lebih serius kali ini.
"Bukan gitu. Salah kalau aku pengen tau pacar aku punya hubungan apa sama cewek lain? Jawaban kamu daritadi nanggung tau ga."
"Penasaran karena khawatirin aku apa dia?" Tanya Gio mengangkat satu alisnya.
"Apaan sih. Ya kamulah sayang." Shani tak terima dicurigai seperti itu.
"Kamu udah kenal kan sama dia?" Tanya Gio lagi.
"Eh kam----"
"Ga masalah. Mau kamu kenal atau enggak, yang penting kan kamu sama aku. Udah puas bagi aku menang dari dia."
"Gio, maksud kamu?"
"Dia itu Kakak tiri aku. Terpaksa mengakui kita adalah saudara. Padahal aku ogah banget. Tapi untungnya selalu aku yang menang. Papa lebih milih tinggal sama Mama daripada Mamanya dia. Dia itu juga ga pernah suka sama aku. Pasti Iri sama apa yang aku punya. Makanya hidup dia dulu melarat. Sekarang aja mendingan mentang-mentang udah jadi dokter. Lagian aku juga ga akan mau ngalah sama dia gitu aja. Termasuk ngalah soal kamu sayang. Aku tau dia mungkin sedang berusaha deketin kamu. Tapi enak aja! Sampe kapanpun dia ga akan pernah menang dari Gio. Ga akan aku biarin bahagia." Ucap Gio sambil menepuk-nepuk dadanya sendiri. Terlihat sekali sikap angkuhnya sekarang.
Mulut Shani sedikit menganga. Speechless dengan ucapan panjang Gio barusan. Mendadak dia menjadi tidak mood lagi membahas Gracia sekarang. Untungnya pesanan mereka datang. Makan sambil membahas topik lain mungkin akan lebih baik. Pikir Shani.
💨💨💨💨
Gracia baru saja tiba di klinik, duduk sebentar guna mencerna apa yang terjadi barusan. Dari sekian miliar manusia khususnya laki-laki, kenapa si lucknut itu yang harus muncul dihidupnya lagi.