Kita dan masa depan yang membaik.

40 38 6
                                    

Mari baca ini hingga selesai jika kalian sedang berusaha melupakan masa lalu yang buruk dan melupakan seseorang yang memang harus di lupakan.

Mataku menatap tajam semua kejadian yang silih berganti hari ini, dengan bagaimana ada mata yang tak bisa lagi aku amati dengan jelas masih ada di otakku.

Kedua mata coklat manusia yang mondar mandir di otakku sungguh menakjubkan hari ini, melihat kedua matanya mungkin dapat melupakan dua puluh lima gram coklat yang aku makan kemarin atau bahkan melupakan bahwa aku sudah sarapan tadi pagi.

Rasa rasanya aku kembali lapar setelah melihat dia di otakku, aku menyukai senyum lebar dari lelaki yang aku lihat di mimpi ku semalam, wajah yang sama yang aku lihat setahun lalu.

Sudah ku kenalkan dirinya ke penjuru sahabat sahabat ku, mereka hanya mengusap pundakku dan membisikkanku kalimat "Sabar Lin", ah padahal aku sangat mencintainya, sangat mencintainya dengan tulus dan mulus.

Empat tahun lalu aku pernah tersandung di tangga sekolah, semua mata murid lain menuju ke arahku dan tertawa renyah membuat mental yang tipis menghanyut bak tisu di bagi dua yang terbawa air sungai, namun ada yang tidak tertawa atas kebodohanku yaitu lelaki yang bermain basket di lengkapi kaos hitam andalannya.

Rasanya kedua mataku mengayup ayup meminta pergi saat mengingat kejadian malu itu di otakku saat pelajaran matematika siang tadi, sedangkan guruku masih sibuk membahas dilatasi saat pembelajaran berlangsung.

Irama di otakku berganti ganti, meminta senja cepat kembali, sungguh aku tak menyukai siang, siang adalah waktu saatnya diriku harus kehabisan uang jajan lagi dan lagi lalu terpaksa meminjam uang ke sahabat ku yang bernama "Eka".

Uang jajan yang berkurang membuatku merenggut kesal dengan diriku sendiri yang tak di bolehkan bekerja oleh keempat orang tuaku karena aku masih siswa SMA, katanya takut di culik, kurasa manusia mana yang ingin menculik gadis seperti aku, mungkin mereka berfikir beribu kali takut beras mereka habis.

Aku kembali teringat bagaimana senyum lelaki itu meringah melambai tangan dari sudut kelasnya dahulu, tepat saat aku kelas delapan SMP, lelaki ceria yang hanya tertujukan padaku itu selalu membuatku kesal karena aku tak menyukainya, namun sekarang aku di buat kesal karena dia tak lagi kembali dengan nyawanya.

Aku di buat mati berkali kali namun kembali hidup, bagaimana cara melupakanmu, apa mudah seperti temanku lainnya berganti ganti kekasih dengan semudah menggorek upil atau mungkin melupakanmu seperti membuat surat perjanjian saat tidak mengerjakan tugas seni budaya di sekolahku.

Duh, aku ini gagal move on katanya, distraksi mana yang bisa mengalihkan aku agar bisa melupakanmu, coba saja mengenal lelaki dengan perawakan tinggi, badan indah, wajah indah, sikap indah mana bisa melupakan hal indah itu seperti menyiram kotoran di WC. Aku tak menyukai wajahnya aku hanya menyukai bagaimana cara dia bersikap dan bagaimana cara dia menyabari serta menyadari sikap pendiam milikku.

Saat mendengar bahwa dia meninggal adalah suatu getaran menyayat yang tanpa hilang aku tangisi sampai hari ini. Di 2017, kakekku meninggal tanpa ada dan apa yang harus aku berikan. Tahun 2022 lalu, nenekku meninggal lalu aku menangis dengan apa tanpa asa, kalimat meninggal sudah menderu dan menjadi darah mengalir bagiku sejak kemarin.

Masa kecilku penuh tangis sampai sekarang, mendengar kalimat kematian hanya membuatku menangis sebentar dan kembali tertawa esok lalu kembali menangis di malam esoknya tanpa siapa siapa ketahui selain aku dan Tuhanku.

Sewaktu sekolah dasar aku tak mempunyai sahabat sama sekali, maka dari itu berterimakasih lah kepada diri kalian sendiri jika di antara kalian pernah mempunyai sahabat sewaktu sekolah dasar, aku rasa itu adalah keberuntungan dan hal menarik bagi anak kecil yang sedang mengenakkan rok merah.

Memasuki SMP aku baru menyadari bahwa bersosialisasi itu penting, untuk sekedar berbincang, tertawa dan berbagi lara kepada manusia lain dan melupakan masa lalu sekolah dasar ku yang begitu introvert. Aku mulai mengikuti organisasi yang menguji sikap pendiam ku, aku mulai mempunyai teman dua, dan ku jadikan sahabat hingga kini.

Tidak mempunyai sahabat adalah salah satu langkah yang tidak buruk dan tidak pula baik, selama enam tahun yang lalu aku juga kesepian, fikirku. Bermain sendiri di sekolah, membaca novel dengan giat sewaktu istirahat lalu membeli sebungkus jajan seribuan yang tak ingin ku bagi ke siapapun.

Dengan cara berteman dan bersosialisasi aku tahu bagaimana caranya berbagi kebahagiaan dan kesedihan, membaca novel bersama sahabat lalu membaca intinya dengan bersama, serta sederhananya berbagi sebungkus jajan seribuan kepada teman sambil berbincang "Apa kita ada pr hari ini?".

Kembali kepada dia, mengenal dia juga menambah rasa bahagia ku seakan akan selama ini aku mempunyai banyak manusia hebat di hidup, jujur aku tak mencintai arti cinta sebenarnya dulu. Aku tak menyukai gaya bicara ceria nya hanya saat menghiburku di halaman belakang sekolah, aku tak suka saat dia menawarkan boncengan pertama kali saat pulang sekolah. Namun saat ini aku menyukai dan merindukan itu semua, ketika ia sudah tidak ada.

Dahulu aku naik bus selama tiga tahun saat hanya ingin bersekolah, aku selalu duduk di dekat jendela bus dan hanya menatap dari jauh atap rumah rumah mewah jalan menuju kesekolahku, aku mengedip ngedipkan mataku berkali kali saat manusia berisik bangku belakang terus saja menyoraki temannya dengan kalimat sarkas, lalu merusak wanitanya, katanya.

Aku juga heran kenapa manusia selalu di selingi sikap sikap brensek seperti dia, perusak wanita dan bicara seenaknya. Dia kira manusia seperti aku kuat mendengar kalimat sarkasnya setiap hari di bus, jika tidak untuk merepotkan ibuku tentu saja aku tak ingin satu bus dengan manusia manusia berisik seperti mereka.

Hari ini aku kembali duduk di depan kelas, tepat di bawah pohon yang di kelilingi bangku lapuk dari kayu, aku memeluk dengkulku dan merenung bagaimana engkau di sana, tenang atau tidak, apakah sudah tentu berdosa kamu mencintai aku yang jelas bukan mahrammu, lalu aku berangan angan dan di buyarkan kembali dengan para sahabat ceriaku.

Pulang sekolah hari ini sama dengan kemarin, tidak ada yang menyapaku lewat notifikasi setelah aku pulang sekolah. Selama kamu hidup dahulu juga kamu sangat tidak menyukai gadget, jadi aku sering berfikir apa hal lain yang kamu sukai selain gadis sederhana seperti aku?.

Aku hanya sibuk terbaring, kembali menangis dan sadar aku harus melupakanmu. Bola matamu bulat tak pernah sehari saja tak menangis seperti ku, persis katamu. Seragam sekolah yang lusuh saja belum ku ganti saat ini, sampai sampai aku di pertanyakan dengan ayah yang hari ini ulang tahun.

Perekonomian tak kunjung membaik, aku bingung harus berbuat apa. Aku bukan anak durhaka dan bukan pula anak yang romantis di keluarga, apa yang harus aku berikan. Dengan belajar dengan giat saja apa itu sudah menjadi kado baik untuk ayah?.

Ah kembali lagi ke awal ya, intinya memulai persahabatan dan bersosialisasi dengan orang lain adalah hal yang utama maka bagaimana dengan cintaku yang tergantung jelas pada lelaki yang menjanjikan keutamaan sepertimu.

Aku pernah bermimpi bagaimana duduk berdua melihat hujan dengan secangkir teh di genggaman kita berdua, berbicara tentang materi dan ekonomi untuk makan esok hari, lalu memikirkan susu bayi yang terus saja habis tak sebanding dengan perekonomian kita.

Aku kembali terpejam, aku terbangun dan aku hanya bermimpi jika aku mencintai sosokmu, aku berhasil melupakanmu, hari ini ataupun esok lagi, walaupun aku berbohong jika aku melupakanmu.

Selamat malam lelaki yang telah pergi dari dunia, tenang disana, aku sudah ikhlas, aku sudah mempunyai distraksi baru dan tidak tentangmu lagi. Kebahagiaanku lebih berharga dan tangisanku adalah hal yang aku benci selama ini. Lagi lagi aku berbohong agar aku melupakanmu.

Apapun itu aku berusaha melupakanmu, aku berusaha menghargai manusia manusia baru yang berusaha menggantikan kehadiranmu, manusia baik ini tak sebaik dirimu tapi aku yakin mereka yang terbaik. Aku berdoa agar aku melupakanmu dengan cepat. Terimakasih, siapapun yang pernah merasa jadi aku. Kalian sekuat aku, semangat untuk melupakan hal membuat dampak negatif bagi hidupmu, kamu harus bahagia tanpa melibatkan bahagianya manusia lain.

AKU ADALAH MANUSIA LEMAH, AKU DIKUATKAN OLEH KEADAAN YANG KERAS TERUS MENERUS.

Herlin dari Galaksi PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang