Mata Batinku.

3 1 0
                                    

Aku sudah terbiasa sedari kecil melihat apa yang manusia lain tidak lihat, setan. Makhluk yang tak ada matanya, tubuhnya terbelah, wajah yang termakan ulat belatung, darah yang terkecer kemana mana, sungguh aku tak sama sekali takut karena terbiasa.

Sungguh, kali ini parah sekali. Aku semakin dapat melihat apa yang orang biasa tak dapat lihat, sebenarnya ini juga hal biasa bagiku namun kali ini aku tak nyaman, benar tak nyaman sekali berurusan dengan makhluk durhaka seperti mereka.

Sesungguhnya ini bukan novel mengenai hantu atau setan sejenisnya, namun ini tentang aku. Sering kali aku mencari tutorial bagaimana cara untuk menutupnya sekali saja namun pelik sekali, itu selalu gagal berulang kali di hari yang berbeda.

Aku anggap mereka jin jin pengganggu layaknya Qorin, namun Qorin seseorang yang ku temui kebanyakan jin yang jahat, menganggu, menjahili ku disela ku tertidur, aku berhembus nafas lega jika sehari saja mereka tak ada di sudut kamarku.

Ceritakan saja, ruang sholat dan ruangan tengah rumahku yang selalu gelap walau selalu digantikan lampu berkali kali dengan watt yang meningkat, namanya saja setan, ku akui tak ada yang baik, sekali lagi setan tak ada yang baik dengan segala ucapan halusnya, mereka penghasut lebih dari manusia, mereka yang menghasut dengan segala cara untuk membuat kita jauh dari apa yang sudah kita genggam dari agama.

Aku terlahir sempurna, di hari Rabu malam Kamis, awalnya aku mengira apa yang aku lihat selama ini manusia yang terluka wajah dan kakinya, saat aku duduk di bangku sekolah dasar, aku tak sengaja diikuti seorang makhluk yang membuatku sakit berbulan bulan, namun syukurlah aku sembuh, sejak kejadian itulah mata batinku semakin parau dalam dan mengganggu.

Jujur, aku jadi sering tampak tampak wajah hancur dengan mata yang berserak, aku sering melihat setan yang terseret kakinya dengan darah yang tenggelam dari didihan otaknya, aku sering melihat gadis yang kadang cantik namun kadang luka parah juga sesaat waktu, sudut sudut yang sewaktu kecil menyenangkan jadi gelap kelam saat aku lihat kembali.

Makanan yang ku makan awalnya tak menyelesaikan selera saat ku kunyah, itu awalnya. Sholat yang takut takut jika saja ada makmum yang mengikuti atau bahkan pikiran yang terbawa jauh pada lemari yang tertutup rapat takut jika mereka bersembunyi dari balik sama.

Silsilah keluargaku juga begitu, banyak yang mempunyai mata batin, aku akui ini faktor genetik dari orang terdahulu dari keluargaku, parah sekali. Aku malas sekali jika sudah berurusan dengan hal tak masuk akal seperti ini, walau ini asli tapi aku tak menyukai segala sesuatu tentang hal ghaib aneh ini.

Seiring waktu, aku setuju dengan kehidupanku yang semakin aneh, aku maklumi saja, mungkin anugerah. Mungkin ini hal baru yang membuatku berkomunikasi dengan sesuatu hal yang orang lain tak bisa tampak dan dengar, kemampuanku hanya bisa melihat, mendengar, merasakan, menyentuh dan sedikit berkomunikasi.

Kali ini aku tak takut lagi jika tiba tiba ia tertawa dari bilik kamarku yang berwarna, aku tak takut lagi jika melihat tubuh tanpa kepala dari kejauhan, aku takut lagi jika ada sesuatu yang melompat lompat di atas ranjang ku, aku tak takut lagi jika tak sengaja terbawa ke alam yang tak aku ketahui.

Sebenarnya, aku tak separah orang orang yang benar benar bisa melihat seutuhnya, aku hanya bisa sering melihat namu tak setiap saat, tak setiap saat aku melihat mereka bersikeras di depanku. Aku berpikir keras agar aku menerima kelebihan ku ini, kelebihan yang harusnya tak membuatku takut sejak kecil.

Sejak aku beranjak umur 15 tahun, aku tak takut lagi dengan hal semacam ini, awalnya tak ada yang tahu tentang rahasia mata batinku namun seiring waktu dan banyaknya sahabat, aku ceritakan ini pada empat sahabat dekatku. Malu, iya aku menganggap diriku tak normal dan aku katakan pada mereka, namun payah sekali rupanya ternyata mereka tersenyum dan berkata, "Enggak apa Lin, bagus kalo engkau ingin cerita lebih".

Pikiranku saja yang kacau dan takut mereka tak mau bermain dengan remaja aneh seperti aku yang kadang bicara dan marah marah sendiri.

Walau aku sering melihat dan mendengar makhluk tak kasat mata seperti mereka, aku tak pernah punya satu temanpun untuk itu, akui saja aku malas berteman dengan hal yang tak perlu aku dekati, gila saja aku dekat dengan makhluk yang durhaka pada sang pencipta ku. Jika kalian seperti aku, kalian punya teman makhluk ghaib begitu, aku sarankan jangan ya, tugas mereka menyesatkan lho.

Mari aku ceritakan secuplik ceritaku, saat aku sedang terlelap tidur aku sering kali mengalami berat tubuh, atau kata lain kata nenekku "Ketindihan setan". Hal seperti itu bukan sekali dua kali aku alami, bahkan sejak kecil sering aku alami, saat seperti itu aku hanya bisa berdoa saat aku diganggu dengan jelas, mereka kalang kabut tak jelas menertawaiku, aku tak takut saat itu.

Yang aku tahu, adikku pernah memelukku erat saat aku terpejam erat di antara segarnya dingin kipas angin dari arah bawah kakiku, ada suara setan dari plafon rumah tertawa kencang deras serta nyaring, adikku menangis memelukku sambil terus merengek berbicara "Mbak, ada kuntilanak", walau aku terpejam aku faham suara adikku, saat aku membaca doa dalam hati sekeras mungkin, mataku tiba tiba terbuka, tak ada yang memelukku, tak ada yang tertawa namun kipas masih bergerak dengan angin dingin yang menandakan itu nyata, aku melihat sebelah kanan ranjangnya, adikku tertidur dan sama sekali tak menangis, lalu yang memelukku siapa?.

Bukan hanya kejadian itu sebenarnya, sampai umurku seperti ini mereka sering mengusiliku mungkin saja karena aku tak berteman dengan mereka, sikapku berbalik sikap dengan mata batinku yang bisa melihat mereka, aku termasuk orang yang bisa mengendalikan diri dan berdoa. Aku paham benar Allah ada di manapun aku berada, Allah tak membiarkan aku menghadapi apapun sendirian.

Orang yang mempunyai mata batin tak sekuat apa yang mereka bayangkan, tak sekuat orang orang biasa yang tak melihat apapun dari hidupnya selain manusia, hewan dan tumbuhan, manusia seperti aku bisa terbawa ke dunia jin dan iblis kapan saja namun jiwaku melekat dan menolak.

Ku ungkapkan dan ingatkan lagi, setan serta iblis hanya bisa menyesatkan jika kita masih berada di dunia milik kita seutuhnya namun jika kita sudah terbawa ke alam bawah yang jauh dan terhuni ribuan bahkan jutaan makhluk seperti mereka entah kita yang tersesat, terluka ataupun tak dapat lagi kembali dengan mudah ke dunia kita, dan yang hilang adalah jiwa bukan raga.

Hebatnya, aku tak pernah sekalipun mencoba menutup mata batinku sepenuhnya, aku hanya berniat istirahat sebentar dahulu. Aku sebenarnya tak takut dengan setan maupun sejenisnya, aku hanya tak nyaman dan menganggap tak normal pada diriku sendiri, namun sekarang aku anggap diriku punya kelebihan tak seperti orang lain atau bahkan temanku yang mungkin tak bisa sekuat aku jika melihat hal yang aneh.

Kadang, terkoyak juga hatiku menangis diam diam dalam selimut karena lelah kena ganggu, aku sesekali menatap lama sajadah sesudah sholat, hanya saat shalat diriku bebas sangat bebas bercerita pada sang Rabb, betapa lelahnya aku menghadapi ini.

Lama lama Allah menguatkan segala hamba yang seperti aku, hamba yang hanya bisa berdoa dan menjalankan kewajiban walau terganggu dengan hal aneh seperti itu, bibirku mengulum senyum lembut menatap ke depan dengan segala hal yang harus aku tatap setiap hari.

Baik itu setan, jin, iblis atau semacamnya, aku benar benar tak takut, aku tak berniat menutupnya rapat, jalani hidupku sendiri dengan apapun yang berjalan di atasnya, serta hanya bisa berkata, "Bumi bukanlah tempat untuk manusia, hewan dan tumbuhan saja, di tempat inilah makhluk ghaib bertinggal".

"Tak ada setan yang mengajak kepada kebaikan, sekali lagi aku ingatkan setan adalah penyesat utama menuju neraka bahkan nereka tingkatan pertama!".

"Ku katakan lagi, manusia yang Sholeh lebih bagus derajatnya, lebih baik sikapnya dalam mengendalikan hal sepele macam ini, dengan ibadah, shalat, dzikir, tahajud, berpuasa dan segala yang membuat kita lebih dekat kepada-Nya".

Herlin dari Galaksi PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang