Aku sering melihat kakak kelasku berpacaran di sekolah, bersandar di pundaknya sambil menggenggam tangan kekasihnya erat. Jujur aku tak iri dengan ini semua, aku hanya ingin masuk menjadi lebih baik dan meninggalkan hal buruk itu.
Semua orang jelas punya pilihan dan pendapat, jelas mereka berpacaran karena punya mindset hidupnya sendiri, aku juga punya. Aku bahkan tak banyak menyalahkan, aku hanya fokus pada mindsetku namun tak menyalahkan pikiran orang lain tentang itu.
Aku muslim, tepatnya agamaku Islam. Aku percaya semua agama mengajarkan kebaikan, aku termasuk manusia bertoleransi yang lumayan tinggi, aku tidak pernah menganggap teman beda agamaku menganut agama yang salah, sungguh, walau aku tahu bagaimana kenyataannya.
Aku sering bercermin, menatapi diriku yang semakin lama semakin tua, dengan luka di dekat pipi yang tak kunjung hilang dan jilbab terjulur begini saja bagai tak pernah ganti, sholat yang kadang tak tepat waktu, namun bagusnya aku tetap sholat, lalu aku meringis dan tertawa menyadari aku adalah manusia biasa yang penuh dosa.
Aku juga seorang pendosa hebat, aku juga merasa aku munafik jika mengingatkan manusia lain tapi nyatanya itu perlu agar aku tak melakukan kesalahan itu dan harus memperbaiki diri.
Jika dahulu aku sholat, berpuasa, sholawat dan lainnya hanya karena di marah oleh ibu. Kini aku melakukan nya karena tahu aku adalah manusia beragama.
Jika tidak ingat mati sudah ku curi jeruk belakang sekolahku, jika tidak ingat mati tidak perlu aku bangun setengah enam untuk sholat, jika aku tidak ingat mati sudah aku bunuh manusia berisik yang terus terusan menghinaku.
Mengaji yang masih terbata bata, yang terpenting mengaji dan mencoba. Doaku terlalu banyak namun tingkahku sangat berulah, yang penting aku tau aku salah kemudian aku bertobat.
Jika kamu suka permainan, jangan suka bermain main atas agamamu, apapun agamamu. Bagaimana caramu berdoa, apapun ibadahmu, jangan pernah menjadi atheis,
Karena menjadi atheis bagai manusia yang tidak turun ke bumi dan kita tidak mengenal siapa dia, bahkan bak manusia yang tak punya identitas.Mendengar adzan malah kembali terlelap tidur, lalu untuk apa dirimu di lahirkan lengkap sempurna ke dunia, di suruh ibadah ke gereja engkau malah sibuk bekerja, di suruh mengunjungi tempat ibadahmu engkau malah sibuk dengan urusanmu sendiri. Hal penting apa yang lebih penting daripada Tuhanmu?.
Aku kenal seseorang, ajaran agamanya bagus, tingkahnya juga lumayan sopan, suka mengajarkan akidah hadis dan sebagainya, sayangnya dia pacaran. Ku kira dia faham Q.S Al-Isra 17/32, ternyata tidak. Tapi ku akui dia hebat, dia mengaji dengan lancar saat mengajar di kelasku, mungkin dia belum mendalami ajarannya sendiri, tapi ini tergantung mindset juga dan aku fokus pada mindsetku.
Oh ya, hari ini aku bersekolah lagi. Dengan langkah cerah tanpa lamunan, ku lihat awan hari ini bagus, biru cerah dengan awan putihnya. Sungguh Allah maha pencipta ya, bayangkan saja bumi seluas ini dia yang menciptakan.
Aku melihat guruku mengajar di depan, membahas ledakan penduduk dan berujung ke pernikahan dini akibat kesalahan, aku rasa banyak manusia yang melakukan pernikahan dini karena seks bebas, mereka seakan lupa bahwa pencipta itu ada.
Anak yang menjadi korban pun kasihan tak bisa disebut dengan nama akhir bin ataupun binti. Untung saja aku terlahir alami karena setelah pernikahan halal, bukan semata kecelakaan.
Jilbab yang menjulur sampai ke dada selalu aku rasakan saat menjadi aku, rasanya aku ingin sekali memakai gamis panjang layaknya ustadzah, tetapi lingkunganku tidak mendukung, mereka hanya menghina tanpa menyadari bahwa menutup aurat itu wajib bukan trend.
Pernah suatu saat aku memakai hijab sangat panjang ke sekolah, teman teman malah menertawaiku dengan kencang, ada yang berbisik dalam satu pertemanannya saat melihatku, atau bahkan ada yang blak blakan menghina dengan sindiran tak masuk akalnya, kataku "biasa manusia".
KAMU SEDANG MEMBACA
Herlin dari Galaksi Puisi
PoetryTentang aku yang selalu belajar menerima dirinya sendiri Ini tentang aku yang menjadikan hidup sebagai keputusan yang paling tepat, agar aku yang biasa saja dapat belajar mencintai banyak hal dari diriku sendiri, serta tentang aku yang belajar banya...