Dini hari pukul lima pagi. Seperti biasa, Neola pergi ke kamar Benon untuk membantu Pangeran bersiap menuju lokasi pemburuan monster.
Tak heran bila kemampuannya membuat Kaisar mengutusnya pergi, lantaran hanya dialah yang bisa menggunakan sihir penyerang di antara para kesatria lainnya.
Semenjak Benon ikut berburu, tentu para monster yang biasanya turun dari gunung menuju pemukiman warga semakin berkurang. Namun, kondisi Benon sendiri juga tampak semakin berkurang seiring berjalannya waktu.
"Bagaimana dengan luka yang kemarin? Apa Tuan yakin ingin pergi lagi hari ini?" tanya Neola sambil menampakkan wajah nan khawatir.
Mendengar perkataan gadis itu, Benon yang sedang membetulkan dasi, lalu berbalik dan tersenyum padanya. Ini adalah pertama kalinya ia merasakan seseorang memperlakukannya secara implisit.
Lihat ekspresinya ... begitu menggemaskan, pikir Benon tentang Neola.
Benon menepuk kepala Neola. "Aku tidak apa-apa, jangan khawatir."
Neola menghela napas gusar sebelum akhirnya, ia beranjak pergi untuk mengambil bekal pria itu.
"Eh!" Benon menggapai lengan Neola, seolah ingin mengatakan sesuatu. "Aku penasaran, apa gerangan yang kaulakukan tadi malam? Aku tidak bisa masuk ke mimpimu."
"Ah, i– itu!"
Aku tidak mungkin mengatakannya bahwa, kemarin belum tidur sampai dipanggil ke ruangan Putra Mahkota.
"Em ...." Jawaban terbata-bata dari Neola membuat Benon memanyunkan bibirnya.
"Iya sudah kalau kau tidak mau menjawab. Aku pergi!"
"Eh! Tu-tunggu, Tuan! Bekalnya!"
Setelah mengambil bekalnya di dapur, Neola mengejar Benon di sepanjang koridor. Sebenarnya Benon sengaja agar ia dikejar oleh Neola. Ia bahkan sampai memperlambat jalannya menunggu Neola kembali dari dapur.
Karena perbedaan panjang kaki mereka, Neola jadi tertinggal cukup jauh.
Di sela kejar-kejaran antar mereka berdua, terdapat Shannon yang sedang berada di dalam salah satu ruangan yang mereka lewati. Shannon ke sana menghampiri sang Kaisar yang sedang berada di Istana Pangeran Kedua.
"Shannon, jangan lupa bahwa kau satu-satunya keturunanku! Memangnya kau mau tahtaku diwariskan pada Benon?!" tanya sang Kaisar membentak.
"Tidak."
"Nah! Kalau begitu, kau harus melakukan pernikahan politik ini! Kau tidak bisa hidup dengan wanita selain Putri Alka! Pemimpin Frostine harus tetap meneruskan kekuatan pemanas dan sihirnya, kau sendiri tahu itu."
Shannon menggigit ujung bibirnya hingga luka, lalu berkata, "ya."
Merasa jengkel terus mendengar jawaban singkat anaknya, Kaisar langsung menyuruhnya pergi.
Tatkala Shannon menutup pintu, tiba-tiba ia dihampiri seorang gadis yang merupakan tunangannya.
"Jadi, kapan kita akan menikah?" tanya Alka kemudian melingkarkan lengannya di lengan Shannon.
Sudah jatuh tertimpa tangga, itulah yang Shannon rasakan saat ini. "Ck, menyingkir dariku!"
"Tidak mau, hehe."
Pandangan Shannon mulai tertuju pada Neola dan Benon yang berada tak jauh darinya. Melihat pemandangan tersebut, wajah Shannon seketika mengeras.
"Hati-hati, Tuan. Bisa saja ada banyak hewan magis yang tak mempan pada kekuatan Anda," jeri Neola terdengar Shannon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belas Kasih Putra Mahkota | TXT ✓
Fantasy[TAMAT] Dahulu ada seorang Putra Mahkota di Kekaisaran Frostine bernama Shannon, yang enggan menikahi tunangannya. Padahal, pernikahan itu merupakan syarat utama baginya untuk menjadi Kaisar. Sebenarnya Shannon juga ingin menikah, tetapi tidak denga...