Seorang wanita dengan perut membucit itu tengah berjuang mengeluarkan sang buah hati.
Anak pertama telah lahir. Selanjutnya, wanita itu masih terus berjuang mengeluarkan apa yang ada di dalam rahimnya. Tak terduga anak kedua juga lahir. Namun, tak berakhir sampai situ saja!
"Sa– sakit!" keluh sang wanita seraya menangis. "Rasanya seperti mau mati, hiks."
Tidak jatuh pingsan saja sudah sangat hebat. Ruangan yang awalnya sunyi, kian terisi penuh dengan tangisan-tangisan.
Suaminya semakin mengeratkan genggaman sang istri lalu berkata, "sabar, Sayang! Ayo, sepertinya satu lagi. Kamu pasti bisa!"
Wanita itu menatap tajam ke arah sang suami. "S-sabar, sabar! Seandainya anak ketiga ini tak ada, aku ... tidak akan sesakit ini! Aa-uuuukhh!"
Selang beberapa menit, akhirnya anak terakhir wanita itu lahir.
Keheranan menghiasi wajah sang suami. Saat ini, dia terfokus pada Si Bungsu yang tampak menangis tetapi tak mengeluarkan suara sedikit pun.
"DOKTER!" Tiba-tiba pria itu berteriak hingga membuat wanitanya terperanjat.
Ada apa? pikir wanitanya, lalu mengalihkan atensi ke arah yang dituju sang suami.
Lho, anak itu ...? Bagaimana bisa dia menangis tetapi tak ada suara yang kelu–?!
"DOKTER! JANGAN BILANG DIA BISU?!" Wanita itu ikut berteriak sembari menatap cemas anak ketiganya. "DOK!"
Dokter di sana tak langsung menjawab, "benar."
Kini ketiga bersaudara, yakni Noela, Noel, dan Neola sudah menginjak usia lima tahun. Mereka tengah berdiri di dekat jendela sambil melihat salju turun dengan derasnya.
Kedua orang tuanya tampak sibuk dengan tamu masing-masing. Sehingga, ketiga anaknya dibiarkan bermain tanpa pengawasan.
"Minggil! Atu mau liyat lebi detat!" Ini suara Noela. Dia tidak bisu tetapi perkembangan bicaranya cukup lambat.
"Jangan, Ela! Itu sangat dingin!" Berbeda dengan kedua saudarinya, Noel tampak baik-baik saja tak ada kekurangan dalam lisan.
Diam-diam Neola meraba kaca jendela di depannya, kendati saudaranya tak mengindahkan apa yang ia lakukan.
Ternyata Noela melihat apa yang dilakukan saudarinya, Neola. Mendadak tangan gadis kecil itu ikut memegang jendela dingin tersebut.
"Hahaha! Kalau begitu, nanti saya kabari lagi. Hati-hati di jalan!" Sang ibu tampak selesai berbincang dengan tamunya.
"Aw!"
"Eh, ELA JANGAN SENTUH! KAN, AKU SUDAH BILANG DINGIN!"
"Ta-tapi!" Mata gadis kecil itu mulai berair. "Dia boyeh, tuh! Hiks ... huhu, huwaaaaa!"
Mendengar kebisingan, sang ibu langsung berlari ke arah anak-anak seraya keningnya berkerut.
"Ada apa? Hah?! Kenapa Ela nangis?" tanya sang ibu yang berniat mengatakan secara halus, tapi tidak dengan kedengarannya.
Pembelaan keluar dari mulut Noel. "Aku menyuruhnya untuk tidak terlalu dekat dengan jendela, tetapi Ola malah mengajarinya menyentuh kaca yang tentunya dingin!"
Seketika sang ibu bersedekap dan melotot pada Neola. Dia kemudian memiliki ide untuk menghukum putri bungsunya tersebut.
"Hah, Ibu sudah muak padamu Neola,"—dia meraih lengan Si Bungsu—"ikut Ibu sekarang! Malam ini kau harus tidur di loteng sendirian!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Belas Kasih Putra Mahkota | TXT ✓
Fantasia[TAMAT] Dahulu ada seorang Putra Mahkota di Kekaisaran Frostine bernama Shannon, yang enggan menikahi tunangannya. Padahal, pernikahan itu merupakan syarat utama baginya untuk menjadi Kaisar. Sebenarnya Shannon juga ingin menikah, tetapi tidak denga...