Chapter 01

536 288 303
                                    

Ibu dan ayah dari ketiga bersaudara itu akhirnya pulang. Entah sebelumnya mereka pergi ke mana, tapi yang jelas begitu mereka tahu Putra Mahkota akan datang, keduanya mendadak terburu-buru keluar dari rumah.

"Ela, apa kamu melihatnya ke kamar Ibu?" tanya Ceysa sambil meraih pundak Noela. "Hm? LIHAT TIDAK?!" Setelah itu tubuh putrinya ia guncangkan.

Sang ibu terlihat panik, seolah-olah takut tertangkap basah menyembunyikan sesuatu dalam kamarnya.

"Ti-tidak, Bu!" jawab Noela yang mendapat anggukan dari Noel.

"Daripada itu, dia malah ke kamarnya Ola!" ujar Noela sambil menunjuk Neola di sana.

"Iya, Bu! Bahkan dia memberikan Ola mantel dan menyuruh kami menutup jendela!" lanjut Noel mengompori.

Ceysa terkejut. Di sisi lain sang suami berusaha tampak biasa-biasa saja. "Anak-anak, mungkin kalian tidak tahu, kalau ... di luar sana Putra Mahkota memang terkenal ramah dan baik hati pada rakyatnya."

Ceysa melirik suaminya, lalu setuju. "Betul. Lebih dari itu, mungkin dia melihat sisi menyedihkan Ola," katanya sambil menatap Neola dengan ekspresi penuh ejekan.

"Yah, berarti saat itu Putra Mahkota melihat aku dan Noel sebagai penjahat? Ini tidak adil!" gerutu Noela.

Tiba-tiba, Noel membisikkan sesuatu kepada Noela. Gadis itu mendengarkan dengan saksama. Hingga kemudian, ujung bibirnya menaik sebelah.

"Ibu, Ayah! Aku ingin mantel itu! Masa tadi aku minta pinjam saja tidak boleh sama dia!" ujar Noela dengan ekspresi sedih yang ia buat-buat.

"Iya, Bu! Aku juga ingin meminjamnya, tetapi ditolak. Padahal, aku penasaran seperti apa rasanya memakai mantel bangsawan."

Ibunya pasti akan lebih membela keduanya dibanding Neola. Namun, sayang, sang ayah yang biasa membela Neola, dengan polosnya terperangkap dalam ucapan kedua anaknya itu.

"Ola, kemari!" panggil Ceysa dengan mata melotot.

Suara melengking Ceysa membuyarkan lamunan Neola. Gadis itu pun kembali menatap keluarganya yang tak jauh dari lantai yang ia duduki.

Deg!

S-sepertinya aku membuat kesalahan lagi. Ti tidak! Jika aku menahan rasa sakitnya, pasti akan cepat selesai.

Tangan Neola mulai menuliskan sesuatu sambil bergemetar, menggunakan kertas dan pena yang selalu ia pegang di depan mereka. 'Apa aku melakukan kesalahan?'

Dahi Ceysa mengkerut, tanda amarahnya kian muncul. "Masih tanya kenapa?! KAMU KENAPA TIDAK KASIH MANTELNYA KE ELA DAN NOEL!"

A-apa? batin Neola takut bercampur heran.

"Neola, pinjamkan sebentar kepada kedua saudara kembarmu!" ucap sang ayah.

Tidak, Ayah juga?

Neola segera menggeleng, membuat semuanya terkejut.

Ceysa berjalan mendekat. "Neola ... KAMU DIBILANG BAIK-BAIK MELUNJAK, YA?!" Rambut putrinya itu ia jambaki dengan keras.

Merasa belum puas menyakiti, Ceysa kemudian menampar pipi Neola kencang.

Ack!

"INI BALASAN DARI KAMU YANG TIDAK MENURUT!" Sebuah cambuk di tangan sang ibu, yang entah dari mana datangnya membuat Neola terbelalak.

"Pfft." Kedua Noel bersaudara merasa tampak puas.

Ctakk!

"Sudah cukup, Sayang!" Sang suami berusaha menenangkan istrinya. Beruntung berkatnya Ceysa jadi berhenti.

Belas Kasih Putra Mahkota | TXT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang