Chapter 02

489 284 216
                                    

"Apa Yang Mulia berpikir bahwa alasannya membunuh memang karena kekhawatiran?" tanya Jayveer perihal pembunuh wanita sebelumnya.

Sembari menggendong Neola ke atas kuda, Shannon menjawab menggunakan telepati. "Yang benar saja, paling dia hanya mengecoh. Tetapi jikalau menekan pertumbuhan di Kekaisaran, kau benar."

Seakan pertanyaan Jayveer tak dijawab Shannon, Neola menatap bingung melihat Jayveer seperti berbicara pada diri sendiri. Neola bahkan tidak menyadari ketika Shannon mengangkatnya romantis ke atas kuda.

"Ya, saya juga berpikir demikian," celetuk Jayveer lalu barulah sesudahnya ia memakai telepati.

Dalam hati Neola berpikir polos, sebenarnya Sir itu berbicara pada siapa? A– apakah makhluk halus ada di sini?!

"Masuk akal jika menekan pertumbuhan dia menargetkan wanita bersuami supaya tidak memperbanyak keturunan, ketimbang dihubungkan dengan alasan Anda yang belum menikah," terang Jayveer.

Shannon menjawab cepat, "aku tahu."

Di perjalanan menunggang kuda, sesekali Jayveer melirik ke arah Neola. Timbul suatu pikiran di benak Jayveer tentang siapa perempuan itu, dan untuk apa Shannon membawanya ke tempat tunangannya berada.

"Yang Mulia jangan khawatir, Anda bisa menikah kapan saja," ucap Jayveer tiba-tiba.

Tetapi tidak dengan siapa saja, lanjut Jayveer membatin dingin.

Saat tiba di depan Paviliun, Shannon langsung memanggil kepala pelayan begitu turun dari kuda.

Shannon menurunkan Neola perlahan, lalu menyerahkan kudanya kepada lelaki tua yang datang untuk mengurusi. Jelas ada banyak pelayan memperhatikan kedatangan mereka.

Setelah mengenalkan Neola sebagai seorang gadis bisu tanpa nama kepada kepala pelayan, menjelaskan secara ringkas apa yang terjadi, Shannon lalu menyuruh gadis itu masuk ditemani dengan kepala pelayan yang akan memandu untuk kedepannya.

Neola meraih ujung baju Shannon sebelum diantar masuk. Gadis itu kemudian ingin melepas mantelnya, tetapi Shannon menghentikan.

"Buatmu saja," kata Shannon.

Neola tidak mengerti. Mungkinkah Shannon tahu bahwa baju Neola robek-robek sehingga terlihat bekas cambukan? Makanya ia memberikan mantel itu supaya baju Neola tertutup sampai mendapatkan ganti yang layak?

Di gang gelap, kukira dia tidak melihatnya, batin Neola menyadari perhatian seorang Putra Mahkota.

💮❄️❄️❄️💮

"Hah ...." Shannon menghela napas kasar, di kala ia masih berkutat dengan dokumen-dokumen yang terdapat di ruang kerja tersebut.

Di sampingnya, Zoe Kaidyn, ajudan sekaligus Kesatria Pribadi Shannon terus merasa khawatir dibuatnya. Teringin ia membantu. Namun, apalah daya bila Shannon sudah menolak.

"Zoe," panggil Shannon membuat laki-laki itu menyengir. Zoe mengira, akhirnya kali ini Tuannya akan beranjak istirahat.

"Iya, Tuan? Apa Anda ingin saya menggantikan?" tanya Zoe memperlihatkan mata berseri-seri.

"Bagaimana dengan pelayan itu?" Bukannya menjawab, Shannon malah melempar pertanyaan.

Zoe membatin sambil cemberut, maksudnya pelayan bisu itu ya?

Tangannya menggaruk-garuk kepala yang tak gatal. Zoe berdeham, "kekurangan dia yang tidak bisa berbicara membuat dirinya dijauhi para pelayan lain, Tuan. Ah, dan juga karena asal usulnya."

Shannon tidak terkejut. Ia sudah menduga hal tersebut akan terjadi. Sebab, ia membawa gadis asing—bukan bangsawan—ke kediaman dalam keadaan sudah memiliki tunangan.

Belas Kasih Putra Mahkota | TXT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang