08

3.8K 257 14
                                    

WARNING ⚠️

Jangan lupa vote dan komen!

Jangan sider, hargai karya penulis!

•••••

Semakin hari, holiday mereka di Yunani semakin buruk. Mulai dari Renjun yang selalu mengurung diri di kamarnya. Haechan yang selalu menghindar bila ada Mark. Mark yang kadang memilih main tunggal dibandingkan gabung bersama Jeno, Jaemin dan Winter. Winter yang terkadang melupakan Jaemin hanya untuk menenangkan Renjun. Jaemin yang kesal karena Winter kurang waktu untuknya. Dan Jeno yang tidak merasakan perubahan apapun, dia netral.

Sekarang, mereka tengah berkumpul bersama di dalam kamar Jeno karena Jeno yang tadinya dengan usil mengirim pesan di group WhatsApp dan berkata bahwa ada perampok yang masuk ingin membunuhnya. Alhasil, Mark, Jaemin, Renjun, Haechan dan Winter langsung menghampirinya. Tapi, apa yang mereka dapat ternyata malah membuat mereka kesal dan emosi. Jeno malah tampak santai sambil meminum segelas air dingin di samping ranjang.

"Anjing lo, Jen! Apa gunanya lo bilang kayak gitu di grup, sih?!" tanya Jaemin dengan suara yang benar-benar emosi.

Jeno menghembuskan nafas dengan cukup panjang, lalu berjalan ke arah teman-temannya yang tengah berdiri di samping pintu.

Saat Mark membalikkan badannya dan hendak keluar dari sana, Jeno tiba-tiba berteriak dan berkata.

"Lo melangkah keluar, gue enggak segan-segan buat mutusin tali persahabatan kita semua!" tegas Jeno.

Mark langsung membalikkan badannya dengan cepat, lalu keningnya mengerut dengan alis kanan yang terangkat tinggi.

Bukannya Mark tak punya teman sampai tidak melanjutkan niatnya untuk pergi dari kamar Jeno, tetapi dia sulit untuk mencari teman yang setia seperti Jeno. Kalau boleh dikatakan, banyak teman tetapi hanya satu yang setia, maka Mark akan menjawab kalau Jeno lah yang setia.

"Lo gila sampai bilang kayak gitu?" tanya Mark datar.

Jeno mendengkus.

"Mending kalian semua duduk aja, daripada kalian berdiri kayak gitu!" sinis Jeno.

Bagaikan Jeno yang memegang remote control mereka, mereka semua dengan refleks langsung duduk sesuai dengan perintah Jeno.

Jeno berjalan ke arah mereka, lalu menatap teman-temannya itu satu persatu dengan tetapan yang terlihat begitu kecewa dan juga sangat sinis.

"Jujurly, liburan kali ini benar-benar enggak sesuai sama ekspektasi gue. Liburan kali ini hancur banget tanpa ke sisa sedikitpun."

"I know kalau memang dipikir-pikir gue terlalu alay sampai mikirin ini. Tapi, kalian sadar enggak kalau kalian lagi main tunggal satu sama lain?"

"Kalau kayak gini, ngapain kita rekomendasiin liburan bareng di satu negara yang sama? Kenapa enggak misah aja dan milih negara sendiri-sendiri, kalau pada akhirnya di negara yang sama kita malah main tunggal sendiri?"

"Gue tahu kalau ini semua berawal dari pertengkaran Renjun sama Mark. But, itu masalah bisa dikesampingkan dulu dan nggak usah bawa di holiday kita gak, sih? Ya ... Kalau emang mau diselesaikan, seenggaknya selesaikan berdua nanti di Indonesia."

"Ya ... Kalau emang nggak bisa nunggu lama buat selesaikan masalahnya, seenggaknya kalian berdua selesaiin tanpa nyeret anak-anak lain biar bisa main tunggal."

Renjun terdiam seribu bahasa saat mendengarkan semua penjelasan Jeno.

"Gue gak ada ajak kalian main tunggal sama kayak gue. Bahkan gue masih bersikap biasa aja di depan kalian semua. Cuma bangsatnya, kalian yang malah enggak perduli sama gue." Mark angkat suara.

Mark diam-diam melirik ke arah Haechan, lalu dia menghembuskan nafas dengan cukup kasar.

"Gue emang lagi tengkar sama abang lo. Tapi, kenapa lo malah ikutan buat musuhin gue?" tanya Mark dengan mata yang tak berhenti menatap Haechan dengan serius.

Haechan langsung gelagakkan sendiri, dia tidak menyangka kalau pria beralis camar itu langsung to the point pada intinya.

"Kakak cuma berperasaan salah aja. Mana ada Echan jauhin kakak? Kemarin aja, Haechan main Uno sama Kakak," jawab Haechan sambil berusaha menahan rasa gugupnya.

Mark tersenyum tipis saat mendengarkan jawaban polos dari pria berkulit karamel itu.

"Lo kira gue bodoh dan nggak tahu gimana perlakuan lo beberapa hari ini buat gue?" tanya Mark.

"Kenapa kamu malah kesannya terus memperhatikan Haechan, Mark?" tanya Renjun tiba-tiba mengangkat suara dengan tidak terima.

"Apa benar tebakan aku kalau kamu suka sama adik aku sendiri sampai kamu mutusin aku?" tanya Renjun sedih.

Mark memejamkan matanya dengan emosi, lalu dia membuka matanya kembali.

"Fine! Sudutin aja gue sampek gak ada celah buat keluar!" seru Mark.

"Semua berawal dari pertengkaran gue sama Renjun, kan?! Oke!" tanya Mark.

Mark menatap ke arah Renjun.

"Ayo kita balikan!" ajak Mark.

Renjun langsung membulatkan matanya dengan lebar karena mendengar ajakan tiba-tiba dari Mark, tetapi Haechan yang duduk di samping sang kakak langsung merasakan hatinya yang teriris.

"Sesak..." lirih Haechan di dalam hati.

Haechan mengalihkan pandangannya ke arah lain sambil menggigit bibir bawahnya untuk menahan getaran bibirnya dan tidak menangis saat itu juga.

Haechan tiba-tiba berdiri dari duduknya dan membuat atensi semua orang dengan refleks menatap ke arahnya.

"Masalah sudah selesai, kan? Mending kalian tidur semua. Haechan mau tidur lebih awal karena besok masih banyak spot yang mau Haechan kunjungi," jelas Haechan.

Tanpa menunggu siapapun, Haechan langsung pergi begitu saja keluar dari kamar dan menuju kamar Renjun dan Mark.

"Loh! Haechan ngapain keluar dari sini? Ini kamar gue sama dia," heran Jeno.

"Nanti lo susulin aja anaknya kalau udah ngantuk. Gue di sini aja bareng Mark," saran Renjun.

"Dih! Langsung cerah meriah itu muka pas udah balikan sama mantan," ledek Jaemin.

Renjun menahan senyumannya saat mendengarkan ledekan Jaemin, lalu dia menyembunyikan seluruh wajahnya pada lengan Mark.

"Karena masalah kalian udah selesai, gue juga mau balik ke kamar gue bareng Winter. Ini anak ngediamin gue semenjak kalian bertengkar, berasa enggak bawa pacar gue ke sini," sindir Jaemin.

Winter mengerucutkan bibirnya dengan manja.

"Maafin aku," ucap Winter.

Jaemin tersenyum lebar sambil memberikan kecupan kecil pada bibir sang kekasih, membuat Jeno yang pada dasarnya tak memiliki pasangan hanya bisa menghembuskan nafas dengan kesal.

"Udahlah! Gue juga mau balik bareng Haechan, seenggaknya gue ada kesempatan pakai single bed bareng dia," ucap Jeno sambil tersenyum lebar.

Mark diam-diam mengeraskan rahangnya saat mendengarkan ucapan Jeno, tetapi beberapa detik berikutnya dia tersenyum menyeringai. Senyuman yang tersirat arti di dalam sana.

"Lo tidur duluan aja, gue mau ke toko depan dulu buat beli nachos," perintah Mark lembut pada Renjun.

"Iku-"

"Nggak usah ikut. Cuma sebentar doang," potong Mark.

Renjun menghela napas kecewa dengan bibir mengerucut, tetapi wajahnya langsung berseri karena Mark mencium pipinya.

- 💔💔💔 -

The Best Affair | MarkHyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang