14

3.4K 260 21
                                    

23:12 -

"Astagaaaa! RENJUNNNN!"

Dengan segera Chitta membopong Renjun untuk mengantikan posisi Luke.

"Tadi Renjun tiba-tiba nelpon saya, Tan. Dia bilangnya ada pesawat terbang nabrak club. Saya sadar kalau Renjun kayaknya mabuk. Jadi, saya lacak lokasinya. Untung aja saya cepat datang. Kalau enggak, gak tahu Renjun kayak apa nantinya," jelas Luke.

"Astaga. Makasih ya, Luke. Kalau gak ada kamu, saya gak tahu Renjun kayak mana nantinya," ucap Chitta.

Luke mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau begitu, saya permisi, Tan."

"Iya. Hati-hati ya."

Luke pergi dari mansion Chitta, sedangkan Chitta langsung membaringkan Renjun di atas sofa.

"Mae ... Echan ngambil Mark..."

"Hiks ... Harusnya Mark sama Injun!"

"Mae ... Mark suka sama Echan. Mark mikir kalau Injun cuma tergila-gila sama dia."

"Hiks ... Siapa yang bakalan nolongin Injun kalau atensi Mark direbut Echan semua?"

"Mark gak akan selalu ada buat Injun lagi ... Hiks!"

"Mark gak akan bantu Injun lagi..."

"Mark harusnya selalu bantu Injun ... Hiks! Gak boleh Mark sama Haechan."

Chitta menatap anaknya itu dengan nanar. Dia sudah tahu, bagaimana jalan cerita percintaan anaknya itu.

Dari awal, Chitta memang sudah sangat yakin kalau hubungan Renjun dan Mark tak akan berjalan dengan lancar, mengingat kalau anak sulungnya itulah yang paling antusias dalam hubungan mereka.

Chitta tidak bodoh untuk sadar bahwa Mark hanya terpaksa dalam menjalani hubungannya dengan Renjun, apalagi mengingat kalau dia merupakan seorang psikolog. Ya ... Walaupun Chitta hanya seorang psikolog anak, tetapi dia sadar akan hal itu.

"Sayang ... Kamu gak sepenuhnya sayang sama Mark. Kamu cuma merasa aman sama dia karena setiap kamu ada masalah, Mark yang bantuin kamu."

"Kamu cuma terbawa perasaan dan suasana dengan sifat baik Mark dalam persahabatan kamu sama dia."

"Mae udah ngasih warning dari awal buat kamu kalau hubungan kamu sama Mark gak akan berlangsung dengan lama. Tapi, kamu gak perduli."

"Mae harap, kamu terima semua konsekuensinya. Kasihan Mark yang juga sama tertekannya dengan kamu."

"Mae tahu apa yang kamu lakuin sama Luke. Udah sering kali Mae berusaha buat nyegah kalian dan pada dasarnya kalian sama-sama keras kepala."

"Mae bisa lihat dengan jelas kalau memang Luke sayang sama kamu. Ya ... Walaupun cara kalian berdua salah."

"Sayang ... Ikhlasin Mark sama adik kamu, ya? Kasihan karena kalian bertiga tersiksa dalam satu perasaan yang berbeda-beda."

"Mae gak bodoh. Kamu yang paling tersiksa di sini, Sayang..."

Chitta menatap anaknya dengan nanar, lalu setelah itu dia menghela napas dengan cukup panjang.

"Kak Renjun kenapa, Mae?" tanya Haechan yang tak sengaja melihat Renjun dan Chitta.

Haechan berjalan turun ke lantai satu, lalu setelah itu dia mendekati Renjun dan Chitta.

"Kamu gak bodoh buat langsung paham dengan keadaan, kan?" tanya Chitta.

Haechan terdiam. Iya, dia tahu dan paham.

Chitta tersenyum nanar.

"Anak-anak Mae udah besar ya, sampai bahkan bisa berantem hebat karena cowok."

"Mae gak nyangka kalau kalian tumbuh secepat ini, padahal Mae masih inget banget kalau Haechan gak mau ke Indo dan Renjun gak mau ke Amerika."

"Kenapa harus berantem karena cowok, sih? Hum..."

"Mae sedih banget."

Haechan menundukkan kepalanya dengan dalam.

Tangan Chitta bergerak untuk mengelus lembut luka pada ujung bibir Haechan.

"Kakak kamu jahat banget sampai ngelukain kamu gara-gara cowok ya," sedih Chitta.

"Ini bukan salah Kak Renjun kok, Mae. Ini salah Echan. Harusnya Echan gak ke Indo dan menetap di Amerika."

"Echan gak seharusnya masuk di dalam hubungan Kak Renjun dan Kak Mark. Echan penghancur hubungan Kak Renjun dan Kak Mark, Mae."

"Pantas buat Echan dilukai kayak gini."

"Dan kayaknya emang benar kalau Echan gak cocok di Indonesia."

"Echan balik aja sama Ayah di Amerika, ya?"

"Echan gak bisa buat jadi benalu kayak gini. Kasihan Kak Renjun kemusuhan sama teman-temannya termasuk sama Kak Mark."

"Echan merasa bersalah banget."

Chitta menggelengkan kepalanya dengan lembut.

"Kamu gak salah kok, Sayang. Jadi, jangan berpikiran mau kembali ke Amerika ya," pinta Chitta.

Haechan terdiam, lalu diam-diam dia menatap Renjun dengan tatapan nanar nya.

Haechan menghela napas panjang.

"Mae tidur aja, biar Echan yang jaga Kak Renjun," ucap Haechan menawarkan diri.

"Ta-"

"Tolong, Mae," pinta Haechan.

Chitta mengangguk pasrah, lalu meninggalkan Haechan dan Renjun berdua di ruang tamu itu.

Haechan sekarang tengah menatap Renjun dengan sedih, lalu dia memeluk tubuh sang kakak.

"Kakak jangan benci Echan. Echan sayang sama Kakak."

"Hah ... Kalau emang Kakak gak bisa lepas dari Kak Mark. Ya udah ... Biar Echan yang ngelepasin diri dari Kak Mark."

"Maaf ya? Maaf karena Echan datang ke kehidupan Kakak."

"Harusnya Echan netap aja di Amerika dan gak usah balik ke sini."

"Maaf..."

Haechan memejamkan matanya dengan posisi pahanya yang menjadi bantal Renjun, sedangkan Renjun tengah tidur dengan pulas sambil mendengkur keras karena pengaruh alkohol.

- 💔💔💔 -

The Best Affair | MarkHyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang