8 - Emma and Ramon

6 2 0
                                    

Suara bersenandung menggema sepanjang koridor di lantai bawah tanah. Dengan perasaan berbunga-bunga, langkah kaki Vicente makin melebar menuju aula rahasia. Sebagai informasi, aula rahasia hanya boleh dimasuki vampir-vampir tertentu yang sudah mendapatkan izin dari Vicente. Bagi vampir, mendapatkan izin dari seorang Pangeran Vampir merupakan sebuah kehormatan besar.

Saat pintu aula rahasia mulai terlihat dari jauh, beberapa vampir baru keluar dari ruangan itu dan ada juga beberapa vampir dari luar masuk. Namun, mereka segera mundur menjauh dari pintu saat melihat sosok Vicente, membuka jalan untuknya. Tak ada satupun yang tidak membungkukkan badan padanya. Semuanya takut dengan keberadaan Vicente yang dikenal kejam sehingga dijuluki ‘Pangeran Tiran’.

Seolah ada peraturan yang tidak tertulis, begitu Vicente memasuki aula rahasia, pintu tertutup dan tidak ada boleh yang masuk sesudah Vicente ataupun keluar sebelum dia. Di dalam aula rahasia, tidak beda jauh dengan di luar tadi. Seluruh vampir yang berada di sana sedikit membungkukkan badan dan membuka jalan menuju singgasana khusus Vicente yang sudah dikelilingi rekan-rekan yang paling dipercayainya.

“Wah, Vicente, tampaknya suasana hatimu sedang bagus. Apa kau sudah mendapatkan perempuan itu?” goda Karl Myers, tangan kanan Vicente yang sudah bersumpah tidak akan pernah mengkhianatinya.

Vicente mendengus sombong dengan menyilangkan kaki. “Tentu saja, aku sudah memberinya pelajaran. Tapi, jangan berpikir kau boleh mencicipi darahnya.”

“Senyummu memang paling menyebalkan, Vicente.” Karl menghempaskan dirinya di sofa sebelah sofa yang diduduki Vicente seorang. “Oh, ya, tadi kau tidak ikut pesta dansa, kan, Antonio?” tanya Karl ke Antonio yang duduk satu sofa dengannya.

Antonio yang hendak minum segelas wine merah menundanya sebentar untuk menjawab, “Aku tidak tertarik.”

“Tidak tertarik? Setidaknya, kau harus minum darah mereka, Antonio. Untuk apa kita ke sini tanpa minum darah manusia,” timpal Vicente setelah minum seteguk wine.

Antonio mengabaikannya dengan menuangkan wine merah ke gelas adik perempuannya, Arlet yang duduk di seberang sofa Vicente, lalu menuangkan ke gelasnya sendiri. Dia sudah terlalu banyak minum.

“Omong-omong, Arlet,” Merasa terpanggil, Arlet berpaling ke Vicente tanpa berkedip. Di antara para rekannya, Arlet lah yang paling takut padanya. Vicente selalu menahan tawa saat melihat reaksinya yang berlebihan. “Di mana Lucia? Kau bersamanya di pesta dansa tadi, kan?”

Arlet mengangkat bahu. “Sebelum pesta dansa berlangsung, katanya dia mau berkeliling sebentar. Tapi, setelah pembantaian dimulai, aku tidak melihat dia di manapun.”

Vicente pun mendecak lidah. “Bisa-bisanya dia tidak ada di sini sebelum aku? Dia juga seenaknya berkeliaran. Sejak kapan dia tertarik dengan permainan konyol ini?” Kemudian, dia menoleh ke Karl. “Hei, Karl. Cepat cari dia dan bawakan ke sini. Kalau dia melawan, seret saja.”

Karl tampak ingin mengeluh, tetapi dia tahu alasan Vicente sangat gelisah saat Lucia tidak ada. Lucia sebagai vampir paling dekat dengan Vicente pernah hampir berkhianat dan bisa kapan saja dia berkhianat saat tidak berada di dekat Vicente. Bagi Vicente, Lucia adalah pion berharganya dalam perebutan posisi Raja Vampir.

*****

Hal pertama yang dilihat Violetta saat membuka mata perlahan-lahan adalah wajah seorang perempuan yang terlihat sangat cemas. Violetta kembali mengingat apa yang terjadi sebelum dia pingsan dan bagaimana bisa dia berada di ruangan itu. Vicente menghisap darahnya berlebihan setelah membuat dirinya memakan semua daging yang tidak seharusnya dimakan. Kemudian, saat ada kesempatan, dia kabur ke lantai dua dan memasuki satu kamar yang tidak terkunci.

Bloody BanquetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang