9 - Her Greed

5 2 0
                                    

Lucia memimpin jalan saat mereka sedang mengikuti jejak sekelompok vampir berjubah yang membawa mayat-mayat. Lucia benar-benar tidak banyak bicara dan hanya memberi isyarat saat akan ada vampir datang dari arah lain. Oliver menduga, karena vampir punya pendengaran yang tajam, Lucia akan ketahuan sebagai pengkhianat yang telah membantu manusia kabur. Tak hanya itu, Lucia juga melarang keras pergi ke belok kiri saat menuruni tangga dari lantai satu, padahal banyak vampir berpakaian formal ke sana.

“Hei, Lucia,” panggil Oliver dengan bisikan. “Kalau kau memang setakut itu ketahuan, ayo kembali saja ke atas. Kau juga harus melindungi diri sendiri, tahu.”

Lucia menggeleng. “Tinggal sedikit lagi, kau akan mengetahui kebenaran ‘kolam darah’ yang kusebut tadi.”

Oliver mengernyitkan alis dan baru memahami ucapan Lucia saat menyaksikannya secara langsung. Mereka memasuki sebuah ruangan yang tampak seperti gudang dan punya pintu lagi di dalamnya. Rupanya pintu itu menghubungkan ke ruang berwarna putih ternodai darah. Mereka mengintip dari celah pintu. Para vampir berjubah berlalu lalang di sana sambil melempar mayat-mayat ke tepi kolam dengan air berwarna merah. Bukan, itu darah manusia. Para mayat itu ditebas hingga darah mengucur sampai habis, lalu dibuang ke tempat lain dan dilanjutkan mayat lain. Pemandangan yang tidak bermanusiawi itu membuat Oliver mual dan hampir muntah di tempat.

“Maaf, aku harus menunjukkan tempat ini padamu. Ada beberapa vampir yang tidak bisa bertahan hidup jika tidak minum darah dalam jangka waktu tertentu. Aku bukan salah satu dari mereka, tapi…”

“Aku tahu. Orang mati yang dihidupkan kembali menjadi vampir yang kau maksud itu, kan?” potong Oliver yang hanya menebak.

Lucia mengangguk cemas, dia berusaha tidak menyinggung soal kakak Oliver, tetapi Oliver sendiri lah yang mengungkitnya. “Aku tidak tahu apa kau sudah tahu soal ini atau belum. Mungkin sudah sekitar ratusan tahun, kaum vampir dilarang mendekati pulau utama. Tapi, baru-baru ini salah satu dari kami berhasil lolos ke pulau utama dengan berpura-pura menjadi manusia. Apa kau bisa menduganya?”

Oliver mengangguk dalam diam. Oliver menduga dia berpikiran sama dengan Lucia. Fonz Group, penyelenggara program liburan. Kemungkinan alasan Lucia menahan Oliver tetap hidup adalah ingin mencari tahu tujuan yang sebenarnya dari pendiri Fonz Group yang sepertinya vampir. Sayangnya, Oliver tidak mengetahui banyak hal tentang Fonz Group.

Oliver hendak berpaling ke Beryl yang berdiri di belakangnya, tetapi Oliver merasa aneh dengan Beryl yang memandang tajam ke punggung Lucia. Saat Lucia berbalik badan, Beryl memalingkan pandangan ke arah lain, yaitu ke Oliver.

“Oliver, katamu Violetta masih hidup, kan? Kalau begitu, kita harus segera mencarinya sebelum terjadi sesuatu padanya. Kita tidak boleh buang-buang waktu dengan hal seperti ini.” Kemudian, Beryl meninggalkan mereka duluan tanpa Oliver sempat membalasnya.

Entah kenapa, Lucia balik menyorot tajam ke punggung Beryl yang makin mengecil. Oliver mengira Beryl tidak menyukai Lucia karena dia vampir, tetapi alasan Lucia juga menatapnya penuh kebencian? Saat Oliver hendak menyusul Beryl, Lucia mencegatnya sebentar.

“Oliver, apa kau bisa tunggu sebentar di suatu tempat? Aku harus ikut ke perkumpulan vampir bangsawan, yang kau lihat tadi. Jika aku tidak muncul sekarang, bisa-bisa aku dicurigai.” Lucia berbisik.

“Baiklah, tapi kau juga harus beri tahu apa yang kau dengar di perkumpulan itu. Apa pun itu.” Kali ini, Oliver berhenti melangkah lagi karena Lucia kembali berbicara.

“Aku hanya ingin memperingatkanmu saja. Jangan percaya siapa pun di sini selain aku dan Violetta, bahkan itu manusia sekalipun. Paham?”

Paham atau tidak, Oliver ingin memercayai ucapan itu. Lucia tampak serius dan sangat berhati-hati terhadap sesuatu, mustahil dia berbohong.

Bloody BanquetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang