¤
¿
¿Arif mengikuti Abel dengan alis terangkat curiga melihat ekpresi wajah Abel yang berubah-rubah, Arif berhenti seketika saat melihat Abel bergegas menuju mushola yang barada tepat di samping perusahaan, Arif diam-diam mendekat, sudah lama Arif tidak pernah mengerjakan kewajibannya sebagai umat muslim.
Arif menatap diam-diam di balik kaca, hati Arif bergetar sakit melihat Abel telihat khusyuh di dalam sana, hanya beberapa menit Abel selesai melaksanakan kewajibannya, keluar mushola, langkahnya terhenti melihat Arif yang ada di depan pintu masuk kantor.
"Permisi pak", sapa Abel sopan tidak lupa dengan senyuman tulusnya.
"Hm".
Abel menghela nafas, langsung beranjak meninggalkan Arif yang terlihat mengangkat telephone seseorang, Abel kini mengerjakan pekerjaannya, sebelum mengerjakam tugas yang di berikan oleh bosnya.
Kini jam sudah menunjukan pukul 5 sore waktu pulang, memang perusahaan Heaven mempunyai jam kerja dari jam 7:30 sampai jam 05:00, namun Abel masih tinggal karena pekerjaan yang di berikan oleh Arif belum selesai, ternyata pekerjaan yang di berikan Arif kepadanya dangat banyak.
"Bel, belum pulang?", tanya Caca.
"Belum, masih ada kerjaan", ujar Abel.
"Kita duluan ya, lo hati-hati", pamit Sinta.
Kini tinggal Abel yang masih mengerjakan tugasnya karena sudah memasuki waktu magrib Abel berhenti sejenak melaksanakan kewajibannya, sekarang Abel mengerjakan kewajiban tepat di ruanganya, tadi Abel meminta mukena salah satu petugas kantin, ingatkan besok Abel untuk membawa mukena.
Sedangkan di ruangan Arif.
"Bos, belum pulang?", tanya Gilang.
"Tunggu", jawab Arif singkat.
"Nunggu apaan sih bos", ucap Gilang menghempaskan tubuhnya ke arah sofa.
"Berkas untuk rapat besok", ujar Arif, Gilang menaikan alis bingung mendengar ucapan Arif.
"Lah, Gita udah pulang bos", Gilang menggelengkan kepala, jangan-jangan sahabatnya ini sudah pikun.
"Abel yang ngerjain, tugas dari lo udah bikin Gita kewalahan", ujar Arif memutar bola mata malas, Gilang terkekeh mendengarnya.
"Yaudah sana, ke ruangannya gih, gue tunggu di sini", suruh Gilang.
Arif menganggukan kepala beranjak menuju ruangan Abel, langkah Arif terhenti melihat Abel masih menggunakan mukena sambil ngeprint berkas-berkas yang di perlukan besok saat rapat, Arif mengatupkan bibir melihat wajah Abel yang terlihat sangat berbeda saat menggunakan mukena.
"Sudah selesai?", tanya Arif tiba-tiba.
Abel terlonjak kaget mengusap dadanya, untung Abel tidak latah.
"Ini pak sementara print", ucap Abel melepaskan mukenanya dan menyimpan di laci meja kerjanya.
"Sini yang sudah di print, gue langsung periksa dan tanda tangan", ucap Arif duduk tepat di kursi depan meja Abel yang sudah penuh dengan berkas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa (Selesai)
Teen FictionBercerita tentang Abel gadis sederhana yang harus banting tulang untuk kehidupannya sendiri, kehilangan kedua orang tuanya karena kecelakaan mobil membuat Abel harus berjuang untuk hidupnya. Bagaimana jima Abel akhirnya tahu jika Arif, orang spesial...