delapan belas 🌻

11 3 0
                                    

¤
¿
¿

Flashback

Cowok umur 20 tahun itu berlari keluar rumah setelah menerima panggilan telephone, cowok itu menatap tajam ke arah gadis berumur 18 tahun yang kini tersenyum ke arahnya.

"Lo ngapain ke sini?", tanya cowok itu.

"Arif, yuk jalan, hari ini hari kelulusan gue", ucap gadis itu manja.

"Gue ngak mau", tolak Arif.

"Gue ngak mau tau, lo harus jalan sama gue kalau tidak lo akan tau akibatnya", ancam gadis itu.

Arif mengangguk pasrah berjalan mengambil mobil namun belum sempat keduanya pergi seorang gadis seumuran Arif keluar dari rumah dengan tatapan tajam ke arah gadis itu.

"Arif, lo mau kemana hah?, ngak usah deh lo pergi sama jalang itu", ujarnya tajam.

Arif menghela nafas keluar kembali dari mobil "ck Sasa lo ngak usah ikut campur, lo hanya sepupu Arif", bentak gadis itu menekan kata sepupu.

"Karena gue sepupunya Arif gue ngak mau orang munafik kayak lo dekat sama Arif", ujar Sasa memutar bola mata malas.

"Sasa, Lisa berhenti", ujar Arif menengahi.

"Sayang ngak usah dengar ucapan sepupu lo itu", ujar Lisa manja, Sasa mengidik ngeri ke arah Lisa, begitupun dengan Arif yang risih.

Sasa sudah tau semua tentang Lisa, bagaimana tidak tahu, Lisa adalah maba saat Sasa dan Arif kelas tiga SMA, hanya karena kedua keluarga mereka dekat akhirnya Lisa terang-terangan mendekati Arif, bahkan mengecap Arif sebagai calon tunangannya.

Lisa menarik tangan Arif mendorong ke bangku samping kemudi, kemudian Lisa yang mengemudikan mobil tersebut, Arif pasrah mengikuti kemauan gadis gila di sampingnya.

Tanpa keduanya sadari Sasa diam-diam mengikuti dari belakang.

"Fokus nyetir aja lo", sentak Arif risih sendiri melihat tangan Lisa yang berusaha menggenggam tangan Arif.

"Ck sayang ih, kok jahat sama tunangan sendiri", ujar Lisa manyun.

"Ogah gue jadi tunangan lo", jijik Arif terang-terangan.

"Apa karena gadis kampung itu?", tanya Lisa tajam.

"Dia jauh lebih baik dari lo Lis", jujur Arif, Lisa menggeram marah mendengar ucapan Arif.

"Apa yang lo liat dari Abel, Rif?, gue jauh lebih di bandingkan gadis rendahan itu", marah Lisa semakin menjadi-jadi.

"Berhenti menghinanya", ujar Arif tajam.

"Sejak kapan lo suka sama Abel, Rif?", tanya Lisa menahan amarah.

"Sejak pertama kali gue bertemu di gerbang sekolah saat kalian maba, dia gadis satu-satunya yang masih tersenyum tulus saat semua senior membentak bahkan merendahkan mereka yang terlambat waktu itu", jujur Arif.

Amarah Lisa semakin tersulut "lo tau Rif, gue sengaja menjadikan Abel sahabat, agar gue terlihat baik di mata semuanya mau bersahabat dengan gadis miskin seperi Abel, gue ngak suka Abel menjadi pusat perhatian, baik di kelas, di organisasi, bahkan lo orang yang gue cintai", jujur Lisa.

Tentang Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang