¤
¿
¿Malam pun tiba, jam sudah menujukan pukul 8 malam, ibu Retno sudah di dapur menyiapkan cemilan dan minuman untuk mereka berempat, sedangkan Arif, Gilang, Abel dan Gita berkumpul di depan tv serius dengan lebtop di depan mereka masing-masing.
"Ini minuman dan cemilannya", ujar ibu Retno.
"Makasih bu", ujar Abel dan Gita kompak.
"Besok kita akan bertemu dengan satu klien, agar tidak terjadi hal seperti sebelumnya kita berpasangan", ujar Gilang.
"Baiklah, itu ide bagus", ujar Arif masih menatap layar lebtopnya.
"Gue bareng Gita, lo bareng Abel", ujar Gilang, ketiganya langsung menoleh menatap Gilang.
"Kenapa ?", tanya Gilang, ketiganya kompak menggeleng, Abel memberi kode ke arah Gilang untuk bertukar pasangan.
Melihat itu Gilang hampir menghemburkan tawa gemas, Arif yang menyadari itu langsung mendongak "oke". Abel menganga, sedangkan Gilang mati-matian menahan tawa, Gita menggelengkan kepala tekekeh geli.
"Jadwal kita besok sangat padat ya", ujar Gita.
"Iya, pagi kita ketemu klien, siang kita presentasi di salah satu kantor cabang, sore di adakan rapat walaupun yang ikut rapat hanya kami berdua lo dan Abel tetap harus ikut", jelas Gilang.
"Ini tinggal di print", ujar Abel lega.
"Sini gue sekalian print Bel", ucap Gita, Abel mengangguk memberikan flasdisk, Gita langsung bergegas menuju kamar untuk melaksanakan tugasnya printer sengaja di masukan ke kamar mereka agar bunyi dari printer tidak mengganggu jika ada yang tidur.
"Lo bikin presentasi", ujar Arif memberi lebtopnya ke arah Abel.
Mau tidak mau Abel mengangguk, mengambil lebtop Arif membuat presentasi untuk besok.
"Gue udah selesai, gue tidur dulu ya", pamit Gilang, Abel lagi-lagi menghela nafas menganggukan kepala.
Arif melangkah kedapur, hendak membuat kopi, minuman yang disiapkan ibu Retno sudah habis, "gue mau bikin kopi, lo mau?", tawar Arif, Abel tersentak menoleh, langsung berdiri, Arif menautkan alis bingung melihat Abel berdiri
"Biar aku yang buat pak", ujar Abel berjalan menuju dapur namun langkahnya terhenti saat pergelangan tangannya di tahan "biar gue, lo lanjutin buat presentasinya", Abel mengangguk kembali duduk di tempatnya.
Arif kini duduk tepat di samping Abel dengan dua gelas kopi, "minum", Abel mengangguk saja tetap melanjutkan pekerjaannya sesekali menguap.
Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, Gilang sudah benar-benar terlelap di kamar begitupun dengan Gita yang sudah menyelesaikan tugasnya, Abel masih sibuk menatap lebtop sesekali menguap dan meneguk kopi yang di buat Arif.
Abel tidak menyadari Arif menatapnya sedari tadi, tersenyum tipis melihat ekpresi Abel yang terlihat lucu, "akhirnya selesai", ujar Abel lega, Arif langsung menatap ke depan.
"Gue periksa dulu".
Abel memberikan lebtop ke arah Arif, lagi-lagi menguap, Arif fokus memeriksa pekerjaan Abel, tersentak kaget saat kepala Abel jatuh tepat di pundaknya, Arif menoleh tersenyum mengusap rambut Abel lembut.
Perlahan Arif mengangkat tubuh Abel membawa masuk ke dalam kamar, membaringkan tubuhnya di tempat tidur yang masih kosong, Gita terbangun mendegar pintu terbuka pelan, matanya membola melihat perlakuan manis bosnya, Arif menarik selimut menutupi tubuh kecil Abel, mengusap rambutnya lembut, mengecup puncak kepala Abel.
"Selamat malam", bisik Arif.
Gita masih melotot, Arif menyadari menoleh menatap Gita dengan tatapan tajam mengangkat jari telunjuknya ke arah bibir memberi isyarat agar Gita menutup mulut dengan apa yang sudah di lihatnya malam ini, Gita mengaguk perlahan, Arif kembali menatap Abel sebelum beranjak keluar.
"Huaa manis banget sih", gumam Gita baper sendiri, tersenyum senang, apa kemauan Gita terkabul, semoga Abel dan Arif berjodoh, semoga.
Seperti biasa Abel bangun subuh tepat saat adzan berkumandang, Abel tersentak kaget melihat dirinya sudah ada di tempat tidur, Gita yang keluar dari kamar mandi menautkan alis melihat wajah Abel yang terlihat kebingungan.
"Kenapa Bel?", tanya Gita.
"Kok gue bisa di sini, bukannya semalam gue di luar ya", ujar Abel masih bingung, Gita tersenyum senang namun tetap tidak memberi tau Abel yang sejujurnya.
"Lo jalan sambil tidur Bel, mungkin karena lo terlalu kecapean", ujar Gita, Abel melotot tidak percaya namun tetap menganggukan kepala mengerti.
Abel langsung beranjak menuju kamar mandi, Abel sedang libur melakukan kewajibannya karena datang bulan, Abel membersihkan tubuhnya langsung menggunakan pakaian rapi sebelum keluar dari kamar.
Di meja makan sudah ada Arif, Gilang dan Gita, Abel mendekat duduk tepat di samping Gita, "sudah jam 6, kita sebentar lagi berangkat, pertemuan sama klien jam 7", ucap Gilang mengingatkan.
Abel dan Gita menganggukan kepala langsung melahap makanan mereka setelah membaca doa, setelah selesai keduanya langsung mengambil berkas yang di butuhkan berjalan di belakang Arif dan Gilang.
"Seperti perjanjian semalam, kita ketemu klien secara berpasangan, jadi Gita lo duduk di depan sama gue, biar Arif dusuk di belakang", ujar Gilang menahan diri agar tidak menggoda, begitupun dengan Gita yang barusaha menahan diri agar tidak keceplosan soal sifat manis Arif pada Abel.
"Serah".
Arif langsung duduk di belakang tepat di samping Abel, mobil kini berjalan perlahan, Abel memegang perutnya berusaha menahan rasa sakit, sial, hari pertama halangan benar-benar membuat perut Abel terasa sakit, apa lagi semalam lembur, tubuh Abel semakin lemas.
Dua puluh menit akhirnya mereka sampai, Abel berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit yang semakin terasa di perutnya, wajahnya juga terlihat memucat.
Gilang langsung mengandeng Gita memasuki restoran, "ingat tugas kita bukan cuma ketemu klien, harus jaga juga karyawan kita agar kejadian itu tidak terulang lagi", peringat Gilang ke arah Arif.
Arif mengangguk pasrah perlahan menautkan kelima jarinya pada tangan Abel yang kini terasa seperti tersengat listri, sakit di perutnya semakin menjadi-jadi, Arif menoleh menatap Abel yang terlihat semakin pucat.
"Bel, lo ngak apa-apa?", tanya Arif, Abel mengangguk berusaha kuat.
Keempatnya langsung masuk ke dalam restoran, Arif tidak melepas tautan tangannya pada Abel sampai pertemuan selesai, Gilang dan Gita sampai tersenyum melihat itu.
"Terimah kasih pak Arif, pak Gilang, atas kerja samanya, kalau begitu kami permisi", ujar klien, Arif dan Gilang mengangguk
Brukk
"ABELL".
¤¤¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa (Selesai)
Teen FictionBercerita tentang Abel gadis sederhana yang harus banting tulang untuk kehidupannya sendiri, kehilangan kedua orang tuanya karena kecelakaan mobil membuat Abel harus berjuang untuk hidupnya. Bagaimana jima Abel akhirnya tahu jika Arif, orang spesial...