¤
¿
¿Abel yang sudah membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian keluar dari kamar, apartemen sudah terlihat rapi lagi, Abel melangkah menuju dapur mengambil minuman kaleng, saat bekerja tadi Abel dan Arif melakukan semuanya dengan lancar interaksi keduanya juga tidak canggung.
Alis Abel bertautan bingung melihat Gilang dan Gita yang masuk ke apartemen begitu mesra, apa Abel salah liat sekarang?, Arif yang juga keluar dari kamar menaikan alis menatap Gilang dan Gita yang terlihat bahagia.
"Ada apa nih?", tanya Abel akhirnya.
Wajah Gita langsung merah, Gilang terkekeh mengusap puncak kepala Gita lembut, Gilang menaikan tangan Gita memperlihatkan cincin di tangannya, Abel tersedak air liurnya sendiri langsung belari menubruk tubuh Gita.
"Selamat Git", ujar Abel penuh haru, ikut bahagia.
"Pak Gilang, jaga Gita baik-baik ya, jangan sakiti Gita, semoga semuanya lancar sampai hari H", ucap Abel menatap Gilang.
Arif masih terdiam mencoba mencerna "Rif lo ngak mau ngasih selamat ke gue tai", ujar Gilang sedikit mengumpat ke arah sahabatnya yang masih terlihat bingung.
"Jadi acaranya kapan?", tanya Arif akhirnya mendekat mengucapkan selamat kepada Gita dan Gilang.
"Sebulan lagi", ujar Gilang, Gita lagi-lagi melotot tidak percaya.
"Kenapa sayang hm?", tanya Gilang membuat wajah Gita semakin memerah.
Abel mengigit bibir bawah baper sendiri melihat pemandangan di depannya.
"Kenapa cepat sekali ? Kamu belum ketemu keluargaku, dan aku belum ketemu keluarga kamu", ujar Gita lembut, Gilang terkekeh mencubit pipi Gita yang terlihat menggemaskan di matanya.
"Aku udah urus semuanya sayang, kamu tinggal tunggu hari h nya saja, aku sudah ketemu keluargamu, bahkan aku udah membawa keluarga aku bertemu keluarga kamu", jelas Gilang.
Gita dan Abel melongo tidak percaya.
"Sweet banget sih", gumam Abel berbinar, Arif langsung menoleh menatap wajah Abel yang terlihat sangat bahagia menatap Gilang dan Gita.
"Kapan?", tanya Gita akhirnya masih tidak percaya.
"Sebelum kita berangkat ke sini, tanya Arif aja kalau ngak percaya, Arif juga ikut", jelas Gilang
Abel dan Gita langsung menoleh ke arah Arif, Arif menganggukan kepala memberi jawaban.
"Huaaaa pak Gilang romantis bangat", ujar Abel, sedangkan Gita tidak tau lagi bagaimana menggambarkan kebahagiaan yang kini dia rasakan.
"Pak Gilang, masih ada ngak pemuda kayak pak Gilang, aku mau satu", lanjut Abel penuh harap.
Tawa Gilang pecah menyadari tatapan tajam yang terlihat di wajah sahabatnya.
"Jadi aku dan Gita akan kembali kejakarta mempersiapkan pernikahan kami, sedangkan bos dan Abel lanjut kebandung melanjutkan pekerjaan", jelas Gilang.
Abel langsung melotot "eh gimana, pak Gilang sama Gita langsung pulang ke jakarta tidak ikut kami ke bandung?, pak, kata Gita kerjaan di bandung lebih banyak", ujar Abel.
Gilang tersenyum menatap Abel "jangan khawatir Bel, gue udah urus semuanya, jadi yang perlu lo lakuin sama bos tinggal kunjungan saja, ngak lama kok, kalian cuma 5 hari di sana", jelas Gilang.
"Cieeeee, Git calon suami lo benar-benar sudah mempersiapkan semuanya ternyata sampai semua pekerjaan selama sebulan kedepan udah di urus semua", ucap Abel kagum.
Gita menunduk malu mendengar ejekan Abel.
"Sudah-sudah, kita semua siap-siap, besok kita akan berangkat ke temoat tujuan masing-masing", ujar Gilang.
Abel meraih lengan Gita masuk ke dalam kamar.
"Rif, gue harap di bandung nanti lo menceritakan semuanya pada Abel, ini kesempatan untuk lo", ujar Gilang menepuk pundak sahabatnya.
Arif menganggukan kepala.
Keesoakan harinya semuanya sudah siap dengan koper masing-masing, Gilang tidak pernah melepas rangkulan pada tubuh Gita, di bandara mereka berempat berpamitan harus berpisah selama lima hari ke depan.
Abel mengatupkan bibir di kursi pesawat tepat di samping Arif, keduanya hanya diam bahkan sampai pesawat berangkat menuju bandung.
"Pak Arif", bisik Abel.
Arif langsung menoleh, menaikan alis tinggi "di bandung kita tinggal di mana?", tanya Abel sambil berbisik.
"Apartemen", ucap Arif.
"Jangan khawatir di sana juga ada bu Ija penjaga apartemen, jadi lo ngak perlu cemas harus tinggal cuma berdua sama gue", lanjut Arif membuat Abel menghela nafas lega.
Sesampainya di bandung keduanya langsung masuk mobil menuju apartemen satu jam mereka di mobil akhirnya keduanya sampai di apartemen.
"Selamat datang tuan, nona", ujar ibu Ija ramah.
"Panggil Abel aja bu", ujar Abel tersenyum, ibu Ija mengangguk mengiyakan.
Arif dan abel langsung menuju kamar masing-masing untuk istirahat, Abel yang sudah bersih langsung melaksanakan kewajibannya, waktu berlalu begitu cepat, malam pun tiba kini Abel dan Arif ada di depan tv menyantap makanan yang sudah di siapkan ibu Ija.
"Pak, kita ngak ada kerjaan?", tanya Abel di sela-sela makannya.
"Ngak ada kita tinggal kunjungan ke beberapa tempat", ujar Arif, Abel mengangguk saja menyelesaikan makannya.
"Kalau begitu aku permisi ke kamar ya pak", pamit Abel setelah membawa piring kotor ke dapur, Arif menahan pergelangan tangan Abel menarik agar duduk tepat di sampingnya.
"Gue mau cerita semuanya sama lo, tapi gue mohon setelah mendengar semuanya, jadikan gue tempat menumpahkan rasa sakit yang lo rasain" ujar Arif.
Abel terdiam sesaat menganggukan kepala dengan senyuman manis.
Arif sesekali menghela nafas, merasakan sakit yang sangat luar biasa, Abel meraih tangan Arif menggenggam dan mengusap lembut agar Arif rileks saat bercerita, Arif menoleh tersenyum lembut melihat perlakuan Abel padanya.
"Saat itu......".
¤¤¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa (Selesai)
Teen FictionBercerita tentang Abel gadis sederhana yang harus banting tulang untuk kehidupannya sendiri, kehilangan kedua orang tuanya karena kecelakaan mobil membuat Abel harus berjuang untuk hidupnya. Bagaimana jima Abel akhirnya tahu jika Arif, orang spesial...