¤
¿
¿Abel keluar kamar berhenti tepat di depan pintu, di depan tv sudah ada Gita, Arif dan Gilang sedang menonton, tatapan Abel tertuju pada Arif meneliti penampilan bosnya, di sana Arim menggunakan piyama dengan rambut acak-acakan membuat penampilannya semakin memukau, wajah Abel memerah jantungnya berdegup kencang, Abel menghela nafas mengatur detak jantungnya, menggelengkan kepala melangkah mendekat.
"Abel, lo udah baikan ?", tanya Gita menyadari terlebih dahulu, Abel menganggukan kepala.
"Makan dulu Bel, di meja makan udah ada makanan untuk lo", ujar Gilang.
"Makasih banyak, maaf merepotkan", ujar Abel berlalu menuju meja makan, Arif memperhatikan menghela nafas, Gilang yang menyadari itu menggelengkan kepala, dasar.
"Rif, tolong dong ambilin minuman kaleng di kulkas, cemilan juga", ujar Gilang.
Arif melotot "siapa lo nyuruh gue", ujarnya tidak mengerti, Gilang menabok kepala sahabatnya.
"Sakit goblok", umpat Arif, Gita terdiam melihat interaksi keduanya, belum pernah melihat interaksi seperti ini sebelumnya, dan ini cukup membuat Gita sedikit kaget.
"Dasar udah brengsek, pengecut, ngak peka lagi, untung ko ganteng bos", ujar Gilang berdecak kesal gemas sendiri pada sahabatnya ini.
"Bacot lo", ucap Arif akhirnya melangkah menuju dapur mengambil minuman kaleng dan cemilan, langkahnya terhenti melihat Abel sedang makan.
Arif mendekat "udah baikan lo?", tanyanya dingin, Abel mendongak dengan senyuman manis menganggukan kepala menyembunyikan detak jantungnya yang lagi-lagi berdetak berlebihan
"Lain kali ngak usah sok kuat, jangan bikin repot", ujar Arif kasar melanjutkan langkah menuju dapur meninggalkan Abel yang terdiam, hatinya teriris mendengar ucapan kasar Arif.
Abel dengan cepat menghabiskan makananya, melangkah mendekat ke arah ketiganya yang sudah menikmati minuman kaleng dan cemilan "permisi pak, apa boleh aku keluar sebentar?, aku mau beli hm pembalut", tanya Abel sopan.
Ketiganya menoleh "gue antar Bel", ucap Gilang langsung beranjak menarik pergelangan tangan Abel tidak menghiraukan tatapan tajam dari Arif, Gilang mendengar ucapan kasar sahabatnya itu tadi, Gilang ingin memberi pelajaran untuk sahabatnya itu.
Tadinya Gilang mengikuti Arif agar bisa memotret interaksi keduanya namun yang Gilang lihat Arif lagi-lagi berkata kasar pada Abel, dengan kesal Gilang kembali meminta Gita untuk kerja sama dengannya untuk memberi pelajaran pada Arif, Gita yang awalnya menolak langsung mengangguk gemas sendiri setelah mendengar penjelasan dari Gilang soal perkataan Arif tadi pada Abel.
Kini Abel dan Gilang sudah ada di dalam mobil menuju minimarket terdekat "maaf ya pak merepotkan", ujar Abel merasa tidak enak.
"Santai kali Bel", ucap Gilang, keduanya terdiam namun bunyi ponsel Gilang membuat keduanya sama-sama menoleh ke arah ponsel yang di letakan di tengah, tertera nama Sasa di sana
Gilang menghela nafas mengangkat panggilan itu, sedangkan Abel menaikan alis bingung dengan hubungan, Arif, Gilang dan perempuan yang bernama Sasa itu.
"Apa?", tanya Gilang dengan nada ogahan.
"....."
"Ck, kalau ngak penting gue matiin, gue lagi nyetir".
"...."
"Arif di apartemen, ponselnya di dalam kamar".
"....."
"Iya, iya dasar bawel".
Gilang menyimpan ponselnya kembali setelah panggilan terputus, Abel mengigit bibir menunduk, Abel harus menekan perasaannya pada Arif yang mulai muncul di hatinya, Abel sadar Arif sudah melupakan sahabatnya dan sekarang punya hubungan dengan perempuan bernama Sasa, itulah yang Abel fikirkan
"Bel, udah sampai, beli banyak saja, oh iya sekalian beli cemilan ya dan minuman kaleng, gue tunggu di sini, nih pake kartu gue aja", ujar Gilang memberi sebuah kartu ke arah Abel.
Abel mengangguk masuk ke dalam minimarket, mengambil pembalut, cemilan dan minuman kaleng seperti yang Gilang pesankan padanya.
Gilang yang ada di mobil menaikan alis melihat panggilan dari Arif, senyuman terbit di wajah tampannya.
"Apa lo?", tanya Gilang berusaha menahan tawa.
"...."
"Iya iya bawel banget sih lo, lo siapanya sih nyuruh gue cepat bawa pulang Abel, ck ngak usah ngomel lo, gue masih menikmati waktu berduaan sama Abel, sudah akh berisik lo".
Tawa Gilang pecah setelah mematikan panggilan sepihak, sedangkan Arif yang ada di kamar membanting ponselnya mengusap wajah kasar "sialan lo Lang", umpat Arif marah.
Arif mondar mandir di kamar, perasaannya benar-benar bekecamuk, mendengar pintu apartemen terbuka, Arif langsung keluar dengan tatapan tajam ke arah Gilang dan Abel, ibu Retno mengambil belanjaan Abel menyusunnya di kulkas.
"Ck, murahan banget lo", ucap Arif kasar, Gita melotot mendengar secara langsung ucapan kasar Arif pada Abel.
Gilang berdecak kesal menatap sahabatnya langsung merangkul Abel yang terlihat menunduk ketakutan "napa si lo, marah-marah mulu, cepat tua baru tau rasa lo", ujar Gilang malah dengan santai menguap rambut Abel lembut.
Arif menggeram marah, mengepalkan kedua tangannya, wajahnya terlihat merah menahan amarah, "anjing", umpat Arif.
Brakkk
Ketiganya tersentak kaget mendengar pintu kamar di banting oleh Arif, Abel menatap pintu kamar itu dengan pandangan nanar merasa bersalah, apa Abel punya salah pada bosnya sampai Arif semarah itu hanya karena Abel keluar membeli pembalut.
Gilang melihat ekpresi Abel, tersenyum, "sana, langsung masuk saja", ujarnya, Abel langsung menoleh ke arah Gilang dengan mata mengerjap tidak paham.
"Ck, sana masuk, temui bos lo itu, jangan sampai bos lo berubah jadi serigala di dalam kamar", celetuk Gilang mendorong tubuh Abel lembut.
Gita yang awalnya kaget dan takut langsung terkekeh mendengar celetukan ajaib Gilang.
Abel mengangguk, berjalan mendekat, membuka perlahan pintu kamar yang tidak terkunci perlahan masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya, Arif berdiri menatap keluar melalui kaca tidak menghiraukan, Arif kira yang masuk sahabat laknatnya, Gilang.
"Maaf pak".
Arif langsung menoleh mendengar suara lembut dari Abel, menatap perempuan yang kini menunduk dengan kedua tangan saling meremas.
"Maafin Abel pak kalau buat salah", lanjutnya, Arif mendekat, tubuh Abel membeku di tempat, Arif menarik lengan Abel membuat tubuh Abel tertarik menabrak dada bidang Arif.
Arif memegang kedua lengan Abel yang masih menunduk, Abel merasa jantungnya semakin menggila dengan posisi yang sedekat ini, bahkan kedua sandal mereka bersentuhan, Arif menghela nafas melihat Abel masih menunduk.
Perlahan Arif mengangkat dagu Abel lembut, agar menatapnya, lagi-lagi kedua mata mereka bertemu, Arif terdiam menatap tepat pada manik mata Abel, begitupun sebaliknya, keduanya sama-sama terdiam menikmati tatapan satu sama lain.
¤¤¤¤¤
![](https://img.wattpad.com/cover/336005191-288-k702581.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa (Selesai)
Novela JuvenilBercerita tentang Abel gadis sederhana yang harus banting tulang untuk kehidupannya sendiri, kehilangan kedua orang tuanya karena kecelakaan mobil membuat Abel harus berjuang untuk hidupnya. Bagaimana jima Abel akhirnya tahu jika Arif, orang spesial...