satu 🌻

27 4 0
                                    

¤
¿
¿

3 bulan kemudian.

Abel keluar dari rumah sederhana, rumah yang di berikan oleh Rina dan Roy orang tua Lisa, tiga bulan yang lalu setelah Lisa pergi untuk selama-lamanya Rina dan Roy pindah permanen ke brazil berkumpul kembali dengan keluarga besar mereka, dan rumah yang di tempati Abel adalah hadia dari orang tua Lisa agar Abel tidak tinggal di kosan lagi.

Setelah Lisa pergi, Abel benar-benar tepuruk, namun Rina dan Roy menemani Abel sampai bangkit kembali sebelum keduanya pindah.

"Selamat pagi dunia tipu-tipu", teriak Abel setelah mengunci pintu rumah.

Dengan senyuman manis Abel mengeluarkan motornya, langsung menancap gas menuju tempat kerjanya, hanya beberapa menit Abel sampai di toko roti cinta.

"Abeellll, lo di tungguin bu Cinta", panggil rekan kerja Abel

Alis Abel terangkat, takut-takut membuat kesalahan, dengan perasaan cemas Abel menuju ruangan atasannya, "Assalamualaikum, permisi bu", sapa Abel sopan.

"Masuk Bel", ujar ibu Cinta ramah, Abel menaikan alis melihat dua pemuda yang duduk tepat di depan meja kerja atasannya.

"Maaf, Abel, tapi ibu harus merelakan kamu untuk berhenti di toko roti ibu", ujar ibu Cinta berat hati.

Abel terperanjat dengan mulut terbuka tidak percaya dengan apa yang di katakan atasannya "salah Abel apa bu?", lirih Abel menunduk tidak peduli dengan tatapan pemuda di sampingnya.

"Kamu tidak punya kesalahan Bel, kamu adalah karyawan yang paling ibu sayangi, tapi dengan berat hati ibu harus merelakan kamu, ini pak Arif meminta kamu berkerja di perusahannya", ujar ibu Cinta.

Abel mendongak merasa tidak asing dengan nama Arif itu, Abel berusaha mengingat menoleh menatap kedua pemuda di sampingnya, Abel terperanjat saat melihat wajah datar itu, akhirnya Abel ingat, Arif adalah calon tunangan dari almarhuma sahabatnya.

Abel memang belum pernah bertemu dengan Arif, hanya liat foto saja, itupun karena Lisa menunjukan foto calon tunangannya itu.

Arif menoleh merasa di perhatikan, tatapan keduanya bertemu.

"Kenalin gue Gilang sahabat Arif", ujar Gilang memutus pandangan keduanya.

"Abel pak", ujar Abel menyambut uluran tangan Gilang.

Gilang terkekeh "jangan panggil pak, panggil Gilang aja, gue belum terlalu tua untuk di panggil pak", ucap Gilang.

Abel menganggukan kepala mengerti, Arif memberi kode ke arah sahabatnya itu.

"Oh iya, ibu Cinta makasih banyak atas pengertiannya, sekarang kami bawa Abelnya bu", ujar Gilang pamit, Arif berdiri dengan wajah datar meninggalkan ruangan di ikuti Gilang dan Abel yang masih berusaha mencerna kejadian yang terjadi.

"Masuk", ucap Arif tegas.

Abel menunduk, aura dingin dari Arif membuat nyali Abel ciut seketika.

"Maaf pak, aku bawa motor", ujar Abel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Masuk", ujar Arif sekali lagi.

Abel menghela nafas akhirnya masuk ke dalam mobil, duduk di bangku penumpang, menoleh menatap motornya dengan pandangan nanar.

"Lo ngak usah khawatir Bel, nanti motor lo di bawa sama suruhan gue ke rumah lo", ujar Gilang menyetir untuk menenangkan Abel yang terlihat cemas.

Abel menunduk ingatannya tertuju pada permintaan terakhir Lisa sebelum menghembuskan nafas terakhir, namun kini Abel benar-benar merasa tidak bisa melaksanakan permintaan sahabatnya itu, Abel terlalu minder.

Arif yang duduk di depan diam-diam memperhatikan Abel yang masih menunduk.

Mobil berhenti membuat Abel langsung menoleh matanya membola melihat apa yang ada di depannya, ini adalah perusahaan yang banyak di minati, heaven, nama perusahaan ini, perusahaan yang hanya satu-satunya menyangkut semua bidang, jadi wajar jika perusahaan ini banyak peminat, apa lagi perusahaan heaven punya banyak cabang tersebar di seluruh indonesia bahkan luar negeri.

"Ikut", perintah Arif.

Dengan tubuh tegap berwibawa Arif melangkah tanpa menghiraukan sapaan-sapaan dari karyawannya, Gilang yang ada di sampingnya dengan tulus membalas semua sapaan-sapaan, sedangkan Abel berjalan menunduk di belakang keduanya.

Ketiganya masuk ke dalam lift menuju lantai 9.

"Gue ke ruangan gue yah", pamit Gilang, Arif menganggukan kepala.

Abel semakin cemas setelah Gilang berjalan menjauh dari keduanya, Arif memberi kode ke arah Abel untuk mengikutinya, dengan perasaan tidak menentu Abel berjalan mengikutinya.

"Pagi pak Arif", sapa sekertaris Arif, Gita.

"Hm"

Gita tersenyum ke arah Abel yang di balas senyuman manis dari Abel.

"Duduk", perintah Arif.

Lagi-lagi Abel menghela nafas merasa tertekan dengan aura Arif, datar, dingin dengan tatapan tajam mengintimidasi.

"Lo lulusan administrasi niaga ?", tanya Arif.

"Iya pak", jawab Abel gugup masih menunduk menatap tangannya yang saling meremas.

"Baik, kamu kerja di bagian administrasi, kerja sama dengan Gita", ucap Arif, ucapannya memang panjang namun semua kata yang keluar dari mulutnya terdengar dingin di telinga Abel.

"Baik pak", ucap Abel.

"Lo bisa keluar, tanya Gita ruangan lo, hari ini lo belajar dari Gita, apa-apa yang harus kamu kerjakan selama di sini, besok baru mulai kerja, satu lagi jangan bertingkah di perusahaan gue, lo ngak akan pernah bisa masuk ke sini jika bukan karena almarhumah Lisa yang meminta", ucapan pedas Arif.

Abel mendongak dengan senyuman manis dan tulus, Arif tersentak melihat senyuman itu.

"Baik pak, makasih banyak, aku permisi", ujar Abel sopan.

Abel masih mempertahankan senyumannya, Abel tahu dan sadar diri, Abel memang dari keluarga yang sederhana, beruntung bagi Abel bisa bersahabat dengan Lisa yang dari keluarga berada, apa lagi setelah kedua orang tua Abel meninggal karena kecelakan membuat Abel benar-benar harus banting tulang untuk kehidupan terutama pendidikannya, pendidikannya hanya sampai D3 saja.

Lisa dari awal ingin membantu Abel, namun Abel menolak bantuan dari sahabatnya itu, menganggap Abel sahabat dan saudara sudah sangat lebih cukup bagi Abel.

"Permisi, anda Gita?", tanya Abel menatap sekertaris Arif.

"Iya gue Gita, santai aja kalau sama gue, kita juga kayak seumuran", ujar Gita tersenyum

"Gue udah dengar dari pak Gilang, soal karyawan baru, lo Abel kan", lanjut Gita, Abel mengangguk tersenyum ramah.

"Yaudah, sini gue antar ke ruangan lo, gue jelasin semua yang harus kamu kerjakan selama kerja di sini".

Abel merasa bersyukur, karena rekan kerjanya super baik, walaupun bosnya dingin dan datar setidaknya rekan kerjanya bikin nyaman.

¤¤¤¤¤

Tentang Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang