BAB 11 : MENANTI MINANTI

25 1 0
                                    

Ini adalah minggu kedua bagi Tigran White, yang selalu berangkat dari rumah pagi-pagi mengenakan seragam PNS yang disiapkan mamanya.

Ini adalah minggu kedua bagi Tigran White untuk bermain Need for Speed, Nascar, Football Manager, dan Minecraft pada sebuah tempat rental PlayStation di Jalan Pulau Biak Raya No. 763, Bekasi Timur.

Ini juga sudah minggu kedua bagi Tigran White tidak menemukan perempuan berseragam putih abu-abu yang suka berteriak lancang di belakangnya saat memainkan Grand Theft Auto V.

"Ke mana Minanti?" gumamnya dalam hati.

Di tengah kekalutannya karena sudah tidak bertemu dengan perempuan periang itu selama hampir dua minggu, ia memutuskan untuk menghampiri mas-mas admin.

"Mas, mau tanya, anak sekolah yang biasanya bolos dan main PS di sini ke mana ya?" tanya Tigran kepada petugas admin rental PS yang sedang asyik menyantap supermi kari ayam.

"Oh, yang suka bolos sekolah itu ya?" tanya petugas admin rental PS, sembari meniup mangkuk di hadapannya yang mengeluarkan uap.

"Iya, betul itu!" jawab Tigran girang. Sudah pasti itu adalah murid yang rajin bolos sekolah bila selalu kedapatan setiap harinya bermain PS dengan masih mengenakan seragam sekolah. Agak sulit diterima oleh akal sehat bila ada murid paling pintar di kelas tapi waktunya dihabiskan bermain PS di sebuah tempat rental.

"Baru dijemput mamanya tuh dia."

"Hah, dijemput?" ucap Tigran keheranan.

"Iya, barusan dijemput ibunya, sembari dijewer juga telinganya waktu dijemput."

"Dijewer?"

"Iya, beneran, dijewer, sampai nangis-nangis tuh bocah, mana berisik banget."

Tigran terbengong-bengong. Ia membayangkan Minanti, yang berpostur cukup tinggi, sedang bermain PS lalu kedapatan oleh mamanya, dimarahi, dan dijewer kupingnya sambil meringis berjalan keluar.

Belum tuntas Tigran membayangkan adegan-adegan itu di dalam batok kepalanya, tiba-tiba ada bocah SD masuk terburu-buru ke ruangan rental PS, lalu keluar kembali dan melontarkan permintaan kepada petugas admin yang masih asyik menyeruput kuah supermi kari ayamnya.

"Bang, kalau ibu saya nyari saya ke sini, tolong bilangin ya saya nggak ada di sini."

"Emang lu mau ke—" belum sempat si petugas admin menuntaskan kalimatnya.

Si bocah SD dengan gerak cepat menyambar pintu toilet, masuk ke dalamnya, dan mengunci rapat dari dalam.

Beberapa detik kemudian, sosok ibu-ibu gemuk dengan langkah tergopoh-gopoh menghampiri si petugas admin.

"Hei, kamu!! Lihat anak saya nggak? Tadi saya lihat berlari ke arah sini."

Petugas admin dan Tigran saling berpandangan.

Mereka kompak menjawab si ibu dengan menggeleng-gelengkan kepala.

"Ah, yang benar kamu!!" bentak si ibu ke arah petugas admin dan Tigran.

"Pentol!! Pentol!! Di mana kamu, Nak? Awas ya kalau kamu kedapatan bolos sekolah lagi!! Ibu hukum kamu nanti, dan ibu laporkan ke kepala sekolah kamu karena sering bolos dan main PS di sini!!"

Si ibu mencari keberadaan anaknya di setiap sudut ruang bermain. Namun, ia tidak mendapati anaknya di sana. Ia melewati pintu toilet begitu saja tanpa memeriksa siapa yang berada di dalam. Merasa pencariannya sia-sia, si ibu memutuskan pergi sembari melemparkan tatapan yang begitu tajam ke arah petugas admin dan Tigran, lalu berlalu begitu saja sambil berteriak, "Pentol!! Pentoll!! Awas ya kamu kalau bolos sekali lagi!! Pentoll!! Di mana kamu??"

Lambat laun suara ibu gemuk itu terdengar pelan seiring semakin jauh.

"Nah, itu orang yang kamu cari sedang bersembunyi di toilet," ucap petugas admin kepada Tigran, yang masih berusaha memahami yang terjadi barusan.

"Hah? Bukan, bukan dia orangnya. Saya mencari perempuan yang mengenakan seragam putih abu-abu. Saya tidak ada urusan mencari anak SD yang bolos sekolah."

Untuk sesaat Tigran merasa sedang membuang-buang waktu bertanya kepada petugas admin ini dan timbul keinginan untuk mencolok kedua mata mas admin dengan tusuk sate.

"Oohh, kalau perempuan itu saya tidak tahu, karena memang biasanya seperti itu polanya. Kadang bisa main setiap hari, tapi kemudian tidak muncul lagi selama berbulan-bulan ke depan. Mas tunggu saja."

"Baiklah." Angguk Tigran. Ia berjalan gontai menuju ruangan bermain PS. Ia melanjutkan bermain FIFA. Untuk sesaat ia merindukan suara yang berasal dari teriakan-teriakan lancang perempuan berseragam putih abu-abu di belakangnya.

Tigran menanti Minanti.

MENANTI MENANTU : SEBUAH NOVEL KOMEDI YANG TIDAK TERLALU ROMANTISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang