"Mencari jodoh atau wanita impian, it's all about the possibility. Do you all understand?"
"Yesssss." Delapan puluh peserta seminar menjawab dengan kompak.
Bu Rosmida tidak memahami artinya, namun ia ikut menjawab dengan antusias.
"Yesssss!"
Masalahnya, Bu Romida menjawab setelah semuanya terdiam.
"Loh, kok peserta di sini ada ibu-ibu ya?" tanya Serigala Buntung setelah melihat ibu-ibu gemuk meneriakkan kata YESSS tertinggal sepuluh detik dari yang lainnya.
"Bb-bukan begitu, Pak Serigala Buntung, maksudnya begini." Bu Rosmida mencoba menjelaskan dengan intonasi suara yang naik turun.
"Coba ibu bisa maju ke depan?"
"Hah?" Bu Rosmida terdiam dan melihat kiri-kanannya yang mayoritas adalah pria-pria jomblo muda berusia 20 hingga 35 tahun, sementara dirinya adalah ibu-ibu gemuk berusia 65 tahun.
"Tidak usah malu, Ibu, saya hanya ingin Ibu memperkenalkan diri ke kita-kita semua di depan."
Bu Rosmida maju tergopoh-gopoh.
Serigala Buntung menyerahkan mikrofonnya kepada Bu Rosmida dan memperkenalkan diri.
"Silahkan Bu, bisa perkenalkan diri, Ibu?" Pinta Serigala Buntung.
"Oh iya, nama saya Bu Rosmida Ranggainang. Putra saya, Tigor Ranggainang, sudah berumur 35 tahun, sampai saat ini ia bahkan belum memiliki pacar sama sekali. Sementara itu, saya sebagai orang tua, ya kepinginnya sih anak dengan umur segitu kalau bisa malah sudah ngasih cucu ke saya, tapi boro-boro, menantu saja belum punya." Ucap Bu Rosmida dengan semangat curhat 45.
"Ok, Ok, I see." Angguk Serigala Buntung.
"Jadi, saya memutuskan untuk mendaftarkan anak saya untuk ikut seminar ini dengan harapan agar bisa dapet jodoh dalam waktu dua bulan lagi."
"Kenapa tidak anak ibu yang langsung mengikuti seminar ini? Kenapa harus ibunya?" tanya coach Serigala Buntung penasaran.
"Karena saya gak percaya, Pak Serigala Buntung, dengan anak saya."
"Maksudnya gak percaya?"
"Ya, maksudnya, saya gak percaya kalau anak saya akan mengikuti seminar ini walau sudah saya daftarkan, karena memang anakku itu dasarnya pemalas kali, Pak. Beneran sumpah deh, kerjaannya di rumah itu hanya makan-tidur-berak, persis seperti kucing liar. Jadi maksud saya, daripada mubazir uang lima setengah juta rupiah ini hangus, mending saya yang hadir di seminar lalu nanti saya ajarkan semua metodenya di rumah."
Serigala Buntung mengambil mikrofonnya kembali dari Bu Rosmida.
"Bisa minta tepuk-tangan saudara-saudara!" Ucap Serigala Buntung.
Peserta seminar bertepuk tangan dengan riuh.
"Saya percaya, sepulang dari seminar ini, Bu Rosmida pasti mampu membuat perubahan kepada anaknya, dan ketika itu terjadi kita semua akan melihat sebuah transformasi besar di anak Ibu Rosmida, dari seorang pecundang cinta menjadi pribadi Superman dalam menaklukkan hati banyak wanita."
Peserta seminar bertepuk tangan kembali.
Bu Rosmida tersenyum percaya diri.
Dian Sastro untuk kedua kalinya melambaikan tangan kepada penonton di dalam studio, kemudian ia berjalan dengan anggun menuju ke depan, sementara itu di atas panggung, sang suami menjulurkan tangan dan memonyong-monyongkan bibirnya. Untuk kedua kali pula, entah bagaimana caranya, tiba-tiba Dian Sastro memegang ember berisi air dan menyiram wajah si suami lagi-lagi untuk kedua kalinya.
Byurr!!
Tigor gelagapan, wajah, kasur, bantal gulingnya lagi-lagi basah semua.
Di hadapannya sudah ada Bu Rosmida memegang ember.
"Bangun dong, Tigor!!!" bentak Bu Rosmida.
"Mmmfff mama, apaan lagi sih ini??!!"
"Mama mau bicara serius ke kau."
"Aduh, bicara apaan lagi sih, ma, mama nih ya, gangguin mimpi orang melulu ya."
"Memang mimpi apa kau?"
"Punya istri Dian Sastro."
"Nah, sekarang mama mau tanya ke kau, Tigor, mau kan punya istri secantik dia?" tanya Bu Rosmida sambil memberikan handuk kecil kepada Tigor.
"Cowok mana sih yang gak mau sama Dian Sastro, ma?" Jawab Tigor sembari menyeka wajah dan kedua lengannya.
"Kau beneran mau kan?"
"Iya, mau lah."
"Katakan kepada mama dengan sungguh-sungguh sekarang dengan lantang, SAYA TIGOR RANGGAINANG INGIN MEMILIKI ISTRI SECANTIK DIAN SASTRO."
"Hah? Apa-apaan sih? Kaya orang gila tauk ngomong kenceng-kenceng gitu."
"Itu masalah di kau, Tigor, sadar enggak?"
"Masalah di mananya, ma?"
"Kau itu gak punya keinginan yang bulat untuk memperbaiki kualitas hidup kau, gak heran selama 13 tahun kerja kau hanya jadi pengangguran aja. Kalau bapak sama mama kau meninggal, siapa yang ngurusin kau, Tigor? Lebih buruk lagi, emang ada yang mau ngurusin laki-laki pengangguran?"
Tigor terdiam.
"Kalau kamu tidak memiliki niat yang bulat, yang utuh, yang gurih (Entah kenapa Bu Rosmida memilih kata-kata yang berkonotasi lebih mirip dengan tahu goreng bulat), kau akan terus-terusan menjadi pribadi pecundang seumur hidupmu. Kamu mau seperti itu?"
Tigor bangun dari tempat tidurnya dan menatap tajam mata mamanya.
"Kau pasti mau ngasih makan si Bejo lagi kan? Kebiasaan deh kalau mama lagi ngomong ka..." belum selesai Bu Rosmida menyelesaikan kalimatnya.
Tigor berkata dengan lantang,
"SAYA TIGOR RANGGAINANG INGIN MEMILIKI ISTRI SECANTIK DIAN SASTRO!!."
Bu Rosmida tertegun tidak percaya. Ia menitikkan air mata. Untuk kali pertama dilihat anaknya punya keinginan yang bulat, utuh, dan gurih.
"Nah gitu dong, anak mama, mama jadi bangga dengan kau." Ucap Bu Rosmida sambil memeluk anaknya erat-erat.
"Tapi ma, ada satu yang ingin Tigor minta ke mama, boleh gak?" Bisik Tigor ke telinga mamanya dengan kondisi masih berpelukan.
"Apa itu, nak?"
"Tigor ngasih makan Bejo dulu ya, ma?"
"Burung itu saja yang kau urus, Tigor!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTI MENANTU : SEBUAH NOVEL KOMEDI YANG TIDAK TERLALU ROMANTIS
RomanceMenanti Menantu adalah sebuah cerita komedi dengan bumbu romansa yang mengisahkan seorang ibu bernama Rosmida Ranggainang yang berjuang untuk mencari calon menantu dalam waktu dua bulan sesuai janjinya kepada teman-teman kumpulan arisannya. Sementar...