BAB 7 : JALAN PULAU BIAK RAYA NO 763

116 3 0
                                    

Tigran memarkir sepeda motornya di halaman depan ruko yang terletak di Jalan Pulau Biak Raya No. 763. Ruko itu berlantai dua, dengan sebuah banner besar bertuliskan huruf kapital:

RENTAL PLAYSTATION BEKASI TIMUR.

Ternyata, Bu Rosmida mengirim Tigran ke tempat rental PlayStation dan menginginkan anaknya untuk menghabiskan waktu di sini hingga sore.

Untuk seketika hal yang ia kepingin lakukan adalah kembali ke rumahnya dan menyiram wajah ibunya dengan air panas. Menggunakan seragam PNS hanya untuk pergi ke tempat rental Playstation? sudah gila rupanya mamaku itu. batinnya demikian.

Tigran masuk ke ruko dan mendapati petugas admin PS.

"Mas, ada toilet, ya?" tanya Tigran kepada abang admin PS.

"Lurus, belok kiri ya."

Sesampainya di toilet, Tigran menurunkan tas punggungnya dan berusaha mengeluarkan baju bebas dari dalam tas. Tapi yang ia temukan hanya sebotol parfum AXE dan pomade. Butuh 2 detik untuk menyadari bahwa baju bebasnya tertinggal di rumah karena terburu-buru.

Sementara itu, di rumah, Bu Rosmida menatap sepasang kaos pendek dan celana jeans yang teronggok begitu saja di atas sofa ruang tamu. Butuh 2 detik untuk menyadari bahwa Tigran kelupaan membawanya.

Untuk sesaat Bu Rosmida kepingin mengambil panci dan melemparkannya ke wajah anaknya yang pelupa itu.

Tigran akhirnya terpaksa bermain PS mengenakan seragam PNS. Ia tampak asyik mengendarai mobil balapnya pada game Need For Speed Rivals. Kepalanya miring ke kiri saat mobilnya belok ke kiri, ke kanan saat mobilnya belok ke kanan, condong ke depan saat mobil melaju kencang, dan terhentak ke belakang saat mobilnya bertabrakan. Orang lain yang melihat mungkin akan mengira Tigran sedang dalam pengaruh sabu.

Tigran mulai menikmati permainan hingga suara nyaring seorang perempuan yang duduk di belakangnya mengganggu konsentrasinya.

"Bunuh! Bunuhh! Tembakkk!"

Seorang perempuan berusia 17 tahun, masih mengenakan seragam SMA, tampak menikmati karakter Trevor Philips pada game Grand Theft Auto V. Karakternya tengah menembaki semua pejalan kaki dan mobil-mobil yang terparkir di kota Los Santos.

"Mbak, oi, mbak," Tigran mencoba menegur perempuan itu.

"TEMBAKK! TEMBAKK! TEMBAKK!"

"SSTTT!"

"MATIII LUUU! MATI LUU! MAMPUSSS."

"MBAK, BISA ENGGAK KALO MAIN JANGAN BERISIK!" Ancam Tigran.

Perempuan itu hening seketika.

"Kalau mau tempat sepi, silakan ke perpustakaan, om, atau ke kuburan sana, jangan ke rental PS," jawab perempuan itu tanpa menolehkan kepala dan tidak mengacuhkan suara dari belakangnya.

Tigran berusaha sabar dan mencoba kembali mengendarai mobilnya pada permainan Need For Speed Rivals.

Namun, beberapa menit kemudian, mobilnya lepas kendali karena kaget dengan suara kencang perempuan itu lagi.

"TABBBRAKKK! TABRAKKKK! HAHAHAHAH MATI LU! MAMPUS LU!" Ucap perempuan itu dengan girang saat Trevor menabrak segerombolan polisi dengan mobil.

Merasa sudah hilang kesabaran, Tigran memutuskan untuk menegur perempuan berseragam SMA itu dengan keras.

"Mbak, bisa diam tidak? Saya bisa adukan Anda ke polisi dengan alasan pelajar yang membolos sekolah, loh."

"Saya juga bisa laporkan om sebagai PNS yang membolos kerja dan memilih bermain PS, loh," jawab perempuan itu. Kali ini perempuan itu menatap wajah Tigran dengan saksama. Sorot matanya tajam, dan dirinya mulai terlihat tidak nyaman akan teguran Tigran.

Tigran menatap balik tajam kedua mata perempuan itu.

Cantik sih cantik, tapi kelakukan macam orang kampung. Ujar Tigran dalam hati

Tigran tidak salah. Perempuan dengan balutan seragam SMA itu memang tampak menarik. Kulitnya sewarna batu pualam, rambutnya panjang dan hitam mengilat, wajahnya menggemaskan dan semakin menggemaskan ketika marah.

"Kamu kenapa gak sekolah sih? Malah main PS jam segini."

"Om, kenapa gak kerja sih? Malah main PS jam segini."

Perempuan di hadapannya tidak akan berkata seperti ini seandainya baju bebas Tigran tidak tertinggal di sofa.

"Saya bukan PNS kok, silakan kamu adukan." Tantang Tigran.

"Kalau begitu saya laporin ke polisi dengan alasan PNS gadungan ya? Om bisa dipenjara loh, gimana? Hayo pilih mana?" ancam perempuan itu sembari mengambil gawai dari kantong dadanya dan bersiap seolah-olah ingin menelpon polisi dan mengadukan Tigran.

"Heh! Heh! Jangan dong! Gila kamu ya? Beneran niat nelpon polisi?" protesTigran.

"Ya beneran dong."

"Okay, saya mengalah, silakan kamu main sekencang-kencangnya, saya tidak akan komplain!." Jawab Tigran mengalah.

"Bener nih ya om? Jangan protes lagi?"

"Iya, silahkan." ada nada protes pada kalimat Tigrn

Perempuan itu tersenyum kesenangan.

Tigran sudah bersiap kembali melanjutkan permainannya, namun perempuan itu memanggilnya kembali.

"Om."

"Hadehh, apa lagi sih?"

"Om, kalo boleh, saya minta bayarin rental PS ini juga ya?"

"Hah? Apa-apaan kamu? Kok minta bayarin segala sih? Emangnya saya bapakmu apa? Sana minta bapakmu."

"Pilih bayarin rental PS saya atau saya laporkan ke polisi nih, om? Rental PS gak seberapa kok biayanya ketimbang nginep di balik jeruji dengan tuduhan menjadi PNS gadungan."

"Bisa-bisanya kamu malak saya ya."

"Gimana, om?"

"Gak tau."

"Okay, saya telpon polisi dulu ya ke hotline pengaduan." Ancam perempuan itu lagi-lagi dengan sengaja memperlihatkan bahasa tubuh mengambil gawai dari saku bajunya.

"Hehh!!! Hehh!! iya!! iya!! saya bayarin deh."

"Nah gitu dong, om baik deh."

"Oh iya, kalau main suaranya kecilin sedikit ya, jangan kaya tadi, teriak-teriak kaya orang kesurupan."

"Beres, om." Ucap perempuan itu dengan senyum kemenangan.

Aduh, baru kali ini ketemu perempuan cantik tapi rasa ormas. Ucap Tigran dalam hati.

MENANTI MENANTU : SEBUAH NOVEL KOMEDI YANG TIDAK TERLALU ROMANTISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang