BAB 6 : TRANSFORMASI

142 3 0
                                    

"Setelah afirmasi diri," kata Bu Rosmida dengan penuh semangat, "hal kedua yang harus kau lakukan adalah Transformasi diri." Dia melangkah maju ke papan tulis dan menulis kata TRANSFORMASI di bawah kata AFIRMASI, kemudian memberinya lingkaran besar.

"Transformasi diri maksudnya adalah perubahan," jelas Bu Rosmida dengan bersemangat, sambil menghentakkan spidolnya pada kata TRANSFORMASI di papan tulis dengan kencang. Dia berbalik kepada Tigor yang tampak bingung. "Jadi jelas, Tigor, kau sudah harus berubah, kau harus meninggalkan dirimu yang lama, kau sudah harus menjadi Tigor yang baru!"

"Iya, ma, paham arti transformasi, tapi aku harus berubah menjadi apa ini? Harus ada petunjuk yang lebih jelas, seperti petunjuk arah di pusat perbelanjaan!" Tigor meminta penjelasan yang lebih konkret.

Bu Rosmida tiba-tiba mengeluarkan E-KTP dan menyodorkannya ke Tigor. "Coba perhatikan KTP baru kau ini."

Tigor terkejut dan memeriksa KTP-nya. Setelah melihatnya, dia terkejut karena nama dan detailnya telah berubah.

NAMA: TIGRAN WHITE.

"Hah? Apa-apaan ini, ma? Kenapa namaku berubah jadi TIGRAN, dan ada 'white' pula?"

Bu Rosmida mencoba menjelaskan, "Gini, Tigor, mama ingin menggunakan nama Tigran agar kau terlihat lebih eksklusif dan cool. Dengan nama belakang 'white,' mama ingin kau terlihat keren, agak kebarat-baratan, dan tampan ala-ala selebriti Hollywood."

"Aduh, ma, kok jadi aneh begini sih?"

"Apa anehnya, Tigran."

"TIGOR, MAMA."

"Baiklah, mulai hari ini, mama ingin kau menggunakan nama TIGRAN, tanpa koma atau tanda lainnya. Kau sudah berjanji kalau kau mau berubah untuk mendapatkan perempuan secantik Dian Sastro."

Tigor mencoba untuk memprotes, "T-t-tapi."

"Tanpa 'tapi-tapian,' TIGRAN adalah kepanjangan dari TIGOR RANGGAINANG. Jadi, kau tidak perlu khawatir, Tigor masih ada dalam Tigran."

Tigor bingung mendengar penjelasan tersebut dan merasa bahwa ibunya mungkin sudah sedikit gila akibat terlalu banyak menonton Sinetron Azab.

Bu Rosmida melanjutkan, "Coba baca lagi kolom jenis pekerjaan pada KTP kau."

Tigor memeriksa KTP-nya sekali lagi dan menemukan keterangan yang mengejutkan.

JENIS PEKERJAAN: PEGAWAI NEGERI SIPIL.

"Loh, sejak kapan aku jadi PNS, ma?"

"Sejak kamu menerima ini." Bu Rosmida memberikan seragam PNS kepada Tigor.

Tigor bingung, "Loh, buat apa ini, ma?"

Bu Rosmida menjelaskan, "Coba buka satu-persatu, nanti mama akan menjelaskannya."

Tigor membuka satu-persatu plastik seragam PNS dengan heran.

"Seragam berwarna hijau harus kau pakai setiap hari Senin, lalu seragam berwarna cokelat digunakan pada hari Selasa dan Rabu, Kamis dengan kemeja lengan panjang putih, dan Jumat dengan batik," Bu Rosmida menjelaskan dengan tegas.

Tigor masih bingung. "Ma, aku mau tanya nih."

"Silakan, kenapa?"

"Sejak kapan aku jadi PNS, ma? Kerjaanku cuma memberi makan Bejo, pepaya, dan jagung setiap pagi. Kenapa harus pakai seragam PNS?"

Bu Rosmida menanggapi, "Terus, dengan pekerjaanmu hanya memberi makan burung, bagaimana kamu bisa mendapatkan cewek cantik?"

Tigor ragu-ragu, "Ya, enggak tahu juga sih, ma."

"Yah, pasti tidak ada cewek yang akan tertarik pada cowok pengangguran yang hanya memberi makan burung beonya setiap pagi."

Tigor akhirnya menyerah, "Iya, iya, iya, sudah, ma. Sudah paham."

"Baiklah, 700 ribu ini untuk jatah kamu seminggu dari Senin sampai Jumat, gunakan sebaik mungkin, jangan boros."

Tigor bingung, "Maksudnya, ma?"

"Besok adalah hari Senin, mulai besok, mama ingin kamu menjadi Tigran White, seorang PNS. Kamu harus bangun jam 05:00 pagi untuk mandi, sarapan, dan bersiap-siap menjalani hari sebagai abdi negara."

Tigor bertanya lagi, "Terus aku harus ke mana dengan seragam PNS ini? Haruskah aku terlihat seperti orang gila di tengah jalan agar dikira gagal jadi PNS?"

"Mama ingin kau pergi ke Jalan Pulau Biak Raya No 763. Semuanya telah mama siapkan di sana, dan kamu akan menghabiskan waktumu hingga sore di sana."

Tigor masih bingung, "Hah, itu tempat apa, ma?"

"Kau akan tahu besok. Cukup pergi ke sana, lepaskan seragam PNS setelah tiba di sana, dan ganti dengan pakaian bebas."

Tigor mengeluh, "Lah, gimana sih? Dari rumah disuruh pakai seragam PNS, tapi sesampainya di sana disuruh ganti pakaian bebas. Aku gak mengerti maksud mama."

Bu Rosmida menjelaskan, "Begini, Tigran..."

"Tigor, mama!"

"Oke, tapi mulai besok, kamu harus mau dipanggil dengan nama Tigran, karena mama sudah mengubah E-KTP kau, dan mama tidak ingin semuanya menjadi sia-sia."

Tigor hanya bisa menghela napas dan pasrah.

Bu Rosmida melanjutkan, "Mama ingin kamu pergi dari rumah setiap pagi dengan seragam PNS agar tetangga-tetangga dekat berpikir kalau anak mama sudah menjadi PNS, bukan lagi pengangguran yang hanya memberi makan burung beo tiap pagi. Paham?"

Tigor mengangguk, meskipun masih merasa bingung.

"Mama ingin mengubah citra publik tentang kau, bahwa kau sudah menjadi PNS. Dengan cara ini, mencari jodoh akan menjadi lebih mudah, karena tidak ada perempuan yang akan tertarik pada cowok 35 tahun yang pengangguran sejak usia 22 tahun dengan hanya lulusan SMA."

Tigor akhirnya menyerah, "Iya, iya, iya, sudah, ma. Sudah paham."

"Baiklah, jadi ingat, saat kamu sampai di Jalan Biak, lepaskan seragam PNS, ganti dengan pakaian bebas, dan pada jam 4 sore, kenakan lagi seragammu itu dan pulang ke rumah."

MENANTI MENANTU : SEBUAH NOVEL KOMEDI YANG TIDAK TERLALU ROMANTISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang