Shahida menangisi suaminya yang sedang ditangani di dalam. Apalagi, sekarang dia sendiri. Kedua putrinya tidak tahu berada di mana. Tidak ada yang menguatkannya sama sekali saat ini.
"Memang apa yang ada di berita itu, Atif? Kenapa Pamanmu sampai kena serangan jantung lagi?" tanya Shahida terisak-isak.
Atif tak berani mengangkat wajahnya menatap Bibinya itu, atau bahkan menjawab dalam sepatah kata saja. Wanita itu masih belum tahu soal berita tadi, dia hanya tak mau hal yang sama terjadi pada Shahida ketika tahu keadaan salah satu putrinya sekarang.
"Ishu, Inu, kalian di mana, Nak? Ayo kembalilah," isak Shahida begitu pilunya.
"Bibi Shahida, Kakak Inu masuk TV!"
Teriakan khas anak kecil itu membuat Shahida dan Atif menoleh. Itu Afreen, anak tetangga yang tadi Ayahnya membawa Zahir ke sini.
"Ada apa, Nak? Kakak Inu kenapa?" tanya Shahida.
Bocah perempuan itu menunjukkan ponselnya. "Kakak Inu juga masuk YouTube, Bibi. Kakak Inu sekarang terkenal sepertinya," ujarnya polos.
Shahida menerima ponsel tersebut dari tangan Afreen dan mulai membaca tulisan yang terpampang di situ. Benar yang dikatakan Afreen, Inayat sekarang menjadi terkenal, tetapi karena menjadi ... buronan?
Bibir wanita paruh baya itu bergetar, cairan bening lolos dari pelupuk matanya dan mengalir deras. "A-apa maksudnya ini?"
"Itu yang membuat Paman Zahir pingsan tadi, Bi. Inayat ... Inayat menjadi tersangka kasus pembunuhan," jelas Atif masih tanpa menatap Shahida.
Ponsel di tangan Shahida merosot dan jatuh, untungnya Afreen dengan sigap bisa menangkap benda itu. Shahida luruh ke lantai dan semakin menangis pilu.
"Inayat? Putriku menjadi seorang pembunuh? Inayat-ku? ... Tidak, itu tidak mungkin! Putriku adalah gadis baik-baik, dia tak mungkin melakukan itu!" seru Shahida menangis histeris.
"Bibi, kita bisa tanyakan pada Ishu soal berita itu," saran Atif. Sedang Afreen hanya diam sambil menyaksikan saja karena tak mengerti apa-apa.
"Hubungi Ishu, hubungi Ishu sekarang," perintah Shahida sambil terisak.
***
Ibu Yash sudah bangun dari pingsannya. Dan lagi-lagi, Preeti yang menjadi sasaran amukan wanita tua itu. Preeti masih sama, hanya tetap diam dan menerima setiap caci maki atau bahkan pukulan dari Mertuanya. Istri mendiang Yash itu hanya diam datar dengan pandangan yang nyaris kosong. Sepertinya dia memang sudah kebal atau mungkin mati rasa.
"Bisa-bisanya kau hanya diam saja tanpa memberitahuku?! Dasar menantu durhaka! Menyesal aku menikahkanmu dengan putraku! Yash-ku bisa mendapat wanita lain yang lebih baik darimu! Seharusnya kau saja yang mati, bukan Yash-ku!" amuk wanita tua itu terus-menerus.
Preeti masih menunduk diam. Menangis pun tidak ia lakukan. Sepertinya memang benar, hatinya sudah mati dan tak peduli lagi.
"KENAPA KAU HANYA DIAM SAJA, HA?! APA KAU BISU?! KAU TULI?!" maki wanita tua itu sembari mengguncang tubuh Preeti. Si pemilik tubuh pun seperti tak ada niatan memberi klarifikasi atau pergi.
"Aku akan memenjarakanmu! Kau yang sudah membuat putraku tiada! Dasar wanita kurang ajar! Wanita murahan! Tidak punya harga diri! Tukang selingkuh!" makinya kembali.
Di sudut depan pintu ruangan tersebut, Mohit dan Gaurav geleng-geleng menyaksikan. Mereka tidak mengerti, mengapa Ibunda Yash bisa sebenci itu pada menantunya sendiri. Preeti juga, kenapa pasrah-pasrah saja menjadi sasaran amukan.
"Pak, tolong dia, Pak. Kasihan sekali. Bisa-bisa dia menyusul suaminya ke surga kalau ibu mertuanya terus mengamuk begitu," oceh Gaurav iba.
Mohit mengangguk setelah berpikir beberapa detik. "Baiklah. Kita bawa kembali Preeti ke penjara."
KAMU SEDANG MEMBACA
DELHI NIGHT (Completed)
Mystery / Thriller[Villain Series #1] Mendekam di penjara dengan tuduhan pembunuhan tak pernah terpikirkan sama sekali oleh Inayat, gadis asal Kashmir yang terlalu menyukai film. Kedatangannya ke Delhi untuk membeli gaun seharga 5 lakhs seperti yang dilakukan Heroin...