Vikram bersama Ishika dan Zafar saat ini berada di rumah Kanika. Mereka berempat sudah duduk dan berbincang cukup lama sembari menunggu Sonali kembali. Katanya Adik Kanika itu mau beli manisan, tapi sudah satu jam lebih dan belum kembali.
Fakta yang lain adalah ternyata Zafar dan Sonali teman semasa sekolah. Jadi mereka berdua---bahkan Kanika---sudah cukup akrab.
"K, jalebinya sudah dingin, tadi aku terjebak ma---cet," Sonali berdiri terbengong-bengong sebentar di tengah-tengah pintu melihat ke dalam rumahnya ramai orang. "Eh, ada tamu. Zafar? Kau ke sini? Ada apa?" lanjutnya antusias.
Zafar melirik Ishika yang duduk di sebelahnya. "Kami mau menyewamu untuk membebaskan adiknya Ishu," jelasnya.
Sonali berkedip-kedip sebentar, kemudian matanya membulat seolah mengerti. "Kau kakaknya Inu? Adikmu bersama kami sejak kemarin-kemarin. Sekarang dia ada di penjara Bhopal karena kami agak ceroboh. Maafkan, ya," celotehnya.
"Tidak, tidak masalah. Kau mau membantu adikku saja, aku sudah sangat berterima kasih padamu," balas Ishika.
"Oke, jadi sekarang kita susun rencana untuk mengumpulkan bukti agar Inayat bisa bebas," ucap Vikram seperti tak sabar.
"Seperti katamu tadi, kita minta para pemilik toko lehenga untuk memberikan kesaksian," sambung Ishika.
"Sejak tadi memang itu solusinya. Masalahnya hanyalah, bagaimana kita bisa membuat mereka mau memberikan pernyataan?" lanjut Zafar.
Kanika diam menatap ketiga orang di hadapannya yang juga tengah menatapnya, sedang Sonali malah asyik makan jalebi sambil memperhatikan orang-orang.
"Kau ada ide?" tanya Ishika.
Kanika terlihat berpikir, "Bagaimana kalau kita---"
"Permisi,"
Perhatian kelima orang itu teralihkan ke pintu. Beberapa orang pria paruh baya berdiri di sana dengan wajah datar masing-masing.
"Iya. Ada keperluan apa, ya?" sambut Kanika seraya bangkit.
"Kalian semua ... kalian semua para pemilik toko lehenga itu, kan?" tanya Vikram pada keempat orang yang datang.
Keempatnya mengangguk. Kanika kemudian mempersilakan mereka masuk. Ada kebingungan yang tercetak jelas di wajah orang-orang karena kedatangan para pemilik toko itu.
"Kami ke sini karena kami sudah setuju memberikan bukti soal Nona Inayat yang ada di toko kami pada saat kejadian itu," ujar salah seorang dari mereka.
Para pendukung Inayat itu hampir memekik karena terkejut sekaligus tak percaya. Terutama Vikram, dia sampai tak berkedip menatap keempat pria paruh baya itu dengan tatapan tak percaya.
"Kalian ... sungguh-sungguh? Tapi bagaimana mungkin? Kemarin dengan jelas kalian mengusir Inayat yang minta bantuan kalian, bahkan pagi tadi, kalian juga mengusirku saat aku mencoba minta bantuan kalian. Bagaimana mungkin mendadak kalian mau membantu? Apa yang terjadi?" cecar Vikram benar-benar tak mengerti.
Keempat pria itu hanya saling diam. Sesekali mereka menatap satu per satu semua orang yang ada di ruangan ini. Kemudian salah seorang dari mereka mengeluarkan sebuah flashdisk.
"Ini rekaman CCTV toko kami semua, sudah kami jadikan satu di situ. Apa itu sudah cukup untuk diberikan pada polisi?"
Vikram, Ishika, dan Kanika sampai ternganga. Orang-orang ini kerasukan apa?
"Kemarikan flashdisk-nya, biar saya cek dulu," pinta Zafar tiba-tiba.
Setelah flashdisk berwarna merah itu berada di tangannya, Zafar segera memasang benda tersebut di laptop yang berada di meja. Entah milik Kanika atau Sonali. Yang pasti kedua orang itu tak melarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELHI NIGHT (Completed)
Mystery / Thriller[Villain Series #1] Mendekam di penjara dengan tuduhan pembunuhan tak pernah terpikirkan sama sekali oleh Inayat, gadis asal Kashmir yang terlalu menyukai film. Kedatangannya ke Delhi untuk membeli gaun seharga 5 lakhs seperti yang dilakukan Heroin...