Hari ini sungguh menjadi hari yang spesial dan sangat membahagiakan bagi Inayat. Pertama, Ishika akhirnya mau kembali membuka hati untuk orang lain; dan kedua, dirinya bebas dari perjodohan itu. Memang ada sedikit bagian yang agak mengejutkan, karena ternyata pria yang dijodohkan dengannya adalah pria yang terbunuh di kamar hotelnya.
Setelah bermalam di salah satu penginapan yang ada di Bhopal dan menunggu selama setengah hari, kini semua telah bebas dan terserah mau melakukan apa. Mereka berenam pun saat ini makan bersama di sebuah rumah makan. Setelahnya, Vikram, Inayat, Zafar, dan Ishika akan langsung kembali ke Delhi dengan kereta, sedang Mohit dan Gaurav menunggu penerbangan malam nanti yang merupakan fasilitas dari kantor.
"Kakak, aku senang sekali akhirnya kau membawakanku kakak ipar yang baru," celoteh Inayat di sela-sela kegiatan mengunyahnya.
Ishika tersenyum lebar. "Dan kau juga cepat berikan aku adik ipar. Nanti kita menikahnya sama-sama," balasnya. "Ah, ya, sebentar," Ishika mengambil sesuatu dari dalam tas selempangnya, "cinta pertamamu," ujarnya sembari menyerahkan buku diary berukuran kecil bersampul pink.
"Uh, sayangku, aku rindu sekali padamu," Inayat mengambil buku tersebut dan langsung memeluknya. Tak salah Ishika menyebut buku itu cinta pertama adiknya, karena Inayat memang terlihat sesayang itu pada diary-nya.
"Apa isinya?" tanya Mohit iseng.
"Pasti kisah cintanya dengan pemuda Jamnagar itu," sahut Ishika setengah meledek.
"Pemuda Jamnagar?" Sekarang Zafar dan Gaurav yang kepo.
"Iya, jadi begini. Kurang lebih enam bulan lalu, kami sekeluarga pergi ke Jamnagar untuk menghadiri pernikahan kerabat. Kalian pasti tahu lah ya, pernikahan dan segala ritualnya bisa memakan waktu sampai seminggu lebih. Dalam kurun waktu itu, Inayat jatuh cinta dengan salah seorang pria di sana. Sayangnya cinta mereka harus berakhir karena pria itu beragama Hindu, sedangkan Inayat Muslim. Ayah tak menyetujui, lalu Inayat dijodohkan," papar Ishika.
"Dan kalian tahu? Karena hubungannya dengan pria itu ditentang, Inayat sampai mengurung dirinya berhari-hari di kamar. Kami semua khawatir. Tapi di hari ketiga, dia mau keluar dan memberi syarat akan melupakan pria itu dan menikah dengan pria pilihan Ayah, asalkan dia diizinkan pergi ke Delhi dan membeli gaun seharga 5 lakhs," lanjutnya. Inayat hanya cengar-cengir saja mendengar Ishika mendongeng soal dirinya.
"Setelah ritual membujuk Ayah yang sampai sebulan lamanya, akhirnya Inu diizinkan ke Delhi sendiri."
"Apa uang 5 lakhs itu tabungannya Inu sendiri?" tanya Gaurav bercanda.
"Tabungannya Inu hanya beberapa, uangnya habis dipakai beli tiket ke bioskop. Selebihnya itu uang hasil dari kami menjual ternak," jawab Ishika.
Inayat garuk-garuk kepala tak gatal mendengar itu. "Uangnya masih ada, nanti kukembalikan pada Ayah," ucapnya agak kikuk.
"Ayah hanya ingin kau kembali dengan selamat, bukan uang itu," kata Ishika.
"Lalu?" Mohit terlihat tak sabar mendengar kelanjutannya.
"Lalu apa lagi? Inu dituduh membunuh orang dan semua ini terjadi. Syukurlah dia terbukti tak bersalah, lalu dia bertemu Pria Jamnagar 2.0 yaitu Vikram." Kali ini Ishika geleng-geleng. Entah bagaimana Ishika menanggapi ini semua, Inayat gampang jatuh cinta dan itu pun selalu dengan pria yang berbeda keyakinan dengan mereka.
"Kalau tidak salah, Vikram juga dari Jamnagar, kan? Kau bilang Ibumu sekarang tinggal di sana, itu benar kan, Vikram?" tanya Zafar.
Vikram mengangguk sedikit. "Ibuku dari Jamnagar, Ayahku dari Delhi. Setelah menikah, Ibu pindah dan menetap di Delhi," jelasnya. Semuanya manggut-manggut tanda mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELHI NIGHT (Completed)
Mystery / Thriller[Villain Series #1] Mendekam di penjara dengan tuduhan pembunuhan tak pernah terpikirkan sama sekali oleh Inayat, gadis asal Kashmir yang terlalu menyukai film. Kedatangannya ke Delhi untuk membeli gaun seharga 5 lakhs seperti yang dilakukan Heroin...