"Kalian kenapa? Mana Inayat?"
Itu pertanyaan kedua puluh yang Sonali ajukan sejak satu jam belakangan, tetapi sama saja, Vikram dan Kanika masih sama diamnya. Gadis itu garuk-garuk tak gatal kepalanya. Ini sudah pagi, di rumahnya sendiri, tapi sialnya dia tak ingat apa-apa. Dan di mana Inayat? Kenapa juga Vikram malah khusyuk diam-diaman berjamaah di sini bersama Kanika tanpa Inayat?
"Viku, K, mana Inu?" ulang Sonali lagi. Kalau saja dia ingat sesuatu, dia takkan mau repot bertanya terus seperti polisi yang menginterogasi.
"Kalian kenapa diam-diaman terus? Ayo katakan sesuatu." Sonali lama-lama jengkel sendiri.
Vikram berdiri dengan wajah datarnya dan menghampiri Sonali. "Inayat ditangkap polisi," katanya datar.
"Hah? Bagaimana bisa?"
"Aku sebenarnya mau menyalahkanmu, tapi kau bahkan tidak sadar saat itu." Vikram menghela napas panjang, kemudian beranjak pergi keluar.
"Hey, mau ke mana kau?" seru Kanika.
"Ke kantor polisi," jawab Vikram tanpa menoleh maupun berhenti.
"Untuk apa pergi ke sana? Vikram, dengar, Inayat ditahan di kantor polisi di Bhopal, sementara kita di Delhi. Daripada kau mengamuk di kantor polisi dan itu tidak ada gunanya, lebih baik kau kumpulkan bukti-bukti untuk membebaskan Inayat!" ujar Kanika sedikit berteriak. Namun sama saja, Vikram tetap geloyor pergi tanpa sedikitpun menoleh.
"Dasar bodoh! Sifatnya sejak dulu tidak pernah berubah, tidak bisa berpikir panjang saat marah," gerutu Kanika.
"Sudahlah, K. dia kan memang begitu sejak dulu. Daripada marah-marah, lebih baik kita menjadi pintar dan melakukan sesuatu," kata Sonali.
"Tapi apa sesuatu itu?"
***
Semua karyawan hotel milik Vishal sudah dikumpulkan. Semuanya siap membantu Mohit dan memberikan pernyataan atau apa saja yang pria itu butuhkan. Seharusnya semua ini sudah dilakukan sejak semalam, tapi sayangnya pesawat yang ditumpangi semalam Mohit agak telat, sehingga dia telat sampai di sini dan semua karyawan terpaksa dipulangkan sebab hari sudah terlalu larut. Hanya tinggal sebagian yang memang shift malam.
Soal Inayat yang kini ditahan di kantor polisi Bhopal, Mohit juga sudah tahu sejak semalam dan bahkan sedikit kaget. Bagaimana tidak? Dia juga ada di sana semalam, tapi bahkan tanda-tanda keberadaan Inayat saja dia tak tahu. Lalu dalam beberapa jam, polisi Bhopal menghubunginya dan berkata sudah menangkap Inayat. Sekarang Mohit jadi berpikir, dia yang lambat atau mereka yang terlalu cepat?
Oke, lupakan sejenak soal itu. Pertama Mohit harus mengumpulkan bukti yang dibutuhkan dan seharusnya sudah diselidiki semalam.
"Bos kalian semua percaya pada kalian dan menganggap kalian orang jujur, baik, dan tidak mungkin berbuat aneh-aneh. Untuk itu, saya mohon kerja samanya dalam mengungkap kebenaran dari kasus ini," ujar Mohit pada semua karyawan di hadapannya.
"Pertama, saya akan bertanya pada kalian satu per satu. Harap dijawab dengan sejujur-jujurnya." Mohit mengeluarkan ponselnya, kemudian ponsel itu ditunjukkan pada para karyawan mulai dari yang terdekat dengannya.
Satu per satu orang yang melihat foto di ponsel Mohit menggeleng tanda tak tahu. Satu deret pertama, semuanya menunjukkan tanda tidak tahu apa-apa. Kemudian berlanjut ke deret kedua dan ketiga, yang mana hasilnya sama saja.
"Sungguh kalian tidak ada yang mengenal orang ini?" Mohit memastikan. Semuanya menggeleng serempak.
Mohit mengubah lagi layar ponselnya ke foto kedua. Satu per satu mereka melihat itu. Dua di antaranya mengaku mengenal seseorang dari dalam foto, yang membuat senyuman Mohit muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELHI NIGHT (Completed)
Mystery / Thriller[Villain Series #1] Mendekam di penjara dengan tuduhan pembunuhan tak pernah terpikirkan sama sekali oleh Inayat, gadis asal Kashmir yang terlalu menyukai film. Kedatangannya ke Delhi untuk membeli gaun seharga 5 lakhs seperti yang dilakukan Heroin...