05 - Bersama Vikram

62 7 174
                                    

Vikram membawa Inayat ke sebuah perumahan bertingkat, atau yang biasa dikenal rumah susun. Letaknya ada di pinggiran Delhi.

Sepanjang jalan tadi Vikram bercerita kalau dia tinggal di sana sendiri. Ibunya pindah ke kampung halamannya ada di Jamnagar, Gujarat, bersama Bibinya. Semetara Ayahnya sudah tiada. Ia tak punya saudara lagi di sini, selain dua tetangga dekat, perempuan yang merupakan kakak dan adik.

"Gadis baru lagi," sindir seorang gadis ketika Vikram dan Inayat menaiki tangga untuk sampai di rumah.

Vikram hanya memutar bola matanya malas. Saat sampai, ia bersama Inayat berdiri di hadapan gadis yang tengah sibuk bermain game di ponselnya itu.

"Mana Kanika?" tanya Vikram.

"Kanika! Vikram mencarimu!"

Beberapa detik dari teriakan itu, gadis lain muncul sambil membawa alat make up. Gadis yang sudah mengenakan make up tebal setengah jadi itu menatap bergantian ketiga orang di depannya.

"Ada apa?" tanyanya.

Vikram menunjuk Inayat yang ada di sebelahnya. "Kenalkan, dia Inayat. Dan Inayat, mereka Kanika dan Sonali, tetanggaku yang paling rusuh dan meyebalkan," ujarnya.

Inayat hampir menyatukan tangannya sebagai tanda salam ketika gadis yang tadinya sibuk bermain game itu langsung menyalami tangannya.

"Aku Sonali Mukherji. Kau bisa memanggilku Sonali, Sonal, Sona, Sonz, Laddoo, Kembaran Sonali Bendre, Keponakannya Rani Mukherji yang tidak diakui, SM, atau apa saja terserah padamu. Okey?" celoteh Sonali dengan gaya bicara ala rapper.

Inayat sedikit ternganga sampai akhirnya Sonali berkata lagi, "Sekarang katakan, nama kecilmu siapa?"

"Inu," jawab Inayat singkat. Dia masih sedikit gemetar untuk berceloteh seperti Sonali.

"Aku Kanika, kakaknya Sonali," Kanika menghampiri mereka dan menyalami tangan Inayat. "Dan aku tidak punya banyak panggilan konyol seperti si Emas Palsu itu," lanjutnya sedikit terkekeh.

"Emas Palsu?" tanya Inayat dengan polosnya.

Kanika melirik sedikit Sonali yang sudah merengut sambil bersedekap dada. Inayat yang mengerti pun tersenyum kecil.

"Inu, dengar, jangan memanggilku Emas Palsu, ya? Itu tidak termasuk nama panggilanku," kata Sonali mewanti-wanti. Inayat mengangguk-angguk saja.

"K, apa Inayat bisa tinggal bersama kalian?" tanya Vikram pada Kanika. Panggilan khusus dari Vikram untuk Kanika adalah K, karena menurutnya nama 'Kanika' terlalu panjang, juga susah untuk disingkat, tidak seperti Sonali.

"Sebentar. Inayat siapamu? Dan ... bagaimana kalian bisa bersama? Apa yang sebenarnya terjadi?" interogasi Kanika.

"Akan kujelaskan. Kita masuk dulu," kata Vikram.

***

Setelah satu hari membujuk Ayahnya, akhirnya Ishika diizinkan pergi ke Delhi. Ayahnya percaya Inayat akan pulang sendiri, itu sebabnya melarang putrinya yang lain menyusul jauh-jauh ke sana. Ia pun baru tiba di Delhi setelah hampir seharian penuh berada di perjalanan.

Kini, Ishika berada di sebuah stasiun. Sesungguhnya ia tak tahu akan pergi ke mana dulu. Hotel yang ditempati Inayat saja ia tak tahu ada di mana.

Ishika kemudian memutuskan meninggalkan stasiun sambil berpikir mau ke mana. Dia hanya mengikuti jalan yang ada saja.

"Taksi?" gumamnya dengan sedikit melebarkan mata. Sebuah taksi berwarna hitam parkir tak jauh darinya berdiri. Sepertinya naik taksi akan lebih baik daripada harus capek-capek berjalan kaki keliling Delhi yang luas ini.

DELHI NIGHT (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang