Inayat dan Vikram tiba lagi di Delhi bertepatan dengan hari yang sudah mulai malam. Jangan tanya bagaimana mereka bisa cepat sampai. Mereka tidak jadi naik kereta seperti yang mereka katakan pada Mohit, tetapi datang ke sini dengan helikopter yang memang menjemput mereka. Mereka beralasan pada Ishika dan Zafar kalau mereka masih ingin berkeliling, oleh sebab itu keduanya mengiyakan saja.
Sepasang pria dan wanita sudah menyambut mereka sesaat setelah mendarat. Keduanya tersenyum lebar dan bergantian berpelukan dengan Vikram dan Inayat.
"Akhirnya kalian sampai juga. Bagaimana semuanya? Lancar?"
"Sangat-sangat lancar," balas Vikram.
Selanjutnya, mereka duduk berhadapan dan tertawa dengan bahagianya. Merasa puas, karena mereka telah memenangkan pertarungan ini.
"Si Polisi itu tidak curiga apa pun?"
"Sama sekali tidak."
Sepasang wanita dan pria yang menyambut Vikram dan Inayat adalah Akansha dan Vishal. Ya, mereka Akansha dan Vishal yang sama, pemilik hotel tempat pembunuhan itu terjadi.
"Sungguh rencana yang sempurna," komentar Akansha dengan senyuman tipis di bibir merahnya.
Vikram membalasnya dengan senyuman tipis yang nyaris tak terlihat. "Semoga semua ini sudah cukup untuk memberi keadilan pada Ibu dan Adikku ...."
Usai mengatakan itu, Vikram meraih ponselnya yang sejak tadi dimatikan. Baru saja benda itu dinyalakan, beruntun panggilan dan pesan masuk dari sebuah nomor yang tidak disimpan oleh Vikram. Mereka berempat tertawa karena tahu itu nomor siapa.
"Polisi payah itu menelpon." Vikram menggeser panel hijau dan men-loud speaker-nya sambil diangkat di tengah-tengah mereka berempat.
"Ada apa, Pak? Kami sudah sampai ke Delhi. Apa ada yang tertinggal?" tanya Vikram yang suaranya sengaja dibuat kebingungan.
"Vikram, apa maksudnya semua ini? Buku diary ini? Kau dan Inayat? Apa maksudnya?" cecar suara di ujung sana.
Vikram terkekeh. "Ouh, jadi kau sudah melihat isi diary itu? Kalau begitu baguslah. Apa kau mengerti maksudnya atau minta kujelaskan dulu?"
Terdengar suara gebrakan di seberang sana, entah benda apa yang dipukul Mohit. "Tidak usah bertele-tele! Katakan!"
Vikram pun menatap bergantian ketiga orang di hadapannya. Mereka bertiga mengedipkan mata satu kali seolah memberi persetujuan.
"Oke, akan kujelaskan. Jadi, seperti yang kau lihat di halaman pertama buku itu, aku dan Inayat pertama kali bertemu di Jamnagar, di acara pernikahan Aakash dan Radhika, tepatnya pada tanggal 1, bulan 9, tahun 2022. Beberapa bulan yang lalu. Selama dua minggu kami bersama-sama di sana, dan ya, kami jatuh cinta. Tidak usah kujelaskan bagaimana ceritanya kami bisa jatuh cinta lah, ya. Karena pasti kau sudah tahu."
Vikram menjeda kata-katanya sesaat dan menyesap minuman yang sudah dipesankan Vishal. "Orang tua Inayat marah besar dan tak merestui kami. Bahkan ketika tahu putrinya mencintai pria yang berbeda agama dengannya, Inayat langsung dibawa pulang ke Kashmir. Kami berdua patah hati. Dan seperti yang Ishika ceritakan, Inayat sampai mengurung dirinya di kamar selama berhari-hari. Selama itu, kami terus berhubungan secara online. Lalu secara tidak sengaja, kami tahu siapa pria yang dijodohkan dengan Inayat."
KAMU SEDANG MEMBACA
DELHI NIGHT (Completed)
Mystery / Thriller[Villain Series #1] Mendekam di penjara dengan tuduhan pembunuhan tak pernah terpikirkan sama sekali oleh Inayat, gadis asal Kashmir yang terlalu menyukai film. Kedatangannya ke Delhi untuk membeli gaun seharga 5 lakhs seperti yang dilakukan Heroin...