allo!!
Ini cerita kedua setelah Vicka. Aku ngga terlalu fokus sama wattpad buat sekarang soalnya lagi penilaian Sumatif di sekolahh hehee,
Happy Reading n enjoy yagesyaaa♡.
PROLOG
.
"Dunia tak berpusat pada hal kecil tak berguna, namun merekalah yang besar dan menonjol."
Sedangkan, hal kecil tersebut.. adalah kita.
.
"RORA AFILII!"
"BERENTI NGGAK LO?!"
Rora Avily Ashley, atau kerap disapa Avily itu menulikan pendengarannya. Larinya malah semakin cepat menyusuri lorong sekolah dengan senyum yang tertarik membiarkan orang-orang misuh dengan kericuhan yang di buatnya. Tapi, hal itu tak bertahan lama sebab Avily harus rem mendadak kala seorang guru menghadang jalannya.
Bruk! Avily berhasil ngerem, tapi orang-orang di belakangnya lah yang hilang keseimbangan hingga akhirnya Avily terjatuh. Lanjut oleh Farisa, Amel, Chana, Bianca dan terakhir Liza. 6 gadis sebaya itu kini jatuh bertumpu dengan tidak estetiknya, dengan Avily yang berada paling bawah.
Bu Elis membetulkan kaca matanya agar dapat melihat jelas apa yang terjadi. Senyum sinis disertai tawa yang khas mengudara, atmosfer disana tiba-tiba berubah menjadi cekam saat Bu Elis menghentikan tawanya. Mata tajam guru Bimbingan Konseling itu mengintimidasi mereka.
Sampai akhirnya 6 remaja itu diseret paksa ke ruangannya, bu Elis menatap mereka dengan aura intimidasi yang lebih mencekam. Tangan lima gadis di belakang Avily saling bertaut, sedangkan Avily hanya menatap sebal sekaligus dongkol.
"Jadi, Avily. Apa yang sebenarnya sudah terjadi." Tanya bu Elis mengeluarkan buku absen besar miliknya, mulai mencari nama Avily yang absennya lebih banyak dari yang lain.
"B-bu, Afili tadi jambak rambut Liza." Serobot Farisa cepat. Farisa menoel kaki teman-temannya dengan mata melotot.
"I-iya, bu. Bener kata Farisa, Avily tiba-tiba jambak Liza." Ungkap Bianca membenarkan boss nya itu.
"Indra pendengaran kalian masih berfungsi?" Bu Elis menyimpan kasar pulpen di tangannya. " SAYA NANYA AVILY, BUKAN KALIAN! JAWABAN KALIAN SEOLAH-OLAH KALIANLAH PELAKUNYA!"
"Eh, ngga gitu, bu. Saya cuma takut ibu kena tipu daya si Avily.. jadi kita harus bela diri dulu bu."
Senyum Avily mengembang. "Bela diri kok di BK, di padepokan dong biar pro." Setelahnya cekikikan mengejek.
Farisa menggeram kesal. "Ayo dong bu, percaya sama saya. Coba deh liat, garis merah punya Avily lebih banyak dari kita, kan bu. Berarti ngga salah, kalau Avily pelakunya."
Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian mereka. Berdiri sesosok lelaki jangkung disana, setelahnya masuk memberi salam. "Permisi, bu."
"Kali ini saya punya bukti kalau Avily tidak bersalah." Avily diam memperhatikan, kedua nya beradu pandang sejenak sebelum lelaki itu- Arwin, menjelaskan. "Cctv kantin sekarang sudah di betulkan, jadi kita bisa memeriksanya secara langsung."
Bagian satu, pahlawan hati.
"Hah? Hahaha!" Tawa Avily begitu lepas sampai terdengar ke pintu masuk Kantin siang itu. "Suer, lu tuh udah kaya superhero tau ga, gue sebenernya udah deg-degan parah takutnya nanti nyokap gue di panggil, hahaha!"
KAMU SEDANG MEMBACA
R' Avily 'A
General FictionTiba-tiba saja, sesuatu yang hangat menyentuh kening, hidung terakhir bibir. Bibir mereka saling beradu tanpa ada niatan untuk lebih jauh lagi. Lelaki yang tak dikenali itu menunggu reaksi Avily, sedangkan Avily bingung harua bagaimana. Jantungnya...