14. miris

0 0 0
                                    


"Sini Lo dunia tipu-tipu! Gue tendang Lo ke mars sampe lupa jalan pulang!",







Avily bahagia hari ini. Ia bisa menghabiskan waktu berdua dengan cowok itu meskipun dengan suasana yang..sangar hening. Keduanya bahkan sibuk dengan fikiran masing-masing. Avily yang sedang memikirkan tentang bagaimana bisa ada cowok seemanis ini di sekolahnya, sedangkan Cowok itu bersenandung kecil sesekali mencuri pandang pada Avily lalu salting.

Terus saja begitu sampai bel jam pelajaran berbunyi.

Kini, Avily sedang membereskan alat tulis di mejanya. Ia masukkan dengan rapi dan hati-hati, karena sedang tak diburu waktu juga. Ia pun memasukkan buku-buku lalu menggendong tasnya. Mulai pergi menjauhi kelas. Kabarnya, hari ini Arwin tidak sekolah tidak tahu kenapa.

Koridor lantai 2 mulai lengang sedangkan koridor lantai 1 masih di penuhi oleh murid-murid yang menerobos kerumunan hingga terjadi kemacetan di gerbang. Untungnya kang Agus dan mang Supri gercep berhasil memulangkan dengan teratur.

Saat Avily berjalan menuruni tangga, perasaannya mulai tidak enak. Avily berhenti di tangga ke lima terakhir. Mencoba mengambil nafas lalu kembali menuruni tangga. Di langkah ke empat Avily kembali berhenti dan memasukkan oksigen sebanyak-banyaknya.

Tepat saat kakinya menyentuh tembok lantai satu yang terhubung dengan koridor, Avily memejamkan mata. Ia mendengar suara yang akhir-akhir ini padahal lenyap dari fikirannya. Sekarang datang dan mengusik ketenangan Avily.

Matanya terbuka. Avily terhenyak saat tahu dirinya kini berada di sebuah tempat gelap. Gelap, sangat gelap gulita bahkan Avily tak bisa melihat apa yang ada di sekitarnya ini.

Samar, Avily dapat mendengar percakapan seseorang. Mengandalkan pendengaran, Avily nekat berjalan dan menghampiri sumber suara. Avily melihat secercah cahaya merah di balik dinding hitam itu. Kemudian Avily berjalan mengendap-endap. Ke mana lagi sekarang dirinya dibawa, HM.

Namun naas, belum sempat Avily menguping, pria bertudung hitam itu menyadari keberadaannya. Sontak saja membuat perempuan di depannya kaget, secara posisinya membelakangi Avily. Avily tidak tahu mereka siapa, mungkin sajakah paranormal?

"HEI! SIAPA DISANA?!"

Suara perempuan tersebut membuat Avily semakin ketakutan. Keringat dingin membasahi kening, tangannya bergetar. Kalut dengan posisinya saat ini. Avily pun memejamkan mata, perlahan kakinya meluruh ke lantai hitam tersebut. Suara aneh itu kembali mengisi gendang telinganya. Samar, Avily mendengar perempuan tadi menyebut kan sebuah nama.

"Virdan Norrey Zorwyn."

Avily menutup mulut dan membuka mata. Ia terjengkit kaget saat tahu di depannya ada makhluk manis yang sedang tersenyum cerah dengan binar di matanya. Avily mengangkat alis tinggi-tinggi saat cowok itu bertepuk senang.

"Wah! Namanya bagus! Jadi sekarang namaku Virdan ya?"

Avily tahu itu bukan pertanyaan, tapi pernyataan.

"Kamu kenapa ada disini?" Pertanyaan Avily tersebut sontak membuat Virdan terdiam. Avily panik. "Eh, bener kan? M-maksudnya kita ngapain disini?"

Cowok yang resmi memiliki gelar nama Virdan beberapa saat yang lalu itu menggaruk tengkuknya. Ia aneh dengan tingkah Avily. "maksud kamu, kita?"

"Kita lagi ngobrol kan, tadi kamu yang minta buat nemuin aku di taman sekolah sepulangnya." Ujarnya menatap heran penuh tanya pada Avily.

Avily yang pusing pun lantas bertanya tak mau bertele-tele. "Lo sebenernya siapa sih? Kenapa wajah Lo mirip sama gambaran wajah buatan  gue?" Tapi, hanya di balas kekehan oleh Virdan.

1 bulan berlalu...

Avily tak mengalami perubahan apapun selama itu. Ia masih suka hilang-hilangan. Berat badannya pun turun drastis. Avily kembali dari kamar Aerim menuju kamarnya. Ia hanya ingin mengecek berat badan, dan ternyata, satu bukan ini ia kehilangan berat badan sebanyak 6kg.

Cukup fantastis untuk Avily yang mempunyai pipi chubby.

Arwin. Cowok itu kini semakin menjauhinya. Entahlah, apakah Avily ada salah atau apa. Namun Avily tak ambil pusing, mengurusi dirinya sendiripun Avily sampai kelabakan. Sangat tidak lucu saat Avily yang sedang makan besar di kantin tiba-tiba hilang dan berada di rumah.

Ayolah, rumah Avily itu tak ada asistennya makanya kalau mau makan terus Aerim belum pulang Avily terpaksa masak sendiri. Sejak lama, Avily sudah menanamkan ini di benaknya.

"Dunia tipu-tipu." Ia tersenyum kecil meskipun berkedut menahan tangis. "Ma.. cape."

TBC!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

R' Avily 'ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang