2. mimpi (?)

2 0 0
                                    

Allo!!!

Tandai chp 2 bebpssss, kiw.

Enjoy n happy reading♡.


.
"Menyukai seseorang itu karena satu hal penyebabnya. Menarik. Karena, ketertarikan itulah yang membuat seseorang jatuh cinta."
.


Pukul 12:27. Avily masih betah di tempat semula. Ia sama sekali tak berniatan untuk bangun, mandi, skincare an seperti yang biasa ia lakukan. Sarapan pun sudah habis tak tersisa di nakas, dalam genggamannya, ada handphone yang senantiasa Avily tunggu notifnya. Sudah tak terhitung Avily mendesah yang keberapa kalinya. Menunggu sesuatu yang tak pasti itu memang tidak menyenangkan,ya.

Ceklek!

Avily menoleh cepat dan mendapati Aerim bersetelan dinas dengan tangan yang membawa rapor. Senyum yang jelas terpaksakan itu tetap bertahan. Aerim akhirnya duduk dan mengusap lembut kening Avily. Dengan tangan bergetar Avily meraih jemari Aerim dan bertanya.

"Ada apa, Ma?"

Senyum Aerim masih tertahan, tapi air mata tak bisa tertahankan. Kesedihan tak bisa tertutupi, yang Avily tahu bahwa Mamanya ini tak bisa berbohong. "Ada apa, Ma?" Desaknya.

Aerim mengusap pipinya cepat. "Gapapa, sayang. Oh iya." Aerim mengeluarkan sesuatu dari tasnya. "Kalau kamu lagi sedih atau banyak fikiran, kamu bisa keluarin tanpa harus nyerita ke orang lain. Kamu gambarin apa pun sepuasnya. Bebas, yang penting kamu bisa sedikit healing dengan otak dan fikiran kamu, sayang."

Aerim memberikan binder yang berisi kertas kosong untuk kemudian Avily gunakan. Tak lupa ia memeberi satu set peralatan tulis yang pasti dibutuhkan. Termasuk spidol dam jangka.

"Apa ini, ma?"

Aerim berdiri dan mengusap kepala Avily lembut. "Kamu pake aja, gambar bebas yanh penting kamu ga stres."

Cup! Aerim mengecup kening Avily lalu pergi.

"Ma.. Mama berubah, Rora suka banget sama perubahan positif yang Mama lakuin buat Rora.. Appa, liat. Mama banyak berubah, Appa pasti seneng,kan diatas sana?"

Ya. Avily berkata seperti itu meskipun kemarin mamanya tak tentu. Terkadang baik hati, sesaat kemudian menjadi kejam.

























Bagian dua, menampakkan diri.




Tadi malam Avily mendapat pesam bahwa pergantian buku paket semester ini dilakukan oleh kelas 12 terlebih dahulu. Avily tak masalah, sebab ia sudah pulih dengan keadaan nya yang kemarin. Siswa dan Siswi berbondong bondong menyusuri koridor menuju Perpustakaan menunggu antrian sesuai kelas. Tak lupa ada OSIS yang bertugas untuk menjaga keamanan dari keributan.

Sudah setengah jam sejak Avily menginjakkan kaki disini, ia mencari seseorang yang dari kemarin ia tunggu kabarnya. Bahkan hari ini pun tak ia temukan, barang se batang hidungnya saja tidak. Sayangnya nomor absen mereka tidak berturut. Avily dari huruf R sedangakn Arwin dari huruf depan A. Cukup jauh untuk sebuah absensi kelas.

Setelah melewati masa sulitnya antre, Akhirnya Avily keluar dengan satu wadah buku kosong. Matanya masih menelisik tiap sudut tempat yang dilewati. Hingga akhirnya, tatapan Avily jatuh pada kedua punggung orang yang sedang menikmati suasana alam di bawah pohon bunga kertas. Avily hafal betul pemilik punggung tersebut, maka Avily dekati untuk memastikan.

Langkahnya terhenti di langkah ke 3. Avily mengeluarkan handphone dan mengetikkan satu pesan lantas mengirimnya.

Ting!

R' Avily 'ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang