✧
"Sesuatu, kalau hilang: dicari ga ada, ga di cari ada."
✧
"Rora Avily Ashley." Lelaki itu mengucap lengkap nama Avily yang seketika membuat jantung Avily bertalu-talu dengan debaran yang sulit di kondisikan.
"Kamu Rora?" Tatapan lugu nan jernih seperti balita membuat Avily semakin gemas untuk tidak menggeram. "Ihh lucu banget astagaa.." saking gemesnya, Avily mengibaskan tangannya, gerah.
Saat sedang seperti itu, cowok itu mendekat pada Avily lalu berbisik. "Beri aku nama."
Belum sempat bertanya lebih lanjut, cowok imut itu malah berdiri dan bergegas pergi. Avily kesal dan hendak mengejar cowok itu namun tertahan dengan panggilan supirnya yang menggema ke seluruh gendang telinga Avily.
"Non Avily saya sampai!"
.
Avily terus merenungi kalimat cowok itu di halte. Sampai tak sadar ia sudah sampai di rumah. Avily turun dari mobil dan masuk ke rumah. Semuanya sudah membaik perlahan, Avily tidak hilang lagi, dan ia bisa sampai rumah dengan selamat tanpa kedipan maut.
Namun, disaat Avily membuka pintu kamarnya, disanalah tanda tanya besar semakin terlihat di kepala. Avily menggigit bibir bawahnya kuat lalu pergi ke kamar Aerim. Menggedor-gedor pintu. Namun, saat dibuka, ternyata kosong.
Avily kembali berlari ke kamar nya. Tepar luma langkah dekat pintu, jalannya memelan. Avily kembali terdiam cukup lama di ambang pintu, melihat begitu banyak Kertas putih bersiikan gambar seseoarng terrancap di dinding tepat dimana jendela berada.
Jantung Avily berdebar tak karuan mencabut satu gambaran sketsa. Garis-garis memanjang, dengan arsir yang sedikit kaku menbuat gambar itu seolah hidup di hadapnnya. Avily menelan air liur susah payah, dengan cepat ia menyamperi gambar-gambar yang lain. Semua wajah ini sama, karena Avily lah yang menggambarnya.
Avily bahkan ingat, sangat ingat malah saat bagaimana ia menggambarnya, melukisnya sambil memikirkan Arwin, merasa jijik dengan gambar nya, lalu membuangnya ke tempat sampah dengan kondisi yang sudah di bulat-bulat besar. Namun, gambar itu kini terlihat rapi seolah Avily tak pernah berniatan untuk merobek-robek nya.
Keesokan harinya, Avily berangkat sekolah dengan wajah sedikit murung. Dirinya masih kefikiran tentang gambar-gambar di kamarnya yang membuat Avily geram sendiri. Avily mendudukkan diri di kursi dan langsung membuka kertas yang sedari tadi ia lipat kecil dan menggenggamnya. Avily buka perlahan dan kembali menelisik tiap sudut wajah tersebut.
"Dia.. bener anak oon itu?" Yang Avily maksud adalah cowok si mata sipit kemarin.
Avily akan coba cari tahu, namun bel mengentrupsi gerakannya. Akhirnya Avily mengurungkan niat dengan fikiran semakin kacau. "Oke, kalau gitu nanti istirahat."
Avily benar-benar dengan ucapannya. Sebab kini, ia tengah memunculkan diri di tiap kelas berharap menemukan sosok yang ia cari. Namun, sejauh ini-lantai 1 dan 2- Avily belum menemukan tanda-tanda ataupun bayangan manusia itu.
"Eh, Han. Lo pernah liat orang kaya dia?" Tanya Avily pada salah satu cowok yang lewat. Rehan yang tadinya tertawa dengan sohibnya kini mengalihkan pandangan pada kertas di tangan Avily.
Mata Rehan sampai menyipit untuk mengenali gambar pensil tersebut. "Kaya pernah, tapi gatau dimana."
Senyum Avily luntur seketika. "Oh, yaudah thanks, Han."
"Yoi!" Sahut Rehan. Avily kembali membawa langkah gontainya menuju kantin. Tidak langsung memesan, ia menaplokan diri di meja kantin yang bersih. Dirinya lelah selama istirahat ini belum memasukan sesuap makanan pun untuk cacingnya.
"Hahhhhhh, Lo dimana oon? Gue nyari Lo kesana-kesini. Masa iya gue harus ke lantai tiga sih, cape gue tuuh." Keluh Avily dengan suara yang parau. Kertas di tangannya jatuh tapi Avily tak berniatan untuk mengambilnya. Biarlah, toh banyak gambar yang sama di kamarnya.
Disaat Avily hendak terlelap, ia di kejutkan dengan tepukan ragu di lengannya. Avily terpaksa membuka mata. Netranya sontak membola melihat orang di depannya. "gue cari kenapa Lo ga ketemu anjir!" Sentaknya terlampau kesal.
Sementara cowok itu hanya nyengir sambil garuk kepala. Ia memberikan kertas yang sempat Avily jatuhkan. "Ini punya Ro-"
"Wah ada cendol, punya Lo? Gue mau ya!" Sela Avily lalu merebut es cendol yang terbungkus cup tersebut. Sedangkan cowok itu hanya tersenyum tipis dan mendudukkan diri tanpa mengalihkan pandangannya dari Avily.
Kedipannya lucu dan ia menyeletuk. "Rora perempuan tercantik yang pernah aku lihat." Sontak saja Avily terbatuk.
TBC!!
KAMU SEDANG MEMBACA
R' Avily 'A
Ficción GeneralTiba-tiba saja, sesuatu yang hangat menyentuh kening, hidung terakhir bibir. Bibir mereka saling beradu tanpa ada niatan untuk lebih jauh lagi. Lelaki yang tak dikenali itu menunggu reaksi Avily, sedangkan Avily bingung harua bagaimana. Jantungnya...