Hallo semuaa, aku kembali lagi dengan cerita yang baru. Semoga kalian suka. Jangan lupa follow akun ini, vote, komen dan share ke temen-temen kalian
HAPPY READING
Senja menjadi bagian favorit dalam hidupku. Mungkin kalau dulu orang bertanya kepadaku mengapa aku menyukai senja, jawabku hanya sebatas karena itulah namaku, Bestari Senja Nataya walaupun sebenarnya aku lebih sering di panggil Tari di banding Senja, namun bukan hanya itu saja, aku menyukai senja karena darinya aku belajar akan suatu hal, untuk mendapatkan sesuatu yang indah, kita harus sabar menunggunya. Senja yang indah dan cantik hanya bisa dinikmati oleh sepasang mata yang sabar menunggu kehadirannya, bahkan terkadang mereka tidak bisa hadir setiap hari, jika langit sedang menumpahkan air matanya, kita tidak bisa melihat senja, maka dari itu aku menyukainya. Sekarang, jika ditanya mengapa aku menyukai senja, aku akan menambahkan satu alasan lagi, karena saat aku melihat senja, rinduku ke papa sedikit terobati.
Dua tahun yang lalu papa pergi meninggalkan aku, mama dan ka Alana. Saat itu aku masih duduk di kelas 8 dan Ka Alana di kelas 9. Aku masih sangat ingat dengan jelas wajah pucat papa hari itu. Aku dan ka Alana yang masih mengenakan seragam putih biru berlari dari arah luar rumah sakit, berharap dapat melihat papa, namun sayang, saat aku tiba di hadapannya, papa sudah tertidur pulas dengan senyum khasnya yang tercetak dibibirnya. Hancur, mungkin satu kata itu yang dapat menggambarkan kondisiku saat itu. Laki-laki yang selalu melindungiku, laki-laki yang selalu membuat diriku bahagia, kini harus pergi untuk selama-lamanya. Rumah yang dulunya kokoh, kini mulai kehilangan pondasinya.
Mama begitu sangat terpukul mengetahui kepergian papa, begitu pula denganku dan ka Alana. Kami semua seakan tidak percaya dengan semua yang terjadi hari itu. Hanya ada suara isakan tangis di ruang tunggu rumah sakit. Kepergian papa yang begitu mendadak dan cepat, merubah semua hidupku.
***
Seperti pepatah, people come and go. Hari dimana aku kehilangan papa, ternyata menjadi hari dimana aku bertemu dengannya. Dia laki-laki yang dikirim Tuhan untuk menjagaku menggantikan posisi papa. Dewa Jingga Pratama, kaka kelas ku dan juga teman dari ka Alana kakaku sendiri. Kami sudah saling mengenal hampir 2 tahun, tepatnya saat aku pertama kali masuk ke SMP. Ka Jingga menjabat sebagai ketua OSIS saat aku masuk ke SMP. Saat itu kami hanya tahu sebatas nama saja, karena ka Alana dan ka Jingga satu kelas dan sering satu kelompok, jadi ka Jingga sempat beberapa kali ke rumah untuk mengerjakan tugas bersama ka Alana.
Ka Jingga datang ke pemakaman papa, dirinya mencoba menguatkanku agar tidak sedih berkepanjangan. Sore hari setelah pemakaman papa, sebelum ka Jingga pamit pulang, dirinya mengatakan sesuatu kepadaku.
"Kamu jangan sedih-sedih lagi ya senja, kasian papa kalo kamu terus-terusan sedih," pesan Jingga.
Dari dulu sampai sekarang, ka Jingga selalu memanggilku dengan nama tengahku yaitu Senja. "Iyaa ka, aku bakal coba untuk ga sedih-sedih ya," jawab Tari.
"Mungkin ini bukan waktu yang tepat buat aku ngomongin ini sama kamu, tapi aku takut kalo aku ga ngomong sekarang, aku gapunya kesempatan itu lagi. Aku udah cukup nunggu selama satu tahun ini."
"Emang ka Jingga mau ngomong apa?" bingung Tari.
"Sebenernya dari awal kita ketemu, aku udah tertarik sama kamu, cuma dulu aku belum berani buat bilang ini. Tapi sekarang aku udah siap buat ngomong ini. Senja, aku suka sama kamu. Will you be mine?"
Mendengarkan itu, Tari mengerjapkan matanya, dirinya kaget dan tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar.
Tiba-tiba Jingga menggenggam lembut kedua tangan Tari. "Senja, aku tau mungkin kamu kaget dengan semua ini, dan aku tau mungkin sekarang bukan waktu yang tempat, tapi justru karena sekarang kamu kehilangan papa kamu, izinin aku buat bisa jagain kamu, aku mau buat kamu bahagia, aku gaakan paksa kamu untuk jawab sekarang kok, yang penting aku udah jujur ke kamu tentang perasaan aku," jelas Jingga.
"Ka Jingga, sebelumnya aku mau ucapin makasih ke kaka, karena selama ini kaka udah baik ke aku, makasih kaka udah mau coba jagain aku. Aku bakalan jawab hari ini aja ya ka."
"Jadi, apa jawabannya senja?" penasaran Jingga.
"Iyaa aku mau ka, aku mau jadi pacar kaka."
"Ha? Beneran ini?" kaget Jingga.
Tari hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman. Kemudian Jingga membawanya ke dalam pelukannya. " Mulai hari ini, Jingganya Senja akan jadi hal favorit dalam hidup aku," ucap Jingga saat memeluk Tari.
Tari yang mendengar itu mencoba melepaskan pelukannya. "Jingganya senja?" ucap Tari mengerutkan keningnya.
"Iyaa, aku Jingga, kamu Senja, jadi Jingganya Senja mulai hari ini akan jadi hal paling favorit dalam hidup aku," jelas Jingga sambil menunjuk dirinya dan Tari.
Tari yang mendengar itu hanya geleng-geleng dan tersenyum. Dirinya bersyukur, bisa merasakan kesedihan karena kehilangan dan kebahagiaan karena kedatangan secara bersamaan. Hari ini dirinya harus merasakan kesedihan karena ditinggalkan papanya, namun disisi lain dirinya juga merasakan kebahagiaan karena dikirimkan sosok laki-laki yang datang di kehidupannya.
***
"TARIII, AYO CEPETT, NANTI TELATT!!!" Teriak Alana dari luar.
"Iyaa, iyaaa, bentar kaaa," sahut Tari.
Hari ini mereka berdua memutuskan untuk berangkat sekolah bersama. Biasanya Tari berangkat bersama Jingga, dan Alana berangkat bersama Bima. Alana Natasya kaka perempuan dari Tari, mereka berdua hanya selisih satu tahun. Semenjak kepergian papanya, Alana berperan serta dalam menjaga adik satu-satunya. Untung saja Tari memiliki pacar Jingga, yang mana dirinya akan sigap jika sesuatu hal buruk menimpa Tari. Jika Tari berpacaran dengan temannya, dirinya pun berpacaran dengan teman dari Tari. Bima Narendra, adik kelasnya saat berada di SMP. Mereka saling mengenal karena Tari dan Bima satu kelas, entah bagaimana mereka berdua bisa saling suka dan jatuh cinta hingga memutuskan untuk berpacaran, namun sayang Alana dan Bima saat ini berada di SMA yang berbeda. Sedangkan Tari dan Jingga, mereka berada satu SMA bersama dengan Alana juga.
"Cepet Tari, kita mau naik bus nih. Kalo lewat 2 menit aja, kita bisa-bisa telat masuk sekolah," oceh Alana.
"Iyaa ka, ini aku udah kok. Yaudah ayo kita berangkat."
"Mah, aku sama Tari berangkat sekolah dulu ya," pamit Alana.
"Hati-hati ya kalian berdua," pesan Anita.
"Dadah mamah, assalamualaikum," ucap Tari.
Alana dan Tari berjalan menuju halte bus, jarak antara rumah dan halte bus tidak begitu jauh, jika di tempuh dengan berjalan kaki cukup 8 menit saja. Di halte sudah banyak anak-anak lainnya yang ingin berangkat sekolah. Tak lama bus datang dan membawa Tari dan Alana menuju SMA Bhakti.
Semoga kalian suka ya sama ceritanya. Vote, dan komen biar aku up bab selanjtnya.
Jangan lupa follow Instagram :
@yffa_isnaenif
@nurisnaenif
Jangan lupa follow TikTok:
@yffa_isnaenif
@isnaeni242
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARI [On Going]
Teen Fiction[Buat cerita itu ga mudah, jadi please banget buat semuanya, jangan plagiat-plagiat karya orang lain yaa. "Smart people do smart think"] Kematian Alana, Kaka satu-satunya yang Tari miliki dapat merubah hidupnya. Pasalnya, sang Kaka meninggal secara...