6. Teka-Teki

8 2 0
                                    

Semoga kalian suka sama bab ini yaa

HAPPY READING

Teriknya mentari pagi ini membangunkan Jingga dari lelapnya. Seperti biasa, kondisi rumah Jingga sangat sepi. Semenjak kedua orangtuanya bercerai dan dirinya yang harus tinggal bersama ayahnya, Jingga tidak pernah lagi merasakan hangatnya suasana rumah. Ayahnya sangat jarang sekali pulang ke rumah, jikalaupun pulang, waktu di rumah tidak banyak. Sebenarnya ada hal yang ingin sekali Jingga tanyakan kepada ayahnya, namun sepertinya pagi ini pertanyaan itu harus dirinya tunda, pasalnya sang ayah tidak pulang lagi hari ini.

Sebelum dirinya berangkat sekolah, Jingga mengirimkan pesan kepada sang kekasih

Ka Jingga💞

Pagi Senja

Hari ini berangkat bareng aku ya

Aku otw

Senja

Pagi ka Jingga

Iya ka, kamu hati-hati ya

Setelah membaca pesan dari Tari, Jingga bergegas berangkat menuju rumah sang kekasih. Jingga membelah jalan Jakarta pagi ini yang cukup ramai menggunakan motor vespanya. Kurang lebih 25 menit perjalanan yang di tempuh Jingga untuk sampai di rumah Tari. Ketika dirinya sampai, sudah ada Tari yang menunggu di kursi depan halaman rumahnya lengkap dengan seragam putih abu-abunya.

"Selamat pagi cantiknya Jingga," sapa Jingga.

"Pagi ka," balas Tari dengan senyuman.

"Gimana pagi ini, udah siap buat sekolah?" tanya Jingga memastikan

"Udah kok ka. Oh iya ka, ini aku buatin sarapan buat ka Jingga. Nanti di makan ya di kelas."

"Makasih ya sayang. Oh iya Tante Anita mana? Aku mau pamit ke dia."

"Sebentar ya, aku panggil mama dulu." Kemudian Tari masuk ke dalam rumah kembali untuk pamit kepada sang mama. Tak lama Anita ikut keluar bersama Tari.

"Pagi Tante," sapa Jingga.

"Pagi Jingga. Udah mau berangkat sekolah ya?" tanya Anita.

"Iyaa nih tante, aku sama Senja pamit berangkat sekolah dulu ya Tan."

"Iyaa, kalian berdua hati-hati ya."

"Siap Tante," ucap Jingga seraya mencium punggung tangan Anita. Jingga menyalakan motornya dan bersiap berangkat ke sekolah bersama Tari.

Sepanjang perjalanan, Tari hanya diam saja dengan sesekali melihat ke kanan dan kiri jalanan. Jingga yang melihat dari kaca spionnya pun segera membuka pembicaraan.

"Kamu gapapa kan sayang?" tanya Jingga.

"Hhhm gapapa kok ka."

"Masih sedih ya?" tanya Jingga lagi

"Iyaa ka," singkat Tari.

"Boleh sedih, tapi jangan berlarut-larut ya sayang. Kasian Alana juga nantinya di sana, pasti kalo dia tahu adiknya yang cantik ini sedih terus, ikutan sedih dianya."

"Iyaa ka, aku gaakan sedih berlarut-larut kok. Sekarang aku mau fokus cari informasi siapa pembunuh ka Alana, aku mau temuin orang itu sampai orang itu benar-benar dapat hukuman yang setimpal."

Mendengar itu, raut wajah Jingga berubah. Dirinya juga mau mencari tahu siapa sebenarnya yang sudah membunuh temannya sekaligus kaka dari pacarnya itu, namun di sisi lain Jingga takut jika kecurigaannya benar. Jingga takut jika Tari tidak terima dengan kenyataan yang sesungguhnya.

ANTARI [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang