3. Malam Itu

11 3 0
                                    

Aku kembali lagi, semoga kalian suka ya sama bab hari ini.

HAPPY READING

Alana masih mencoba memesan ojek melalui aplikasi yang ada di handphonenya, namun sayang tiba-tiba handphonenya mati, ternyata Alana lupa untuk men-charger. Kini dirinya kebingungan harus pulang bagaimana, dirinya sudah terlanjur bilang kepada Tari kalau akan di jemput oleh Bima. Di halte tidak ada satu pun orang, jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Alana masih berharap kalau bus akan datang sebentar lagi.

"Aduh gimana nih, apa gua balik lagi aja ya ke rumahnya Tasya?" monolog Alana. Setelah menunggu sekitar 10 menit, namun tidak ada satu pun bus yang lewat juga, Alana memutuskan untuk kembali ke rumah temannya yaitu Tasya. Saat dalam perjalanan menuju rumah temannya, tiba-tiba Alana dihadang oleh beberapa laki-laki yang menggunakan motor. Sebisa mungkin Alana bersikap tenang, namun sayang orang-orang yang menghadangnya mulai berjalan mendekat. Tanpa berfikir panjang, Alana berlari menuju halte bus kembali, berharap di jalan raya nanti ada pengemudi lainnya yang akan menolongnya. Beberapa laki-laki yang menggunakan motor masih mengejar Alana, saat ini Alana sangat takut. Dirinya ingin menghubungi Bima, namun sayang handphonenya sudah mati habis baterai.

"Sendirian aja neng, mau kemana? Sini abang anterin," goda salah satu laki-laki.

"Kalo engga mending ikut kita aja ke tempat kita, gimana cantik?" tawar salah satu laki-laki lainnya.

Alana masih saja terdiam, berjaga-jaga jika sekelompok laki-laki tersebut menyentuhnya.

"Kok diem aja sih, udah ayo ikut kita aja," menarik tangan Alana.

"Tolonggggg, tolonggggg, tolonggggggg" teriak Alana.

"Percuma minta tolong, jalanan sini kalo udah jam segini tuh sepi ahahahaa," ucap salah satu laki-laki.

Alana mencoba melepaskan tangannya yang kini sudah di genggam oleh salah satu laki-laki yang ada di sana sambil dirinya berteriak minta tolong. Tidak lama muncul sebuah mobil Jeep Wrangler berwarna hitam dan berhenti tepat di samping Alana dan sekumpulan laki-laki tersebut.

Keluar laki-laki berpawakan tinggi, berjas hitam rapi, dan menggunakan kacamata hitam dari dalam mobil tersebut.

"Hei ada apa ini?" ucap laki-laki yang keluar dari mobil.

"Lu gausah ikut campur, mending sekarang lu cabut aja gih dari sini," balas laki-laki yang sedang mencengkram tangan Alana.

"Lepasin anak itu sekarang, atau kalian akan dalam masalah."

"Emang lu siapanya cewe ini? Gausah sok-sokan deh lu."

"Saya orangtuanya, cepet kamu lepasin tangan anak saya, atau saya hubungi polisi sekarang," ucap laki-laki tersebut.

Sekelompok laki-laki yang menghadang Alana tadi bukannya pergi, namun sekarang justru menyerang laki-laki yang ingin membantu Alana tersebut. Perkelahian pun terjadi, satu lawan enam. Dengan sigap dan ahli, laki-laki tersebut menghajar orang-orang yang berusaha menyakiti Alana. Alana hanya bisa menjauh dari perkelahian tersebut. Enam orang yang tadi mengahadang Alana kini tumbang, mereka pelan-pelan mencoba berdiri dan pergi berlalu dari hadapan Alana dan laki-laki yang baru saja menolongnya.

"Kamu gapapa?" tanya laki-laki tersebut.

"I-iyaa saya gapapa. Om gapapa?" tanya Alana balik.

"Saya baik-baik saja. Siapa nama kamu?"

"Sa-sayaa Alana om. Kalo om siapa namanya?"

"Saya Pratama. Kenapa jam segini kamu masih ada di jalan yang sepi seperti ini?"

"Saya habis kerja kelompok di rumah teman tadi, tapi pas saya mau pulang, engga ada kendaraan sama sekali yang lewat sini," jelas Alana.

"Yasudah mari saya antar kamu pulang," tawaran Pratama.

ANTARI [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang