Di bab kali ini akan ada flashback kisah pertemuan Dewa dengan Tari. Bukan itu saja, di bab kali ini, kalian akan tau alasan mengapa Dewa memanggil Tari dengan panggilan Senja, dan Tari yang memanggil Dewa dengan panggilan Jingga. Semoga kalian suka sama bab ini ya guys.
HAPPY READING
"Bertemu denganmu adalah takdir yang tak pernah kusesali, dan berpisah denganmu adalah takdir yang tak bisa kuhindari."
Dewa Jingga Pratama, ketua Osis SMP Pramudya. Salah satu Sekolah Menengah Pertama favorit di daerah dirumahku. Dewa adalah anak yang rajin, baik, sopan dan cukup popular di sekolah. Siapa yang tidak kenal dengan ketua Osis yang memiliki lesung pipi manis di kedua pipinya itu. Semua anak Pramudya mengenal betul sosok Dewa. Hampir setiap hari selalu ada siswi yang memberikannya hadiah.
Masa Orientasi tahun ajaran kali ini akan berakhir pada hari ini, para siswa dan siswi baru, mendapatkan tugas membuat surat untuk diberikan kepada para Osis. Jujur, aku awalnya bingung mau memberikan kepada siapa surat yang kutuliskan ini. Akhirnya aku memutuskan untuk memberikan surat ini kepada Ka Dewa. Saat ingin kuberikan suratnya kepada ka Dewa, ternyata sudah banyak siswi-siswi yang sedang mengantri untuk memberikan surat kepadanya. Awalnya aku ragu untuk memberikan suratku ini, namun setelah berpikir panjang, aku putuskan untuk tetap memberikan surat ini. Aku menunggu sampai semua siswi selesai memberikan surat-surat mereka. Siang ini, di koridor sekolah, aku memberanikan diri untuk memberikan suratku pada Ka Dewa.
"Hhhmm, permisi ka," ucap Tari.
"Oh iya, ada apa ya?" jawab Dewa
"Gini ka, ini aku mau kasih ini ke kaka" menyerahkan secarik kertas.
"Hhhm, okee. Makasih Senja," jawab Dewa seketika.
Aku terkejut saat ka Dewa memanggil namaku Senja. Baru kali ini aku di panggil dengan sebutan itu, biasanya orang-orang memanggil namaku Tari, tapi entah mengapa ka Dewa memanggil namaku Senja.
"Eh tadi kaka bilang apa ka?" tanya Tari.
"Makasih," jawab Dewa singkat.
"Bukan, bukan yang itu, setelah kata makasih tadi ka?"
"Emang aku bilang apalagi?" bingung Dewa.
"Tadi kaka panggil aku siapa?" tanya Tari kembali.
"Senja?"
"Ah iyaa itu, kenapa kaka manggil aku Senja?" penasaran Tari.
"Loh, bukannya nama kamu Senja ya? Itu di nametag kamu," jawab Dewa sembari menunjuk nametag Tari.
"Iyaa sih bener ka nama aku ada Senja nya, tapi jarang banget orang panggil aku Senja, baru kaka orang pertama yang manggil aku Senja," jelas Tari.
"Bagus dong kalo gitu, berarti itu panggilan special dari aku buat kamu," ucap Dewa.
Deg, seketika degup jantung Tari berpacu lebih cepat, dirinya merasakan panas di pipinya, sepertinya pipi nya kini mulai merah akibat ucapan Dewa.
"Eh kamu kenapa? Kok merah gitu pipinya?" tanya Dewa bingung.
Tari segera menangkup pipinya dengan kedua tangannya, bisa-bisanya Dewa menyadari perubahan warna pipi nya itu.
"Ih ka Dewa nih ga sopan tau!"
"Ha? Aku ga sopan gimana ya?" bingung Dewa.
"Ka Dewa gaboleh ngomong sembarang kayak tadi ke perempuan."
Dewa makin bingung saat mendengar ucapan Tari. "Maksudnya?" tanya Dewa lagi.
"Ka Dewa gaboleh sembarangan kasih nama special ke orang lain, apalagi itu perempuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARI [On Going]
Teen Fiction[Buat cerita itu ga mudah, jadi please banget buat semuanya, jangan plagiat-plagiat karya orang lain yaa. "Smart people do smart think"] Kematian Alana, Kaka satu-satunya yang Tari miliki dapat merubah hidupnya. Pasalnya, sang Kaka meninggal secara...