Prolog

384 43 16
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

Apa kabaaar?
Berjumpa lagi di work baru, sebagai pembuka come back cerita religi romance aku.

Bagi pembaca lama, terima kasih sudah menunggu dan masih follow akun wattpad yang udah lumutan ini wkwk.
Bagi pembaca baru, selagi menunggu kelanjutan cerita ini bisa baca cerita-cerita aku yang lain, ya.

Syarat sebelum membaca :
1) Follow akun Wattpad Penulis, biar kalian nggak ketinggalan info update.
2) Masukkan cerita ke Reading List kalian biar nggak hilang dari perpustakaan.
3) Vote dan komen di setiap chapter. Jangan silent readers, yak! Ini sebagai bentuk apresiasi ke Penulis, juga biar Penulis semangat lanjutin ceritanya.
4) Do'akan aku biar nggak stuck🙏, biar idenya ngalir terus kayak air terjun aamiin hehe.

So, happy reading guys!
Enjoy your time!

***

Manusia bisa merahasiakan banyak hal.

Adiba Queensha Zalina, namanya memiliki arti Seorang Ratu yang parasnya begitu cantik seperti Dewi Bulan, dan memiliki adab. Adiba tumbuh seperti namanya. Cantik, berwibawa, dan sangat sopan. Suaranya begitu lembut. Terlebih, saat ia mengaji. Siapapun yang mendengarnya akan kecanduan untuk mendengar lebih lama.

Di kantin saat jam makan siang, Adiba mengantre menunggu giliran mengambil menu. Menu makan siang hari ini adalah ayam kebuli, makanan yang ia sukai. Sejujurnya, Adiba tidak pilih-pilih soal makanan. Tetapi, dia mudah bosan jika mendapat menu yang sama dalam beberapa hari berturut-turut.

“Akhirnya ya, setelah tiga hari menunya kari terus. Bukan begitu, Mbak Adiba?” ujar seseorang yang tiba-tiba muncul di belakangnya sambil membawa nampan.

Naufal Fadhlan Prasetya.

Teman kecilnya, tetangganya, sahabatnya sampai mereka bekerja di kantor yang sama saat ini.
Naufal bilang akan terlambat makan siang. Makanya, Adiba pergi duluan. Tapi, apa ini? Dia dengan cepat menyusulnya.

“Urusan Nau udah selesai?” tanya Adiba, seraya tangannya mengambil nasi beserta lauk pauk. Naufal ikut mengekor di belakang Adiba.

“Alhamdulillah, udah selesai. Kita duduk dimana, nih?”

“Itu ada bangku kosong,” tunjuk Adiba pada spot di pojok kantin.

Mereka duduk berhadapan. Adiba mengucapkan do'a sebelum makan, lalu mulai makan siang bersama Naufal. Perutnya sudah keroncongan. Maklum, semalam Adiba harus menyelesaikan laporan untuk hari ini. Jadi, ia tidur larut malam. Ia terlambat bangun dan melewatkan waktu sarapan. Untungnya ia datang tepat waktu.

Selesai makan, Adiba menikmati segelas  jus jeruk. Sementara, Naufal, memiliki kebiasaan minum kopi.

Naufal, laki-laki yang sejak kecil selalu bersamanya. Dari menjadi teman bermain, masuk SD, SMP, SMA, kuliah di jurusan yang sama, sampai mendapat pekerjaan di kantor yang sama dengan Adiba. Seperti perangko pada sebuah surat. Dimana ada Adiba, disitu ada Naufal. Bahkan, Adiba sering mendapat komentar bahwa ia cocok dengan Naufal. Mengapa tidak menikah saja?

Adiba memiliki sebuah rahasia, yakni mencintai Naufal sejak 10 tahun lalu.

Benar, sebuah rahasia besar Adiba yakni mencintai sahabatnya dalam waktu yang lama tanpa diketahui Naufal sendiri.

Keheningan itu pecah saat Naufal memanggil nama Adiba.

“Adiba,” panggil Naufal lagi.

“Eh, iya, Nau. Kenapa?”

Surga Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang