Bab 9 : Asrar (Rahasia)

121 28 4
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

ASRAR : Rahasia

Seminggu ngga update, kangen ‘Surga Impian’ nggak?

Kangen aku nggak? :p

Alhamdulillah, hari puasa ke-2 bisa update. Sebenarnya mau update dari hari senin. Tapi, ada kendala terus persiapan di bulan puasa membuatku repot. (Maklum, orang jualan 😅)
Semoga kalian selalu diberikan sehat, sehingga puasanya lancar. Barangkali bisa sebulan full yaa. Hehe

Selamat membaca kisah Mas Khafi & Neng Diba❤

Selamat membaca kisah Mas Naufal & Neng Aghny (Cocok ngga? wkwk)

***

Adiba terbangun saat ada yang menepuk-nepuk pipinya. Dia terkejut melihat Khafi sedang menatapnya begitu intens. Adiba langsung terbangun, kemudian kepalanya terasa pening. Adiba mengaduh, memegangi kepalanya.

Khafi memegang tangan Adiba, mengusap-usapnya. “Bangun pelan-pelan. Bisa pusing kalau langsung bangun begitu.”

Nada bicaranya begitu lembut dan menenangkan jiwa. Adiba menurunkan tangan Khafi dari kepalanya. Ia mengucek kedua matanya. Ah, kotoran di matanya membuat Adiba semakin malu. Khafi pasti melihatnya barusan.

“Udah sore, mandi sana. Habis ini mau belanja, 'kan?” ujar Khafi, pria itu sudah mengganti baju dari yang terakhir kali Adiba lihat.

“Oh iya. Astaghfirullah, Diba kenyenyakan tidur jadi begini nih.” Adiba dengan tergesa turun dari ranjang. Ia memilih baju yang akan dia pakai. Kebetulan sekali, baju yang Adiba pilih senada dengan warna baju Khafi. Namun, Adiba tidak sadar, meskipun mereka berdua sudah sampai di supermarket depan gang perumahan Adiba. Mereka naik motor kesana. Naik motor bagi Adiba sedikit membuatnya tak nyaman karena ia pernah terjatuh.

Sepertinya, saat itu Adiba masih SMP dan iri karena teman-temannya sudah bisa naik motor. Ia pun minta di ajari motor oleh kakek. Namun, ia justru terjerambat ke selokan dan kakinya terkena pecahan beling. Adiba masih ingat ia mendapat tiga jahitan.

“Padahal, kita bisa ke Mall yang lebih lengkap,” ujar Khafi.

Mereka berdua memasuki supermarket. Mereka menjadi tontonan karena memakai baju berwarna senada. Keduanya hanya tidak sadar. Khafi berinisiatif mengambil troli, mengekor Adiba yang seketika lupa daratan kalau berbelanja.

Mulai dari sembako, sabun mandi, sabun cuci, sampai obat nyamuk pun Adiba membelinya.

Khafi menggelengkan kepala takjub  ia menghela napas pasrah melihat troli yang ia dorong sudah penuh.

“Mas Khafi mau apa?” tanya Adiba saat merasa yang ia ambil hanya untuk keperluannya dan keperluan rumah. Tidak ada keperluan Khafi. Padahal, Khafi yang pindah ke rumahnya pasti lebih membutuhkan banyak barang.

“Tidak ada merk yang biasa saya pakai,” kata Khafi, saat melirik-lirik shampoo dan gel rambut untuk pria.

“Masa, sih? Setahu Diba barang disini lengkap. Bukannya barang cowok itu simple?” Adiba ikut menunjuk beberapa merk yang setidaknya pernah ia lihat di iklan TV.

“Emang sebelumnya Mas Khafi beli dimana?”

“Amerika.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Surga Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang