Prolog

2.4K 138 7
                                    


***

Ia menyesap Caramel Macchiatonya yang pertama hari ini dengan perlahan. Netranya yang jernih memandang ke luar jendela. Pepat-pepat air hujan membasahi jalanan kota Bangkok sore itu. Orang berlalu lalang menggunakan payung berwarna-warni macamnya. Ahh ... musim hujan. Air turun dari langit menyejukkan jiwa.

Ia berdiri di sana beberapa saat, meninggalkan Caramel Macchiatonya yang tinggal separo demi memandangi butiran air hujan yang mengaliri kaca jendela. Jarinya tidak tahan untuk tidak menyentuh kaca. Mengikuti pergerakan air hujan turun kebawah; mengalir.

Relungnya merasakan, ada sesuatu yang berbeda seperti ada yang hilang.

Keningnya berkerut samar. Tentu saja. Ia tahu benar ada sesuatu yang hilang. Perasaannya berbeda dan seakan mencarinya. Hanya saja ia tidak tahu apa yang hilang. Apakah sesuatu yang hilang itu penting atau tidak. Ia menarik napas dalam-dalam.

Yah ... mungkin bukan sesuatu yang penting. Mencoba meyakinkan dirinya. Sedikit merasa aneh sebenarnya. Lalu, ia berputar membelakangi jendela dan memandang ke sekeliling ruangan.

Cafe ini katanya tempat favoritnya. Cafe yang mulai ramai itu, terlihat orang-orang mampir untuk sekedar bertemu teman sambil menyesap kafein. Raut gembira, saling tersenyum, tertawa, dan mengobrol tampak disetiap pengunjung yang datang.

Klining...

Pintu cafe terbuka menyenggol lonceng kecil di atasnya. Pertanda seseorang memasuki cafe. Tepat pada saat itulah ia melihat orang itu.

Orang yang baru memasuki ruangan dengan basah tak kentara. Matanya tidak berkedip mengamati orang itu yang mulai melangkahkan kakinya menuju kearah barista.

Aneh. Ia merasa jika dirinya tidak bisa mengalihkan pandangan. Ia melihat orang itu memesan minumannya pada sang barista. Senyumnya tak luntur. Lalu orang itu berjalan mencari tempat duduk.

Ia masih berdiri di dekat jendela mengamati orang itu. Kamera DSLR yang menggantung memberatkan leher orang itu menarik perhatiannya lebih. Apa dia bodoh tidak membawa tasnya disaat hujan seperti ini?

Kemudian, orang itu mengangkat wajah dan ia pun sama. Tepat ke arahnya. Mata mereka bertemu dan waktu serasa berhenti. Aneh sekali. Otaknya seperti tidak mengenal orang itu. Ia sangat yakin.

Tetapi, kenapa sepertinya hatinya berkata sebaliknya?

Rindu...

Arti tatapan yang keduanya terpantul saling menyelami ke dasar masing-masing. Benarkah ia merindukannya?

"Apo, kaukah itu?" tanya orang itu memastikan.

"Maaf, kau salah orang."

***

a/n:

Halooooo... Cerita baru. Sebetulnya nggak yang baru banget. Ini dulunya ada versi Singto Krist tahun 2018, cuman karena discontinue ya sudah, aku rombak lagi sekarang di tahun 2023. Hehehe...

ENDORPHIN [MileApo - Mpreg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang