[11]
Katanya, cemburu itu tanda cinta. Namun bagiku, cemburu adalah petaka.
- Endorphin©2023 -
.
.
.
.
Tiga puluh menit sudah Apo mematut dirinya di depan cermin. Tubuhnya masih dalam keadaan setengah basah usai mandi. Handuk melilit di pinggang, dan ujung rambut menciptakan tetesan air yang mengenai kulit bersihnya. Tangannya memegangi bibir dengan wajah terbengong. Dalam pikirannya masih melanglang buana mengenai kejadian sore tadi. Dimana momentum hangat mampir seperti senja yang nyaris tenggelam. Di gedung kosong itu, angin yang berembus lembut jadi saksi bagaimana ia dan Mile saling memagut dan mengasihi satu sama lain.
Meskipun itu bukan ciuman pertama bagi mereka, entah kenapa membuat jantungnya berdebar hingga sepuluh kali lipat dari biasanya. Rasanya ada yang beda. Namun Apo tak mengerti dimana letak perbedaan itu. Yang jelas, ciuman lembut yang memabukkan sore itu masih terasa hingga saat ini.
"Emang ... Jatuh cinta tuh sampai kayak gini ya, rasanya?" gumamnya sembari meraba dadanya.
Sementara itu, Mile merebah di kasur empuknya. Tatapnya lurus memandangi putihnya langit-langit kamar yang sama sekali tak menarik. Bayangan wajah Apo yang tersipu di antara lembayung menyapu, belum jua hilang dari ingatannya. Begitu indah, begitu ingin membuatnya serakah.
Mile bukanlah pria pecinta, dia hanyalah anak laki-laki yang pernah mencinta sebelumnya. Namun entah kenapa, kali ini rasanya berbeda. Debaran yang ia rasakan lebih dari yang pernah ia rasa. Mile sukar menjabarkannya hingga dahinya mengerut dengan tangan meraba dada.
Dag dig dug benar-benar nyata. Dulu ia pernah seperti ini. Serius. Tapi tidak seperti ini. Ini terlalu kencang hingga rasanya sesak. Kalau bersama orang yang dulu, Mile akan berdebar seperti melayang. Bukan sesak yang membuatnya kehabisan nafas. Aneh. Apa anak itu membawa separuh nafasnya? Sungguh gila!
"Apo Nattawin, kamu apain aku sampai kayak gini?" bisiknya mendesis.
***
Dentingan sendok dan garpu mengalun pagi itu di kediaman Wattanagitiphat. Apo tengah sarapan bersama kedua orang tuanya. Sungguh pagi yang menyenangkan baginya, walaupun kurang satu anggota; Tong sang kakak yang jarang pulang ke rumah. Apo tak ambil pusing, bersama Mama dan Papanya saja sudah cukup. Tong pasti lebih memilih sarapan di kost-nya bersama sang pacar makan bubur ayam. Setidaknya itu yang Apo tahu dari cerita sang kakak.
"Oh, ya ... mulai besok sampai sepuluh hari kedepan Papa ada kerjaan di luar kota. Jadi Papa nggak pulang," ujar sang kepala keluarga tiba-tiba.
"Lho, Papa kok, baru bilang sekarang, sih? Mama besok itu ada janji juga sama temen-temen Mama."
"Mau kemana, sih, Ma?"
"Besok itu Mama kumpul-kumpul sama mereka buat prepare, terus lusa kita berangkat ke Singapore. Nih, Mama sudah booking hotel sama tiketnya!" sang Mama menunjukkan layar ponselnya pada Papa.
Sementara Apo hanya menyimak seraya menghela nafasnya. Selalu saja mereka sibuk masing-masing. Berkumpul bersama pun mereka harus berdebat perkara jadwal.
"Emang nggak bisa ditunda, Ma? Terus nanti siapa yang di rumah kalau kita pergi? Kasihan dong, Apo harus di rumah sendirian terus!" Terdengar protes dari Papa yang sepertinya masih peduli padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDORPHIN [MileApo - Mpreg]
Fanfiction[Mile x Apo fanfiction // mpreg] Tentang Apo yang terlalu kagum pada Mile, sang kakak kelas berprestasi di sekolahnya. Hingga ia menyerahkan semuanya tanpa pikir panjang. Tanpa ia tahu jika Mile tak sebaik prestasinya. Insiden yang membuat mereka ha...