Rumah..
Hai all saya kembalii💐😄
Terimakasih banyak yang sudah votee bantu rameinn yukk
Happy reading all💐
Kita harus berarti untuk diri kita sendiri dulu sebelum kita menjadi orang yang berharga bagi orang lain. - Ralph Waldo Emerson
𝗡𝗼𝘄 𝗽𝗹𝗮𝘆𝗶𝗻𝗴:
"(Usik-Feby putri)"
01:23 ━━━━●───── 03:43
ㅤ ◁ㅤ ❚❚ ㅤ▷ ㅤㅤ
---˖⁺. ༶ ⋆˙⊹❀♡❀˖⁺. ༶ ⋆˙⊹---🌟☆゚.*・。゚⊰⊹ฺ.☆🌷
Jam menunjukkan pukul setengah 11, siswa siswi kini mulai berlalu lalang hanya untuk sekedar mengisi perutnya yang kosong.
Haegar, laki-laki itu masih mengerjakan hukuman yang diberikan oleh sang guru sejak tiga jam lalu. Dengan sesekali mengelap keringat nya yang berderai cukup deras akibat panas nya terik matahari.
Haegar tetap menjalankan hukumannya dengan baik walaupun tubuhnya hampir tidak bisa menopang dirinya sendiri tapi ia tidak boleh menyerah, hanya 3 jam toh tidak setahun, kini seorang guru yakni pak Kholili, ia datang menghampiri haegar dengan membawa pengaris panjang yang terbuat dari rotan.
"Haegarr?" Timpalnya, lantas haegar menoleh kearah laki-laki paruh baya tersebut.
"Cukup hukuman untuk hari ini" cakapnya.
Haegar lantas menurunkan tangannya yang semula hormat kepada sang Bendera merah putih, ia menatap sosok dihadapan nya kini, yang sedang memandangnya heran.
"Kalau kamu telat lagi, bapak tidak akan segan-segan memberikan hukuman yang lebih berat dari pada ini, mengerti kamu!!!" ancamnya dengan menunjuk kearah haegar.
"Baikk pak, haegar mengerti"
Laki-laki paruh baya itu menatap setiap inci tubuh haegar.
"Makan yang banyak" timpal sang guru membuat haegar mengerutkan keningnya bingung. Jarang sosok dihadapannya ini memperhatikan semua muridnya, ini termasuk moment yang sangat langka bagi haegar sebab pak Kholili adalah sosok yang dingin dan jarang perhatian kepada semua muridnya.
"Baikk pak" jawabnya singkat dengan menundukkan badannya, haegar lantas bersalaman kepada sang guru.
"Oke silakan istirahat" haegar mengangguk dan lantas ia meninggalkan sang guru, yang sedang melihat lihat sekeliling sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah (On Going)
Teen Fiction[cerita by tulisantangan16] Rumah tak selamanya berbentuk bangunan. bagi haegar Adhitama dia lebih senang menjadi rumah untuk orang lain, menjadi tempat keluh kesah, dan menjadi tempat untuk mereka bersandar. tapi haegar tidak mau berbohong, jika di...