Genangan darah menjelma sungai. Ada belasan tubuh manusia yang bergelimpangan tak bernyawa. Bahkan darah itu mengotori tembok. Vas-vas bunga yang berkilauan tak lebih dari sekedar keramik yang kehilangan keindahannya.
Semuanya tercecer, bercampur dengan cairan merah dan mayat manusia yang berbau anyir. Menusuk indera penciuman sampai ke pangkal jantung.
Hujan sendiri belum berhenti, seolah menjadi latar belakang musik kematian yang begitu syahdu. Sementara itu, seorang laki-laki bertubuh tegap menyalakan rokok miliknya. Menyesap aroma nikotin itu dalam-dalam, menghirupnya agar memenuhi paru-parunya yang lekat dengan aroma kematian. Angkuh, dan berbahaya."Jelas ini ulah kelompok amatir, Tuan. Dari mereka sama sekali tidak ada yang profesional. Lalat-lalat yang anda temui kemarin sepertinya adalah pelakunya."
"Bereskan dengan cepat. Cabut kepala pemimpinnya dan jadikan dia contoh."
"Baik Tuan. Akan segera saya laksanakan."
Dingin.
Perkataan pria berumur 32 tahun itu terdengar lebih dingin dari ribuan rintik hujan di luar sana. Xander menikmati nikotinnya sendirian di balkon rumahnya yang tinggi. Kemeja putihnya sedikit ternoda. Dia benci mengganti pakaiannya lebih dari sepuluh kali sehari. Tapi hidupnya benar-benar tidak tenang, setiap harinya selalu saja ada manusia-manusia tak diundang yang berlomba menjadi malaikat mautnya. Entah mereka belum puas menantangnya, atau mereka memang ingin menjemput kematian secepatnya.
Lama bertatapan dengan air hujan. Xander merasakan ponsel di sakunya bergetar. Dia mematikan rokoknya dengan cara meremas benda yang masih menyala itu. Tak peduli kalau tangannya akan memerah bahkan berdarah setelah ini. Dia seakan mati rasa, luka ini nyaris tak ada apa-apanya dibandingkan apa yang dia hadapi setiap harinya.
"Ada apa?"
"Tuan, Nyonya sadar!"
Xander menjatuhkan ponselnya begitu saja. Untuk beberapa saat, tangannya berdenyut, lelaki bertubuh tinggi itu mematung. Dia saat ini lebih terkejut daripada melihat sepuluh orang bersenjata yang menodongnya tadi.
"Tuan! Apa Anda masih ada di sana?" Ponsel itu di lantai itu terdengar bersuara.
Xander yang sadar dari keterkejutan itu memungut ponselnya kembali. Dengan cepat, dia berjalan menuruni lantai dua rumahnya dengan ekspresi senang. "Katakan, bagaimana keadaannya sekarang?"
Pria bernama lengkap Alfonso Xander Salvatore itu memasuki mobilnya dengan tergesa. Rasanya masih terasa seperti mimpi mendengar kabar baik semacam ini. Sudah tiga tahun Xander menunggu istrinya untuk bangun. Tiga tahun Xander menjadi gila karena ketidakhadiran istrinya.
"Itu Tuan ... Nyonya-"
"Jangan katakan apa pun, aku ke sana sekarang."
Xander mematikan telepon. Mengemudi dengan kecepatan di atas rata-rata. Hormon oksitoksin dalam dirinya menggila. Meluap-luap sampai rasanya dada Xander akan meledak karena perasaan bahagia.
Brak!
Sebuah novel ditutup dengan sangat keras, berbeda dengan tokoh Xander yang bahagia di dalam cerita novel itu, Azalea Ryn malah menangis sesenggukan di kasurnya. Dia sudah membaca extra chapter novel itu berulang kali, dan dia selalu menangis sesenggukan setelahnya apalagi saat dia sampai di extra chapter itu. Xander tokoh antagonis cerita novel yang dia baca selalu membuatnya sesak. Pasalnya novel berjudul Lily's For Anna itu menjadikan Xander tokoh antagonis yang jahat. Dalam extra chapter itu, Xander akan menemukan istrinya yang meninggal tidak lama setelahnya. Istri Xander, Alesha yang koma lebih dari tiga tahun itu bangun untuk pertama kalinya. Tapi itu tidak lama, karena setelahnya Alesha meninggal tanpa bisa melihat Xander. Alesha yang sepanjang hidupnya membenci dirinya yang lemah dan pesakitan mati tanpa tahu kalau Xander yang selama ini selalu bersikap dingin padanya ternyata mencintainya.
"Sialan! Penulisnya sialan!" Azalea yang kasihan dengan tokoh figuran yang mati itu memukul-mukul novelnya ke kasur. Masih merasa frustrasi membaca adegan menyedihkan itu. Xander yang tahu kalau Alesha meninggal juga berakhir bunuh diri dan semua tragedi itu disebabkan oleh satu orang.
Annastasya Alucadia.
Novel Lily's For Anna itu benar-benar membuat emosi Azalea naik turun. Pasalnya, isi novel itu gila. Alesha yang tadinya tak peduli soal Xander yang merupakan tokoh antagonis sialan yang kejam sepanjang plot novel mendadak punya latar belakang cerita yang tragis dan memikat. Apalagi, di extra chapter novel itu terungkap kalau selama ini penjahat yang asli adalah tokoh utama itu sendiri. Tokoh yang selama ini dibela oleh Azalea.
Annastasya Alucadia. Sang tokoh utama.
Wanita yang digambarkan sebagai wanita cantik dan penyayang itu adalah iblis yang sebenarnya. Sungguh, Azalea benar-benar tidak rela.
Dengan tangisan yang masih menganak sungai. Azalea melihat ke arah laptopnya. Dia kemudian menulis suatu komen di salah akun media sang penulis novel yang Azalea sebut laknat itu.
Dia sangat amat kesal. Jadi dia memenuhi semua beranda profil author itu dengan makian.
Lelah menangis, Azalea melihat jam dinding yang menunjukkan pukul tiga dini hari. Karena kesal yang teramat sangat, Azalea melempar novel yang sudah dia baca berulang kali itu dengan asal. Setelahnya, rasa kantuk menyerangnya. Wanita berambut panjang itu kemudian memilih tidur. Tanpa Azalea tahu kalau api lilin di kamarnya mengenai buku novel yang dia lempar dan memercikan sebuah api yang perlahan membesar,
... membakar rumah, beserta pemiliknya.
***
Ada yang kangen? Maaf ya sempet dihapus karena ada chapter yang kehapus beneran *cry
Doain ya bisa mulai lagi. 😭BTW ADA BEBERAPA PERBAIKAN ALUR DAN PENGGANTIAN NAMA TOKOH. BUAT YANG UDAH BACA. BACA ULANG DARI SINOPSIS AJA YAK WKWKWKWK
SEE YOUUU!
KOMEN YANG BANYAK BIAR AKU SEMANGAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating With Antagonist
FantasyAlfonso Xander Salvatore tokoh antagonis yang kejam dalam novel berjudul Lily's for Anna. Dia pria psikopat gila yang mengejar cinta seorang wanita bernama lengkap Annastasya Alucadia yang merupakan sang tokoh utama. Cara Xander mengejar Anna begitu...