Fourth tidak menyukai teman-temanku, tapi bukan dalam artian membenci mereka. Dia hanya tidak suka di tengah keramaian, juga tidak suka perkelahian. Meskipun Fourth adalah anak yang tumbuh dilingkungan ini, dia bukanlah berandalan sama sepertiku ataupun kakaknya.
Ketika pulang sekolah aku akan berkumpul bersama kelompokku. Menyusuri kota dan mencari musuh disana-sini. Aku tinggal sendiri sejak SMP. Ayah dan Ibuku sudah bercerai. Ayah menikah dan tinggal di luar negeri. Ibu juga sudah menikah dan tinggal dipropinsi lain. Dan aku, tidak ingin tinggal bersama keluarga baru yang telah mereka bangun. Mereka tetap memberiku uang. Aku tidak pernah kekurangan sedikitpun akan hal itu.
Aku hanya kesepian.
"Naaaiiiii...."
Aku melihat keseberang jalan, disana ada kekasihku yang berdiri sambil melambaikan tangan. Sejak melihat senyumnya, aku melupakan perasaan kesepian itu. Karena hari-hariku telah diisi olehnya.
"Kamu," aku menjentikkan jariku di dahinya. "Hati-hati! Harus berapa kali kubilang, "
"Jangan berlari dan tunggu sampai benar-benar sepi" Fourth melanjutkan kalimatku, lalu memperlihatkan barisan giginya yang rapi.
Siapa yang bisa marah padanya?
"Phi Tay sepertinya masih kesal padaku?" dia hanya menurunkan adiknya lalu pergi.
"Aku lelah, dia selalu iri padamu" aku terkekeh mendengar jawabanya. "Malam ini apa kau akan pergi bersama Mark?"
"Belum tau,"
"Kalau begitu tetap bersamaku sampai tengah malam,"
"Phi Tay akan membunuhku," tipe kakak pencemburu sepertinya tidak akan membiarkanku bersama adiknya berlama-lama. Lagipula dengan kekuatan kelompoknya dan Phi New disisinya. Huh, aku bisa mati dalam satu kali jentikan jika saja Fourth tidak menjadi perisaiku.
"Aku sudah meminta ijin" Fourth bergelantung dilenganku, sedikit mendongak dan tersenyum penuh.
Aku selalu bisa melupakan segala hal ketika mendengar celotehannya sambil menggenggam tangannya dan berjalan ditengah kota seperti ini. Aku suka berbicara, tapi aku lebih suka mendengarkannya mengatakan ini dan itu.
Fourth sangat suka membicarakan makanan. Seperti, pernahkan kamu mencoba ini, mie disana sangat enak, pie'nya terlalu manis, cake'nya sangat lezat. Atau, jangan makan disana harganya mahal tapi makanannya hambar.
Dimataku dia adalah anak dengan senyum tercantik. Tapi karena kebodohanku aku membuatnya melakukan hal yang sangat buruk.
"Eugh?" Fourth tertegun menatapku. "Ada apa?" dia lalu bertanya.
Aku kembali membiarkan diriku tenggelam dalam pikiran itu.
"Tidak," aku buru-buru menjawab.
"Lalu kenapa kamu hanya diam? Apa kamu lelah?"
Aku langsung menggeleng, "Kamu sangat cantik, itu saja"
Fourth menyenggol perutku dengan sikunya, "Aku laki-laki"
"Tapi kamu cantik," godaku lagi.
"Naiii....." dia menggurutu dengan cara yang lucu.
"Bercanda,"
"Huhhh," Fourth mempouchkan bibirnya cemberut "Berhenti menggodaku"
"Maaf na," aku meletakkan tanganku dikepalanya lalu sedikit menunduk agar wajah kami sejajar, "Mau makan apa?"
"Aku yang menentukan?"
"Hmm,"
"Aassaaa!" dia melompat sambil mengepalkan tangannya keatas. "Aku ingin daging panggang"
![](https://img.wattpad.com/cover/336516334-288-k967799.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IF YOU KNOW
FanfictionIF YOU KNOW Like a time in a fairytale, it's left behind with full of fear. I'm gonna need to find the time I lost. ⚠️ boys love area