Chapter 10

152 13 1
                                    

Tidurku tidak lebih dari tiga jam. Selain berjanji bertemu Mark di trek pagi ini, aku juga  berencana membawa Fourth untuk makan bubur dikedai bibi Hin.

Oh, aku merindukannya.

Kedai Bibi Hin ada didekat perempatan menuju SMAku. Sejak musim ujian hingga lulus aku belum pernah datang lagi. Sudah berapa lama itu? Mengulang waktu seperti ini membuatku kebingungan untuk menghitungnya.

Bibi Hin suka mengomeliku ini dan itu dengan tangannya yang terampil menyiapkan bubur. Fourth juga sangat menyukai buburnya, terutama bubur dengan daging cincang. Aku sering menjemputnya untuk makan dikedai bibi Hin, lalu mengatar kesekolahnya dan kembali lagi ke sekolahku.

Membayangkannya saja membuat liurku ingin keluar. Dengan cepat aku mandi lalu berpakaian. Hari ini cukup dengan kaos putih seperti biasa. Celana jeans hitam lalu kemeja navi lengan panjang sebagai luaran. Matahari akhir-akhir ini menyengat dikulit.

Aku menyisir rambutku didepan cermin sambil menyenandungkan lagu Trial dari Kinkaworn x Bamm yang belakangan ini sering kudengar.

🎼 Foto couple seperti apa yang akan kita posting?

🎼Aku harus mencobanya.

🎼Aku akan berlatih mengatakan aku mencintaimu sebelum tidur, agar kamu mimpi indah.

Lirik yang bagus.

Sudah hampir setengah jam sejak pesanku terkirim, tapi anak itu belum juga membalasnya. Kupikir dia masih tidur, jadi kuputuskan untuk pergi kerumahnya dan menjemputnya saja. Setauku hari ini kelasnya dimulai disore hari.

Condoku dan rumah Fourth tidak begitu jauh hanya sekitar sepuluh menit dengan motor dengan tidak melewati jalan utama. Pagi seperti ini pasti macet.

"Oh, Phi Joong," sapaku ketika melihat ia berdiri didepan pagar rumah Phi Tay. Tidak hanya dia, beberapa orang dari kelompoknya semalam juga ada disana.

Sekarang aku tau alasan Fourth tidak membalas pesanku. Dia pasti masih meringkuk ditempat tidur karena ulah teman-teman kakaknya yang berpesta hingga pagi seperti ini.

"Gem,"

"Eugh?" mereka semua terlihat seperti berantankan. Seperti zombie.

"Phi Joong" laki-laki yang kupanggil berjalan dengan terhuyung. Airmatanya mengalir deras sampai ia menjatuhkan tubuhnya didepanku. Dengan berat aku meraihnya. Aku bisa merasakan tangannya yang besar bergerak dipunggungku. Phi Joong memelukku dengan erat.

"Aku baru saja akan pergi menemuimu"

Menemuiku? Untuk apa?

Phi Joong melepaskan pelukannya, "Masuklah kedalam, Tay membutuhkanmu"

"Phi Tay?"

Lalu tiba-tiba terdengar jerit kesakitan dari dalam rumah yang membuatku mematung.

Kakiku langsung mati rasa. Rasanya ada batu besar yang terikat disana. Aku sampai harus berusaha menyeretnya untuk bisa berjalan. Dengan susah payah aku mencapai pintu rumah yang telah terbuka begitu lebar itu. Disana ada banyak orang, tapi aku hanya bisa melihat Phi Tay dan Phi New yang saling memeluk satu sama lain.

Aku mengendarkan pandanganku. Satu-satunya yang kubutuhkan sekarang adalah wajah tersenyum anak kecil itu. Dia pasti terkejut jika melihatku disini kan?

Fourth kamu dimana?

"Gem," seseorang memanggil, membuat semua mata berpindah padaku. Mereka yang melihatku mulai menyebar, seolah ingin menunjukkan sesuatu.

Pandanganku kabur. Entah karena air mata atau karena aku kurang tidur belakangan ini. Tubuhku juga rasanya aneh. Sial! Perasaan apa ini?

"P...P...Ph...Phi," kataku susah payah.

IF YOU KNOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang