"Gem! Gem! Aiii Gem!"
Ada begitu banyak suara samar saling bersahutan. Namun, satu-satunya yang bisa kukenali ialah suara berat yang memangil namaku.
Eugh?
Aku terperanjat ketika sepenuhnya membuka mata dan terjaga.
"Cepat! Semua orang sudah menunggu!" kata Mark, satu-satunya orang yang kukenali diruangan ini.
"Apa?" kataku dengan bingung. "Dimana aku?" aku melihat diriku sendiri yang mengenakan kemeja putih juga celana hitam panjang. Ruangan ini? Kelas?
"Dari awal kelas kau hanya tidur, itu sebabnya otakmu error. Dan anehnya, saat ujian nilaimu selalu bagus" keluh Mark.
Tapi,
Fourth? Dimana dia?
"Mark," spontan aku menarik kerah bajunya "Katakan dimana Fourth, dimana dia?" kataku dengan khawatir. Yang kuingat terakhir kali adalah dia bersamaku ditaman. Aku tidak akan terima jika ini hanyalah sebuah mimpi dan ternyata,
"Fourth, dia masih hidup kan? Dia baik-baik saja kan?"
"Apa yang kau katakan?" katanya menatapku dengan aneh dan mendorongku untuk melepaskan rematanku. "Kau akan pergi atau tidak?"
"Mark, katakan padaku! Katakan kalau Fourth baik-baik saja"
"Dia baru saja memarahiku karena kau tidak menjawab panggilannya"
Aku meraba-raba tubuhku dan menemukan benda persegi itu di dalam kantong celanaku. Tapi apa ini? Aku mengganti ponsel? Kapan?
Ada delapan panggilan tak terjawab dan itu adalah dari Fourth. Nomor yang sama dan nama kontak yang sama.
❤️4thBaby
"Ohh Nai, darimana saja kamu" begitu mendengar suaranya meskipun melalui telepon, nyawaku terasa kembali.
"Bukankah kelasmu sudah berakhir? Aku menunggumu lebih dari satu jam" omelnya.
"Aii Gem! Kamu menangis?" tiba-tiba air mataku mengalir, melupakan Mark yang kini ada di depanku.
"Tidak, aku masih mengantuk" dalihku.
"Nai, kau mendengarku? Jika tidak pergi sekarang, kita akan tiba dimalam hari"
"Ayo cepat pergi sebelum malam" Mark juga mengatakan hal yang hampir sama.
"Kita akan pergi kemana?"
Mark lalu merebut ponselku, "Fourth, kita akan menjeputmu. Orang ini menjadi aneh lagi" dia menutup teleponnya dan menyerahkan kembali padaku.
Saat ponselku berada pada layar utama, sebuah tanggal tercetak disana cukup besar. "Huh, aku kembali? Apa aku kembali? Mark tanggal berapa sekarang?"
"Sejak kapan kau bertanya tentang tanggal?"
"Kemarikan handphone'mu!" aku merebut benda persegi miliknya.
"Sama!" ketika kubandingkan, tanggalnya sama dengan yang ada diponselku.
"Jelas sama! Jangan menjadi gila!" Mark merebut kembali miliknya. "Cepat atau kau akan disate Phi Tay"
💙💙💙
"Kamu sudah membawa obat-obatan yang kusiapkan?" Phi Tay bertanya pada Fourth di depan pintu ketika aku dan Mark menjemputnya. Hari ini, ternyata kami sudah berjanji akan pergi kepegunungan untuk berkemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF YOU KNOW
FanfictionIF YOU KNOW Like a time in a fairytale, it's left behind with full of fear. I'm gonna need to find the time I lost. ⚠️ boys love area