2

731 39 0
                                    

Shena udah sampai di rumah Omah. Di liat-liat memang rumah Omah lumayan besar, ada taman kecil serta kolam ikan nya. Garasi nya juga luas. Namun sayang--pagar rumah nya terlalu pendek, hanya selehernya. Pantas saja kalau Aurin takut tinggal sendiri.

"Nih, kuncinya. Kalo hilang ada kunci cadangan, tapi kalo bisa, sih, jangan sampai hilang ya!!"

"Oke, ini kamarnya udah boleh di buka?"

Aurin mendelik. Gondok. Kesal. Keki. Pertanyaan nya sungguh tidak berbobot!!

"Ya, boleh!! Kan mau kamu bersihin sama tempatin."

"Galak, ih." Goda Shena sembari mencolek pipi Aurin.

Yang di colek semakin sengit. Wajah nya itu sensitif!!

"Emang!! Turunan dari Mama." Tukas nya lalu pergi dari hadapan Shena. Aurin yang awal nya ingin membantu membersihkan kamar nya jadi tak berminat. Diri nya terlanjur kesal dengan Shena--teman SMA nya yang paling usil!! Juga penuh misteri. Bukan misteri!!--lebih tepat nya teka-teki.

Aurin tidak suka dengan teka-teki. Otak nya kadang terlalu lemot untuk menanggapi nya. Juga--diri nya kurang peka dengan teka-teki yang di ciptakan oleh Shena.

***

Aurin sudah mengenal Shena dari SMP--hingga SMA. Satu kelas juga. Mereka sangat akrab, kemana-mana selalu bareng. Bagai amplop dan perangko. Shena sebagai perangko nya. Ia akan menempeli Aurin dimanapun Aurin berada--sekalipun Aurin ingin ke toilet!!

Shena terlanjur nyaman dan senang saat bersama Aurin. Aurin itu.. hangat. Perhatian. Humble. Juga gampang tertawa. Sebab itu Shena sangat betah ketika berada di samping Aurin. Sedang Aurin sendiri tak masalah kalau Shena terus menempeli nya. Aurin juga senang!! Meski Shena pribadi yang usil dan kerap membuat diri nya kesal--namun Aurin tak bisa kalau harus berlama-lama kesal dengan nya. Sebab Shena, selalu punya cara untuk membuat nya senyum kembali.

Namun, 2 bulan sebelum mereka lulus SMA--Shena menjauhi nya. Shena menghindar setelah ia mengetahui ada rasa terlarang yang tumbuh di hati nya. Puncak kesalahan terbesar nya adalah--ketika ia mengakui semua perasaan nya kepada Aurin. Shena menyesal!! Namun tak juga. Ia sedikit lega selepas mengakui nya.

Flashback On

"Rin, saya suka sama kamu." Ucap Shena, menatap lamat-lamat netra coklat di hadapan nya--sembari mengarahkan jari telunjuk nya ke dada Aurin.

Sedang yang di tunjuk merasa bingung. Mengapa bisa?

"Kok bisa? Kita 'kan.. sejenis. Maksudnya, sama-sama perempuan gitu, loh." Aurin kikuk. Ia tak tahu harus berekspresi bagaimana. Dia kaget. Juga.. gugup.

"Nggak tau. Tiba-tiba muncul, nggak bisa di cegah. Kamu risih?"

"Eh? Nggak kok. Cuma 'kan yang kaya gitu ga wajar. Belum lumrah."

"Gitu, ya.. Menurut saya wajar-wajar aja. Selagi cinta nya tulus."

"Bener, sih. Tapi maaf, aku belum bisa nerima kamu."

"Saya tunggu."

"Kalau lama?"

"Ga masalah. Semisal harus nunggu bertahun-tahun dan hasil akhir nya kamu--saya rela."

Selepas itu kedua nya terdiam, berdiri menatap satu sama lain. Aurin mencoba mencari keraguan--bahkan kebohongan di netra Shena. Namun nihil. 1 persen pun ia tak dapat menemukan nya. Shena serius, dan Aurin bingung harus bagaimana. Haruskah nanti ia menerima nya? Atau hanya akan memberi harapan palsu kepada Shena? Aurin bingung!!

"Pulang, yuk! Saya antar, kebetulan bawa motor."

Saat sudah di motor pun kedua nya masih terdiam. Mereka membisu. Yang biasanya topik terus mengalir--kali ini mereka mati kutu!! Shena memikirkan bagaimana hubungan pertemanan nya selepas ini. Dan Aurin masih mencerna dengan apa yang sudah terjadi. Cuaca nya pun kali ini sangat mendukung--agak mendung meski tak terlalu gelap. Angin sore menerpa anak rambut mereka. Pikiran Aurin berkecamuk. Sedang Shena biasa aja. Ia tak bisa kalau harus terus-menerus memikirkan itu, ia sedang berkendara. Harus fokus--agar Aurin selamat sampai rumah nya.

Flashback Off

"Shena!! Makan dulu!! Udah jam makan siang!!"

Aurin berteriak. Teriakan nya sangat melengking, bahkan terdengar sampai luar. Selain galak, Aurin juga berisik!!

"Nih, aku beli ketoprak di depan."

Senyap. Sunyi. Dan sepi. Mereka berdua fokus dengan ketoprak nya masing-masing. Aurin dapat melihat kalau Shena makan begitu lahap--Aurin senang. Dari dulu ia sangat senang kalau melihat orang makan dengan lahap, seakan-akan pemandangan itu bisa membuat nafsu makan nya bertambah. Mama nya juga begitu.

"Kamu ke Bandung mau kuliah atau gimana, Shen?" Tanya Aurin. Tangan nya mencomot kerupuk bawang lalu mengunyah nya. Perpaduan yang sangat pas apabila kerupuk bawang tercampur dengan bumbu kacang. Rasa nya enak dan khas bagi Aurin.

"Nggak. Saya kesini ada urusan."

"Urusan apa?"

Kali ini Shena tak menjawab. Mulut nya masih penuh dengan lontong ketoprak nya. Namun setelah sekian lama Shena masih tetap tak menjawab pertanyaan nya. Pertanyaan Aurin di gantung!! Tetapi Aurin merasa, apakah pertanyaan nya mengganggu privasi Shena?

"Aku salah tanya, ya? Maaf kalo ganggu privasi kamu."

Pertanyaan Aurin yang kali ini juga tetap tak Shena jawab!! Kenapa?? Apa itu privasi juga??

Aurin buru-buru menghabis kan makanan nya. Ia ingin cepat-cepat pergi dari hadapan Shena--untuk sementara. Aurin tak sanggup dan tak suka kalau harus menetap di situasi canggung seperti ini. Sangat.. sangat.. sangat apa ya?? Pokok nya aneh!! Tak nyaman!!

Makanan nya sudah habis!! Aurin berdiri dan hendak pergi--tapi Shena menjawab pertanyaan nya.

Akhir nya!! Setelah sekian lama!! Ga lama sebenarnya, hanya beberapa menit. Aurin nya saja yang terlalu dramatis!!

"Ga masuk ke privasi 'kok. Belum saat nya aja untuk di jawab."

Jawabannya sungguh.. Tak sesuai dengan ekspetasi Aurin!! Ia kira Shena akan menjawab nya dengan menjelaskan lebih detail. Tau nya tidak!! Hanya 12 kata yang terlontar!!

"Ohh, gitu, ya.."

***

Hehe~

Jangan jadi siders ya cabatt!!

Shena & Aurin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang