7

243 18 0
                                    

Setelah pulang dari pantai, mereka membersihkan badan lalu tidur di kamar masing-masing. Semua nya masih berjalan normal di malam hari. Kecuali pagi. Saat pagi tiba, Aurin sama sekali tak menemukan sosok temannya--Shena. Aurin menunggu hingga siang hari, siapa tau Shena sedang membeli sesuatu di luar. Namun--hingga sore, malam, bahkan sampai tiga hari. Shena tetap tak muncul.

Shena menghilang. Kenapa? Kenapa? Baru saja saat itu Aurin terbang-seterbang nya karena kelakuan Shena yang terlampau manis saat di pantai. Kini.. dia menghilang.

Aurin sudah berkali-kali menghubungi nomor Shena--aktif, namun ponsel tersebut terdapat di kamar nya. Brengsek! Sama saja bohong. Shena pergi tak membawa ponsel.
Hari pertama saat Aurin sadar kalau Shena menghilang, Ia kalang kabut dan khawatir. Mencari Shena di sekitaran kompleks bahkan sampai nanya ke tetangga--tapi nihil.

Lalu hari kedua dan ketiga. Aurin masih tetap khawatir, namun tak lagi mencari keberadaan Shena. Diri nya hanya termenung. Namun sesekali tersadar bahwa Ia tak boleh begini terus, walau sedih--tugas kuliah menunggu nya!!

Di rumah Omah Aurin sendiri lagi. Shena menghilang sepi rasa nya. Seperti.. ada yang kurang.

***

Sudah seminggu--Shena belum kembali. Jujur, Aurin rindu. Akankah Shena yang berada disana merindukan balik juga? Atau tidak?

Aurin menjalankan aktivitas nya seperti biasa. Monoton. Flat. Membosankan. Sepi. Seperti tidur, makan, mandi, nugas dan kuliah. Semua nya terasa baik dan berjalan lancar.

Tapi tak terasa baik ketika Ia makan sendirian di meja makan. Biasanya selalu ada Shena untuk di jadikan teman menemani. Meski obrolan tak terlalu lancar--tapi tetap saja Aurin merasa senang karena ada yang menemani. Tak seperti sekarang. Sepi. Benar-benar sendiri.

Ya, sudahlah.

Sekarang Aurin hanya bisa berharap kepada Shena--agar Ia bisa cepat-cepat kembali untuk menemani nya lagi. Walaupun Aurin tau--salah satu kesalahan terbesar adalah berharap kepada manusia.

Mengingat ada satu novel yang belum Ia baca--dengan segera Aurin memasuki kamar nya lalu mengambil novel itu. Novel yang Shena beri beberapa waktu yang lalu!!

Dilihat dari cover dan judul nya, sih, menarik. Cuma jangan dulu menilainya hanya dari cover buku!! Bisa saja isi nya zonk. Namun setelah Aurin baca deskripsi cerita nya, mungkin cerita ini benar-benar menarik. Diksi yang di gunakan oleh penulis novel tersebut benar-benar indah. Jarang sekali Aurin menemukan diksi novel yang seperti ini. Selera Shena bagus!! Mirip dengan selera milik nya.

Detik dan menit kian berlalu. Aurin hanyut dalam bacaan novel tersebut. Baru beberapa halaman yang Ia baca--cukup menguras emosi dan rasa yang ada di dalam diri nya. Dan secara tak sengaja pun Aurin melupakan Shena yang telah meninggalkan nya. Pikiran Aurin terlalu hanyut dengan isi novel tersebut.

Sesaat setelah Aurin membuka halaman baru lagi, Ia salah fokus. Disana ada secarcik kertas--dan kertas tersebut terisi oleh beberapa kata.

Saya sengaja ngasih kamu novel ini. Dan saya juga sengaja menandai halaman ini dengan kertas dan menggaris bawahi salah satu paragraf yang bermakna indah. Agar kamu tahu, sampai detik ini--tak ada yang bisa menggantikan posisi-Mu di relung hati saya.

Jangan lupa bahagia dan tersenyum, Rin.

Itu isi dari secarcik kertas yang Aurin pegang. Pelaku dari semua ini adalah Shena. Aurin yang tadi lupa akan Shena--kini menangisi kembali sosok tersayang nya itu.

Teringat dengan salah satu paragraf yang di tulis oleh Shena. Aurin buru-buru melihat halaman novel itu kembali dan membaca satu paragraf yang sudah di tandai.

"Saat pagi datang, senyuman-Mu selalu memeluk pikiranKu. Saat siang datang, kau bagaikan payung yang selalu membuatKu teduh. Dan saat malam, kau adalah kehangatan yang selalu membuatKu jauh dari kedinginan."

Aurin semakin kejar akan tangisan nya. Tangisan nya kali ini bersuara, tak lagi Ia pedam. Aurin mengeluarkan sesak yang sangat menghimpit dada nya. Malam ini Aurin menangis tersedu-sedu. Wajah yang indah kini di banjiri dengan air mata yang tiada henti. Sembari memeluk novel dan secarcik kertas yang di buat oleh Shena--Aurin meraung-raung, meminta kepada Tuhan agar secepat nya Shena dapat kembali. Kembali ke hadapan Aurin. Kembali ke genggaman Aurin. Dan kembali ke pelukan Aurin.

Bisakah.. sekarang tiba-tiba Shena muncul di hadapan nya? Agar Shena tahu akan kondisi nya--dan mendekap dengan hangat tubuh dan jiwa yang rapuh tersebut.

Malam ini, Aurin runtuh-seruntuh-runtuh nya.

Shena & Aurin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang