8

267 19 0
                                    

Seluruh wilayah di Bandung mendadak tertimpa hujan. Hujan dan angin bersatu menciptakan suasana yang tak mengenakkan. Entah apa yang membuat Bandung sedih kali ini, hujan benar-benar sangat lebat.

Pohon bergoyang dengan kencang. Jalan raya sepi akan pengguna. Pot-pot tanaman yang berada di halaman rumah sebagian berserakan. Dan genangan air yang tak bisa di bilang kecil pun turut hadir. Bandung.. kira-kira apa yang membuat mu sedih sampai seperti ini?

"Hujan nya lebat, Shen. Kamu ada dirumah 'kan? Ga kehujanan? Oh, atau kamu berada di luar Bandung?" Monolog Aurin. Melamun di ruang tamu sembari duduk menghadap jendela--memperhatikan hujan yang terus mengguyur kota tanpa henti. "Dimanapun kamu berada, semoga kamu selalu dalam lindungan semesta, Shen. Dan semoga, di setiap langkah baru Mu--selalu di ikuti oleh kebahagian yang tak ada batas nya."

Air mata itu turut berjatuhan kembali, meski tak sekejar kemarin. Di hitung-hitung, sudah dua minggu Ia menunggu kembali nya Shena. Dan selama dua minggu itu, tak ada secarcik harapan yang muncul di hadapan nya.

Diri nya gelisah.

Mungkinkah disana Shena makan dengan baik dan tidur dengan nyenyak?

Dan kenapa.. Shena meninggalkan nya lalu menghilang? Aurin tak pernah melakukan kesalahan, atau karena masalah tai kucing itu? Tapi rasanya, tak mungkin. Atau Shena sedang mempermainkan hati nya?

Aurin galau. Sakau. Pundung. Dan Aurin nethink. Semua nya berkecamuk didalam kepala nya, terlalu riuh, Aurin tak suka.

Drrt.. drrt

Getaran ponsel merenggut kembali kesadaran nya yang sempat kacau itu. Panggilan dari Mama. Ah, seperti nya sang Mama peka kalau putri semata wayang nya sedang tak baik-baik saja.

"Halo? Ada apa, Ma?"

"Gapapa, cuma mau telpo-nan aja sama kamu. Gimana kabar kamu? Baik? Atau buruk?"

"Baik kok, Ma." Tersirat perbedaan nada di kalimat itu, dan sang Mama peka!! Namun Mama diam. Mama tak akan memancing Aurin untuk bercerita kali ini. Biarkan anak itu cerita dengan sendiri nya nanti.

"Syukur, deh, kalau kamu baik. Bandung lagi hujan lebat 'kan? Mama sempet liat di siaran berita. Kamu jangan keluar rumah dulu, ya, ngeri. Temen kamu juga ingetin, jangan dulu keluar rumah."

Andai Mama tahu kalau Ia sendirian lagi di rumah Omah, tak ada teman.

"Iya, Ma. Aurin ngerti kok, lagian ngapain hujan-hujan kaya begini keluar rumah."

"Takutnya gitu 'kan. Kamu udah sarapan belum?"

"Udah, tadi aku goreng telur."

"Wah! Keren anak Mama udah bisa goreng telur, buka cangkang nya susah nggak?"

"Susah banget!! Tangan aku masih agak geter kalau buka cangkang telur."

Obrolan ringan pun berlanjut antara Aurin dan sang Mama. Membuat kegelisahan Aurin sedikit mereda. Di saat-saat seperti ini, Aurin ingin sekali pulang kerumah nya. Duduk di ruang tamu sembari menonton TV bersama sang Mama, lalu memeluk Mama dengan erat.

Aurin rindu pelukan hangat Mama nya.

"Udah dulu, ya, Ma. Aku mau mandi."

"Jorok banget kamu, mandi siang-siang mentang-mentang lagi hujan terus adem. Lain kali mandinya jangan siang-siang nanti panas dalem."

"Iya, Mama. Besok-besok aku mandinya pagi. Udah, ya, Dadah~"

"Dah~"

Selepas itu sambungan terputus. Aurin dengan segera beranjak untuk mandi, kali ini Ia mandi nya hanya sebentar, tak ingin lama-lama. Dingin. Lalu ingin segera tiduran, cuaca nya sukses membuat Aurin malas gerak. Padahal kalau hari ini panas terik, Aurin sudah ada niat untuk mencuci baju.

Setelah mandi Ia hanya berdiam diri diruang tamu. Tiduran di sofa lalu menonton tayangan kartun--dari siang hingga sore tiba, tentu di selingi dengan acara ketiduran. Sore nya Aurin menyapu rumah lalu memasak untuk makan malam.

Pukul tujuh malam Aurin memasuki kamarnya. Berniat untuk membaca novel itu kembali--akan Aurin tamat'kan malam ini. Sampai beberapa jam tiba, Ia terbangun lalu melihat kearah jam dinding nya. Pukul sebelas malam!! Ia Ketiduran!! Niat nya ingin menamatkan novel jadi sirna sebab rasa kantuk nya yang tak dapat di lawan.

Malam ini begitu dingin, sebab sedari pagi hingga sekarang di guyur oleh hujan melulu. Aurin butuh sesuatu untuk menghangatkan tubuh nya!! Segelas teh hangat mungkin membantu.

Tanpa mencuci muka terlebih dahulu, Aurin beranjak dari kasur nya lalu keluar dari kamar. Sebelum benar-benar tiba di dapur, dapat Ia lihat siluet seseorang yang membelakangi nya. Aurin terkejut!! Itu.. Shena!!

Ya, Tuhan!!

Mungkinkah Ia mengigau? Atau mungkinkah Ia salah lihat karena tadi tak sempat cuci muka? Ada banyak kemungkinan. Namun yang Ia lihat sekarang sungguh nyata. Dan sosok itu berbalik, lalu tersenyum!! Ingat, tersenyum!! Aurin sangat hapal dengan senyuman itu, senyuman yang selalu Ia nanti selama dua minggu lama nya!!

"Sekarang cuaca nya dingin. Kamu pasti butuh teh untuk menghangatkan tubuh. Sini duduk, kita minum teh bersama."

Bukan nya duduk, Aurin malah berhambur kedalam pelukan Shena. Ia mendekap nya dengan erat, seakan-akan takut kalau Shena akan menghilang lagi. Dan jangan lupakan kalau Aurin menangis lagi!!

Shena & Aurin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang