Sudah dua hari yang lalu--semenjak kolam yang awal nya berisi dedaunan kering itu, kini sudah terisi oleh beberapa ikan. Air nya masih jernih. Beberapa pot tanaman dan tanaman rambat pun menghiasi di sekitaran pinggir kolam. Tanaman nya tak hanya berwarna hijau, tapi ada warna lain juga. Biar tak monoton.
Sudah dua hari juga pikiran Shena masih awut-awutan. Damatis!! Hanya karena sepulang dari beli bibit ikan--Aurin memeluk nya dari belakang lalu menompangkan dagu nya di bahu Shena--sukses membuat pikiran Shena ambyar!!
Oh, Tuhan.
Bisakah Shena mengulang kejadian itu lagi?? Namun tidak!! Shena tak boleh mengulang kejadian seperti itu lagi. Terjadi sekali saja sudah membuat pikiran Shena seperti ini, apalagi terjadi berkali-kali. Shena bisa gila!!
Dari kejadian itu--rasa nya ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan di perut Shena, sangat menggelitik. Juga rasa hangat selalu muncul di kedua pipi Shena, yang menyebabkan kedua kuping Shena memerah!! Ia salting!!
Kejadian kemarin memang sangat indah bagi Shena. Sebab ada Aurin. Senja. Dan mengelilingi kota. Serta di hiasi lampu kota yang beberapa sudah mulai menyala, dan jangan lupa semilir angin yang ikut menerbangkan anak rambut Aurin. Shena dapat melihat nya dari spion. Kedua mata Aurin yang terpejam--menikmati angin lewat, di tambah dengan senyum nya yang senantiasa mengembang, membuat lengsung pipi timbul di bagian kanan. Shena gila!! Mengingat kejadian nya lagi membuat Shena linglung!!
"Shena!!"
Shena tersentak. Ia sangat terkejut!! Sedang melamun akan kejadian kemarin di teras rumah tiba-tiba pundak nya di tepuk oleh sang pelaku yang membuat pikiran nya melamun. Seperkian detik jantung nya sempat mencelos. Dramatis!!
"Eh, ada apa??" Shena menoleh ke belakang, mendapati Aurin yang masih berdiri menghadap nya.
"Kamu jangan ngelamun mulu. Ngelamun nya di depan rumah lagi, di tambah udah malam. Kalau ada masalah cerita sama aku!!"
Iya, Shena memiliki masalah. Masalah nya sangat besar. Dan masalah itu di sebab kan oleh yang menawarkan diri nya untuk menjadi tempat cerita--Aurin.
"Emang sedari tadi saya melamun?" Shena mengelak. Tak mungkin Ia benar-benar mengaku kalau sedari tadi diri nya melamun. Bisa-bisa Ia di tuding terus-menerus untuk bercerita kepada Aurin.
"Dih, malah ga sadar. Gimana, sih!!"
"Ya, emang gitu ada nya. Mau gimana."
"Eum.. kamu mau ga kapan-kapan kita jalan ke pantai?"
"Kamu ngajak saya?"
"Iya! Kenapa? Ga bisa, ya?"
"Bisa kok, mau kapan?"
***
"Topi udah kamu masukin?"
"Belum. Ga usah bawa, ah! Aku ga mau make."
"Yaudah, terserah kamu. Buruan packing nya, sudah jam lima kurang ini."
Aurin mendelik. Diri nya buru-buru menatap jam dinding yang berada di dekat kaca. Benar, sudah jam lima kurang. Kurang empat puluh lima menit. Yang arti nya masih jam empat lewat!!
"Sabar dong, Shen!! Masih jam empat lewat."
"Iya, tau. Tapi 'kan kamu belum buang air kecil dan buang air besar. Biasanya sebelum bepergian, kamu selalu seperti itu kan?"
Shena terlalu tahu tentang diri nya. Untuk yang kali ini Aurin agak malu!! Entah kenapa. Memang sedari dulu Ia selalu begitu. Sebelum pergi Ia sempatkan dulu untuk buang air kecil, terkadang buang air besar juga. Kata Mama Pipis dulu kalau mau, ee juga gapapa. Daripada kamu kebelet di jalan. Ga enak!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Shena & Aurin
Teen FictionKisah Shena dan Aurin kembali dimulai saat keduanya tinggal satu atap. Keduanya kembali mengingat masa lalu dan belajar menemukan titik terang. b= Shena f= Aurin Perhatiann!! -Cerita ini murni karya saya, jika ada kesamaan terhadap cerita lain itu...