5

455 20 0
                                    

"Loh, ga kerja?" Tanya Aurin bingung. Sekarang sudah pukul sepuluh siang, dan Shena masih menetap di sofa ruang tv.

"Kerjaan saya hari ini lagi di ganti sama orang, jadi nya saya libur. Besok baru mulai lagi." Jawab Shena tanpa mengalihkan pandangan nya dari TV yang menunjukkan acara rumahan.

Aurin sempat melihat acara TV itu. Ia berbatin, tidakkah Shena bosan melihat acara klise seperti itu?? Jika diri nya menjadi Shena, Ia akan lebih memilih mengurung di dalam selimut.

"Kamu udah sarapan?"

"Udah dari tadi. Saya ada buat nasi goreng buat kamu, di makan. Kalau dingin panasin lagi aja."
"Hm, makasih, ya!!"

Aurin melenggang pergi ke dapur. Ia mengambil piring yang sudah di isi nasi goreng buatan Shena. Ga dingin, nasi nya pun tidak keras, masih lembek. Tak usah Ia panaskan lagi. Beberapa menit Aurin bergelut dengan nasi goreng sosis buatan Shena, akhir nya selesai juga. Rasa nya pas di lidah Aurin. Jika di bandingkan dengan nasi goreng buatan Mamah nya, Aurin tak bisa memilih. Kedua nya sama-sama enak dan memiliki ciri khas rasa yang pas di lidah nya.

Pukul setengah satu siang, Aurin bergegas memakai sneakers nya. Ia akan menghadiri kelas nya. Aurin agak tak suka dengan kelas nya kali ini, sebab dosen mengambil waktu tepat di siang bolong. Sedang terik-terik nya. Dan sedang panas-panas nya. Mengapa dosen nya itu tak mengambil kelas sore saja??

Ah. Aurin lupa.

Semua dosen pasti begitu. Memiliki cara nya sendiri untuk membuat mahasiswa/i nya menderita.

"Shena, aku pergi dulu. Tar sore aku ada niat buat bersihin teras sama depan halaman rumah, kamu mau bantu 'kan?? Kelas aku selesai jam tiga, ntar bakal langsung pulang. Aku pamit ya~"

Tanpa membiarkan Shena menjawab terlebih dahulu, Aurin sudah melenggang pergi begitu saja. Padahal nanti sore Shena ingin belanja kebutuhan dapur dan beberapa cemilan. Tapi, ya sudah. Acara belanja nya bisa di undur.

***

Hah!!

Di pikir-pikir, kok bisa tanaman sebanyak ini berada di teras dan halaman depan rumah. Kemarin Aurin lihat hanya ada beberapa tanaman saja--namun hari ini 'kok terlihat banyak?! Melihat jumlah nya saja sudah Aurin bayangkan betapa capek nya membersihkan semua tanaman itu.

Mau nya, sih, Aurin biarkan saja semua tanaman itu!! Tak di siram. Tak di rawat. Tak di kasih pupuk. Namun sayang, beli semua tanaman ini juga 'kan pakai uang. Bila semua nya mati, liau sudah uang yang telah di keluarkan.

"Ayo, Shen!! Bantu aku, jangan diem aja."

Sejujur nya, Shena agak malas untuk kegiatan yang satu ini. Bukan karena tak ingin berkotor-kotoran, tapi sinar matahari terlalu menyoroti halaman depan rumah. Sudah Shena pasti kan, bergerak sedikit saja--pasti banyak keringat yang akan membanjiri tubuh nya.

"Kamu 'kan udah di bagian nyiram, Rin. Lalu, saya harus di bagian apa?" Elak Shena.

"Susunin tanaman aja, biar lebih rapih."

Oke. Shena tak punya alasan lagi untuk mengelak. Memang susunan tanaman saat ini terlihat kurang rapih, mungkin di perbaiki sedikit akan lebih baik.

"Shena!! Sini, deh."

"Apa?" Tanya Shena ketika sudah berada di samping Aurin.

"Tuh, kamu liat." Aurin menunjuk tanaman janda bolong yang berada di hadapan nya.

"Kenapa? Bagus janda bolong nya. Ga kering, sehat."

Oh! Ternyata Shena belum bisa menggapai apa yang di maksud Aurin.
"Iya, tau kok janda bolong nya sehat. Tapi lihat, deh, di tanah nya ada apa."

Shena segera menatap tanah yang berada di pot tanaman itu. Mata nya agak terbelalak. Tai kucing!! Kucing biadab mana yang berani buang air besar di tanaman mahal satu ini!!

Seakan peka dengan maksud Aurin, shena bertanya. "Kamu nyuruh saya bersihin ini?"

"Iya!!"

Gusti!!

Walaupun Shena terlihat serba bisa dan itu memang benar ada nya. Tapi untuk hal yang satu ini Ia mundur!! Shena tak suka kalau harus melakukan sesuatu yang berkaitan dengan kotoran!! Ia jijik!! Sangat jijik!!

"Buang aja, ah!! Saya ga mau bersihin. Nanti saya belikan lagi yang baru."

Biarlah cap serba bisa nya sirna begitu saja--daripada Ia harus membersihkan kotoran kucing itu.

Shena tak sudi!!

***

"Selesai!! Kamu aja yang nyusun, saya mau cuci tangan."

"Okey!"

Shena menarik semua perkataan yang keluar di dalam batin nya. Ujung-ujung nya Ia tetap membersihkan kotoran kucing itu!! Aurin terus-menerus merayu nya, dan Shena sangat lemah terhadap rayuan Aurin!! Dengan penuh rasa geli dan jijik, akhir nya Shena membersihkan kotoran itu.

"Gimana? Bau tai kucing nggak tangan kamu?" Tanya Aurin ketika Shena sudah balik menghampiri nya lagi.

"Nggak 'lah. Kan ga saya pegang kotoran nya. Terus.. kolam itu sekalian mau di isi lagi atau ga usah?"

"Kolam yang isi nya dedaunan kering itu?"

"Iya'lah!! Kolam yang mana lagi? Di rumah Omah 'kan cuma ada satu kolam."

Shena.. sedikit sensi. Sudah dua kali ia menjawab pertanyaan Aurin sedikit ketus. Mungkinkah Ia masih baper karena di suruh membersihkan kotoran kucing tadi??

"Yauda, isi lagi aja. Kamu tau gimana cara nya?"

"Tau."

***

"Kita mau kemana, Shen?" Teriak Aurin. Diri nya sudah berada dalam boncengan Shena.

Shena yang terkena teriakan Aurin sedikit kaget. Aurin berteriak pas di kuping nya, belum lagi dengan suara nya yang cempreng. Teriakan Aurin sudah sebelas-duabelas dengan suara terompet tahun baru. Cempreng. Dan berisik.

"Beli bibit ikan. Kan sudah saya kasih tau di rumah."

"Ga gitu 'loh!! Maksud aku, kita beli nya dimana?"

"Menurut kamu beli bibit ikan, tuh, dimana?"

"Pasar."

Ingatkan Shena untuk tidak berbicara kasar kepada Aurin.

"Di pasar mah jual nya ikan mati, Rin!! Ga ada bibit nya!!"

Selepas itu tak terdengar lagi suara Aurin. Aurin diam. Mungkinkah Ia tersinggung dengan nada ucapan Shena??

"Rin!! Kok diem aja??"

"Perut aku agak mules, Shen. Jangan ajak ngomong aku dulu!!"

Shena dongkol. Keki. Kesal. Jika Aurin benar-benar kebelet ingin buang air besar, akan Ia turunkan Aurin dari motor nya.

Shena & Aurin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang